Sosok
Arbi Sanit Wafat, Ia Pengamat Politik yang Kerap Lontarkan Kritik Pedas, Ini Kiprahnya di Indonesia
Arbi Sanit merupakan pengamat politik yang sempat menjadi dosen ilmu politik Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
TRIBUNJABAR.ID - Kabar duka, pengamat politik Arbi Sanit wafat pada hari ini, Kamis (25/3/2021).
Menurut laman Tribunnews.com, sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Arbi Sanit sempat dibawa ke ICCU RSCM dan dipasang ventilator.
Untuk diketahui, Arbi Sanit merupakan pengamat politik yang sempat menjadi dosen ilmu politik Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka.
Pria yang lahir pada 4 Juni 1939 di Painan, Sumatera Barat itu juga pernah mengenyam pendidikan di FISIP Universitas Indonesia.
Setelah itu, ia juga menjalani studi bebas di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat tahun 1973-1974.
Baca juga: KABAR DUKA Arbi Sanit Pengamat Politik dari UI Dikabarkan Meninggal Dunia Tadi Pagi
Selain sebagai dosen ilmu politik, di Universitas Indonesia Arbi Sanit juga sempat mengemban beberapa jabatan.
Tercatat, ia pernah menjadi Kepala Bagian Kemahasiswaan pada tahun 1970 – 1971, Sekretaris Departemen Ilmu Politik dan juga menjabat Kepala Bagian Administrasi 1971-1973, embantu Dekan III FISIP UI tahun 1975 – 1978 , hingga Ketua Harian Kelompok Kerja Perencanaan Pengembangan FISIP UI.
Di luar kampus Universitas Indonesia, Arbi Sanit juga pernah menjadi anggota redaksi beberapa majalah.
Dia pernah menjadi anggota redaksi Indonesia Magazine, Jakarta tahun 1978, anggota redaksi Majalah Persepsi, Jakarta tahun 1979, hingga anggota redaksi Majalah Ilmu dan Budaya, Universitas Nasional dari tahun 1981.
Di samping mengajar dan aktif sebagai anggota redaksi majalah, Arbi Sanit juga sempat menulis beberapa buku.
Karya terkenal yang pernah ditulisnya adalah buku berjudul "Sistem Politik Indonesia".

Kerap Lontarkan Kritik Pedas
Sebagai pengamat politik, Arbi Sanit kerap melontarkan kritik yang dinilai pedas.
Pada 2019, Arbi Sanit sempat menyinggung mengenai pemilihan menteri Jokowi.
Menurutnya, pemilihan sosok menteri menjadi sangat krusial lantaran banyak beban dan tuntutan parpol dan nonparpol yang harus diakomodasi.
"Kalau terlalu banyak kompromistis seperti sekarang yang dilakukan Jokowi, ya dia akan berisiko untuk tak sukses seperti yang diinginkan," kata Arbi Sanit dalam keterangan pers, diberitakan Tribunnews sebelunmnya, Kamis (25/7/2019).
Ia kemudian membandingkan pemilihan menteri pada masa Presiden Soeharto.
Baca juga: Politik Elektoral, Muswil PPP, Trah Ulama, dan Uu Ruhzanul Ulum
Menurutnya, presiden yang kerap dijuluki sebagai bapak pembangunan itu tak terlalu mensyaratkan banyak hal saat menunjuk calon menterinya.
Pertama, (calon menteri) adalah orang yang bisa dia percaya, orang yang setia pada dia. Jadi, dia milih orang yang paham melakukan tugas itu, kedua, profesional. Jadi kesetiaan dan kemampuan," ujar Arbi Sanit.
Selain mengkritik Jokowi, Arbi Sanit juga pernah mengomentari kasus yang menyeret nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok BTP sebagai tersangka penistaan agama.
Seperti diketahui, munculnya kasus tersebut berdekatan dengan momen Pilgub DKI Jakarta.
Baca juga: Ade Berterima Kasih kepada 3 Paslon yang Ikut Pilkada Kabupaten Tasik, Terkait Pendidikan Politik
Menurut Arbi Sanit, kasus itu merupakan dalih untuk mengalahkan Ahok sebagai calon gubernur.
"Artinya tuduhan penoda agama adalah diduga dalih untuk mengalahkan Ahok sebagai Cagub DKI Jakarta," kata Arbi, diberitakan Tribunnews sebelumnya Kamis (20/3/2017).
Menurutnya, kasus itu bisa terjadi pada Ahok, sebab kualitas kepemimpinannya terbukti jauh melebihi pesaingnya.
"Agama diperalat untuk memobilisasi pemilih, dan bahkan digunakan mengintidasi pemilih supaya tidak memilih Ahok," ujarnya.
Demikianlah kiprah singkat Arbi Sanit di Indonesia.