Kata Ahli Tentang Potensi Gempa Bumi Megathrust, Apakah Lokasi dan Waktu Tidak Bisa Dipastikan?
Menanggapi topik potensi ancaman gempa dan tsunami di zona megathrust ini pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo
TRIBUNJABAR.ID - Sejak gempa yang tetiba terjadi di Selat Sunda Banten 2019 lalu, keberadaan gempa megathrust jadi sorotan.
Meski gempa berkekuatan 7,4 di Banten itu terasa hingga Jakarta dan sekitarnya, bahkan menyebabkan tsunami.
Kini, gempa megathrust itu juga menjadi perhatian Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Terkait hal itu ia singgung dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Rakornas BP) secara virtual, Kamis (4/3/2021).
"Kita ini takut megathrust. Megathrust yang bisa terjadi di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa. Di mana, kapan, dan bagaimana itu yang kita tidak tahu," kata Luhut.
Luhut juga menyebutkan potensi gempa megathrust di Indonesia, mungkin terjadi di barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa.
Baca juga: Negara Ini Diguncang Gempa Bumi 18.000 Kali dalam Sepekan, Ahli: Ini Tidak Biasa
Sebelumnya, isu potensi ancaman gempa di zona megathrust dan tsunami juga sempat menghebohkan masyarakat Indonesia pada tahun 2020 lalu.
Pada sekitar Februari-Maret 2020 lalu, hasil kajian Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) telah menyebutkan adanya potensi wilayah pesisir Sukabumi termasuk zona megathrust yang dapat memicu gempa dan tsunami.
Bahkan dari hasil pemodelan peta tingkat guncangan gempa (shakemap) oleh BMKG, dengan skenario gempa berkekuatan M 8,7 di zona megathrust menunjukkan dampak gempa di Sukabumi dapat mencapai skala intensitas VIII-IX MMI yang artinya dapat merusak bangunan.
Apa tanggapan ahli?
Menanggapi topik potensi ancaman gempa dan tsunami di zona megathrust ini pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, angkat bicara.
Menurut Widjo, memang benar bahwa tsunami yang bersumber dari gempa megathrust di Indonesia akan berdampak katastropik yaitu tinggi tsunami bisa lebih dari 10 meter, tetapi ia menegaskan belum ada kajian terperinci dan detail mengenai hal ini.
"Gempa megathrust di wilayah kita dengan Magnitude di atas M 8,5 timbulkan tsunami lebih dari 10 meter, dengan rendaman bisa lebih dari 2-3 kilometer jauhnya ke daratan," kata Widjo kepada Kompas.com, Jumat (5/3/2021).
Sehingga, jika gempa di zona megathrust ini terjadi, hampir dipastikan tidak ada bangunan atau perumahan yang bisa bertahan, kecuali bangunan yang dirancang khusus tahan gempa atau tsunami barangkali bisa bertahan.
Setting lempeng tektonik Sunda Megathrust
Luhut dalam pembahasannya juga menyebutkan beberapa daera zona aktif gempa pada Januari 2021 yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah.
Di antaranya adalah Aceh, Nias, Padang, Bengkulu, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Laut Maluku, dan Seram.
Widjo menjelaskan, Aceh sudah dihantam gempa besar dengan kekuatan magnitudo M 9 di tahun 2004 lalu.
Fenomena tersebut diprakirakan akan berulang dalam beberapa ratus tahun ke depan, yaitu sekitar 400-600 tahun lagi di sumber titik lokasi yang sama.
Akan tetapi, hal ini bukan berarti masyarakat bisa abai dari kewaspadaan potensi gempa bumi yang lebih kecil kekuatan magnitudonya.
"Gempa bumi yang lebih kecil juga tetap bisa timbulkan tsunami dengan kategori moderate atau medium," ucap dia.
Baca juga: Gempa Bumi Terkini, Kaimana Digoyang Gempa Magnitudo 3,6, Sebelumnya Juga Terjadi di Bengkulu Utara
Wilayah potensi gempa megathrust belum bisa dipastikan
Dijelaskan Widjo, beberapa bulan terakhir aktivitas gempa bumi secara beruntun terjadi di daerah megathrust salah satunya seperti Megathrust Enggano.
"Ini perlu diwaspadai, mengingat hasil kajian yang menunjukkan gempa bumi besar hampir selalu diikut dengan gempa pendahuluan," ujarnya.
Mengenai daftar wilayah yang berpeluang terdampak jika gempa megathrust dan tsunami katastropik terjadi, Widjo dengan tegas mengatakan tidak ada yang tahu pasti kapan dan di mana titik gempa zona megathrust itu akan terjadi.
"Bagaimana pun, gempa bumi masih belum bisa diprediksi secara tepat, baik magnitudo, lokasi dan waktunya," jelasnya.
Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) perlu menyiapkan mitigasi yang baik di setiap daerah yang berpotensi tinggi terhadap gempa bumi yang bisa diikuti tsunami.
"Peta bahaya tsunami dan evakuasi dengan skala yang detil serta protokol evakuasi perlu disosialisasikan dan rutin ke masyarakat secara rutin," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com: https://amp.kompas.com/sains/read/2021/03/06/170200423/ahli--lokasi-dan-waktu-gempa-megathrust-tidak-bisa-dipastikan?page=all