Gempa Bumi
Belajar Dari Dampak Gempa Berulang di Sulbar, Berikut Kata Ahli Soal Mitigasi Resiko Pada Bangunan
Fenomena gempa bumi yang terjadi di wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) merupakan kejadian berulang
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gempa bumi di Sulawesi Barat beberapa waktu lalu disebut sebagai kejadian berulang. Karena itu, penting melakukan evaluasi agar warga bisa lebih siap disaat menghadapi kejadian yang sama.
Salah satunya antisipasi mengevaluasi kekuatan bangunan.
Hal ini untuk menghadapi potensi bahaya gempa.
Baca juga: Gempa Bumi Terkini, Mengguncang Melonguane Sulut Sabtu Dini Hari, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Karena kekuatan bangunan sangat penting untuk dievaluasi dan diperkuat sehingga aman bagi para penghuni yang memanfaatkan bangunan yang masih berdiri pascagempa M6,2.
Dilansir dari Tribunnews, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki catatan gempa bumi berulang dengan periode waktu berbeda, bahkan tercatat dua kali tsunami terjadi yang dipicu oleh fenomena gempa.
Koordinator Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa Sulawesi memiliki lebih dari 45 segmen sesar aktif.
Menurutnya, para ahli kebumian telah mempelajari karakteristik wilayah Sulawesi.
“Terjadinya gempa merusak di Majene bukan hal aneh. Secara tektonik, wilayah pesisir dan lepas pantai Sulawesi Barat terletak di zona jalur lipatan dan sesar atau fold and thrust belt,” kata Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (2/2/2021).
Secara khusus, wilayah Majene dan Mamuju pernah terdampak gempa secara berulang dengan periode waktu berbeda.
Baca juga: Sejarah Gempa Bumi: 11 Maret 2011 Jepang Diguncang Gempa M 9,1, Memicu Kehancuran Pembangkit Nuklir
Daryono mengatakan bahwa fenomena gempa di wilayah itu tercatat sejak 1967.
Historis gempa merusak dan pernah terjadi tsunami, antara lain gempa Majene M6,3 pada 1967, kemudian 23 Februari 1969 dengan magnitude 6,9. Dua kejadian ini memicu terjadinya tsunami.
Total lebih dari 100 warga meninggal dunia pada dua peristiwa tersebut.
Selanjutnya gempa Mamuju M5,8 pada 6 September 1972, gempa Mamuju M6,7 pada 8 Januari 1984, dan kejadian sebelum kejadian kemarin yaitu pada 7 November 2020, Rangkaian gempa ini bersifat merusak.
Lalu, gempa Majene yang terjadi pada dua hari berurutan yaitu 14 Januari 2021 dengan M5,9 dan 15 Januari 2021 dengan M6,2.
Ahli geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Benyamin Sapiie menyampaikan bahwa daerah Majene dan Mamuju merupakan daerah aktif deformasi berupa lipatan anjakan, yang melibatkan batuan dasar dan memperlihatkan keaktifan gempa tinggi.