Orangtua Sudah Divaksin Covid-19, Anak-anak Sudah Aman? Berikut Ini Uraiannya

Jika salah satu anggota keluarga telah mendapat vaksinasi, lalu, bagaimana kerentanan anak dan keluarga lainnya terhadap virus corona?

Editor: Ravianto
tribunjabar/ferri amiril mukminin
Pedagang di Pasar Cipanas Cianjur Akhirnya Disuntik Vaksin Covid-19. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Dalam beberapa pekan terakhir, vaksinasi Covid-19 di Indonesia banyak dilakukan, di antaranya kepada wartawan.

Vaksinasi Covid-19 kepada wartawan ini dilakukan menyusul vaksinasi serupa kepada tenaga medis, kepolisian dan tentara serta pekerja yang berhadapan langsung dengan masyarakat.

Berdasarkan Satu Data Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, sampai pada Jumat (19/3/2021) pukul 20:00 WIB, vaksinasi tahap 1 telah berjalan 12,70 persen dan vaksinasi tahap 2 sebanyak 5,50 persen dari target sasaran vaksianasi.

Akan tetapi, tidak semua orang bisa mendapat vaksinasi.

Ada batasan kelompok usia dan skrining ketat soal penyakit penyerta.

Anak-anak di bawah usia 18 tahun juga belum diperbolehkan mendapat vaksinasi.

Jika salah satu anggota keluarga telah mendapat vaksinasi, lalu, bagaimana kerentanan anak dan keluarga lainnya terhadap virus corona?

Syarat usia vaksinasi Merujuk Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI No HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19 terkait syarat penerima vaksin Covid-19.

Syarat kelompok usia yang diperbolehkan mendapat suntikan vaksin adalah orang dewasa yang sehat dengan usia di atas 18 tahun.

Hal ini juga berlaku untuk vaksin AstraZeneca yang baru saja diberi izin oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dilansir dari Biofarma Reporter, 15 Februari 2021, para peneliti akan menggunakan 300 sukarelawan anak untuk menguji keefektifan vaksin AstraZeneca untuk kelompok usia antara 6 hingga 17 tahun.

Uji klinis ini akan menilai apakah vaksin yang dikenal sebagai vaksin ChAdOx1 nCoV-19 buatan Oxford Inggris ini, akan menghasilkan respons imun yang kuat pada anak-anak dalam kelompok usia tersebut.

Uji Coba Vaksin Covid-19 pada Anak-anak Lebih jarang mengalami gejala parah

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), menyatakan, sangat jarang anak-anak terkena kasus Covid-19 yang parah.

Menurut perkiraan CDC, tingkat rawat inap Covid-19 lebih tinggi 80 kali di antara orang dewasa yang berusia di atas 85 tahun daripada di antara anak-anak berusia 5 hingga 17 tahun.

Tingkat kematian orang dewasa yang berusia di atas 85 tahun bahkan sangat jauh, yaitu 7.900 kali lebih tinggi daripada anak-anak.

Memang selalu ada pengecualian.

Anak-anak juga ada yang sudah dirawat di rumah sakit dan meninggal karena virus ini.

Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa anak-anak dapat mengembangkan gejala jangka panjang setelah infeksi seperti orang dewasa.

Akan tetapi, secara umum, anak yang terkena Covid-19 cenderung memiliki kasus yang cukup ringan dan sembuh total.

Jangan buru-buru merasa aman

Mengutip Time, Kamis (18/3/2021), wakil direktur divisi pediatrik penyakit menular di Children's. dari Alabama, Dr. David Kimberlin, mengatakan, meskipun anak-anak berisiko lebih rendah, tetapi keluarga tidak boleh terburu-buru kembali ke kehidupan pra-pandemi.

Bahkan, jika kedua orangtua sudah diimunisasi lengkap.

Ia menjelaskan, semakin banyak orang dewasa yang divaksinasi, jumlah kasus, tingkat positif tes, dan rawat inap harus terus menurun.

Akan tetapi, untuk saat ini, masih paling aman mengatur dengan ketat jadwal bermain untuk anak-anak di luar rumah.

Kimberlin juga menyarankan agar tetap menggunakan masker meski orang-orang dewasa sudah divaksinasi.

Jika anak memiliki kondisi kesehatan yang membuat mereka berisiko tinggi terkena penyakit parah, maka penting untuk terus mengambil tindakan pencegahan sampai dia bisa mendapatkan vaksinasi.

Kunjungan orang ke rumah Kewaspadaan juga berlaku jika keluarga atau orang lain yang divaksinasi berkunjung ke rumah.

Kunjungan semacam itu tidak sepenuhnya bebas risiko.

Dokter senior di divisi penyakit menular Rumah Sakit Anak Boston, Dr. Richard Malley mengatakan dia yakin bahwa orang yang divaksinasi penuh lebih kecil kemungkinannya untuk menyebarkan virus daripada orang yang tidak divaksinasi.

Akan tetapi persentase kemungkinannya mereka masih belum jelas.

Tanpa persentase akurat, serta adanya varian baru maka tidak mungkin untuk mengatakan dengan tepat seberapa berisiko bagi anak.

Telebih jika anak menghabiskan waktu dengan orang dewasa dari luar rumah yang sudah divaksinasi, tanpa masker.

Anak di sekolah Sebagian wilayah dengan tingkat penularan rendah sudah mulai membuka sekolah.

Ada kekhawatiran soal penularan selama kegiatan belajar mengajar tatap muka, meski guru dan karyawan telah divaksin.

Oleh karena itu, langkah yang tepat adalah tetap melakukan tindakan pencegahan yaitu menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Penting pula bagi sekolah memperhatikan ventilasi ruang kelas. Selama anak mengikuti protokol Covid-19, maka mungkin akan aman untuk mengirim mereka kembali ke kelas.

Kimberlin mengatakan, ia merasa nyaman mengirim kembali anak usia sekolah, jika sekolah telah menerapkan tindakan pencegahan yang tepat.

Jika orangtua merasa tindakan pencegahan di sekolah tidak memadai, atau jika angka kasus di suatu daerah tinggi, perlu untuk menahan anak-anak di rumah setidaknya untuk waktu yang lebih lama.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved