Gempa Bumi Terkini, Pasifik Masih Diguncang Gempa, BARU SAJA 5,5 Skala Magnitudo di Selandia Baru
Gempa bumi ini berkekuatan 5,5 Skala Magnitudo dengan kedalaman 33 KM dan terjadi pada pukul 09:12 WIB.
TRIBUNJABAR.ID, AUCKLAND - Gempa bumi besar 8,1 Skala Magnitudo yang mengguncang wilayah Pasifik, Jumat (5/3/2021) pagi lalu ternyata belum berakhir.
Rentetan gempa susulan masih terjadi, bahkan sampai siang ini.
Menurut laporan Geonet, gempa baru saja terjadi di Samudera Pasifik di sebelah timur Kota Auckland Selandia baru, berdekatan dengan episentruk gempa besar 5 Maret lalu.
Gempa bumi ini berkekuatan 5,5 Skala Magnitudo dengan kedalaman 33 KM dan terjadi pada pukul 09:12 WIB.
Tidak ada potensi tsunami dari gempa terkini tersebut.
Gempa ini ditengarai merupakan gempa susulan 8,1 Skala Magnitudo yang mengguncang Selandia Baru dan sekitarnya pekan lalu.
Sejak diguncang gempa besar tersebut, Selandia Baru memang masih sering dihantam gempa skala menengah, termasuk gempa hari ini.
Meski masih diguncang gempa susulan, namun frekuensi gempa susulan ini mulai menurun.
Beberapa hari lalu, wilayah Pasifik terutama Selandia Baru bahkan diguncang gempa menengah minimal dua kali setelah gempa besar 8,1 Skala Magnitudo.
Kemarin ada 3 gempa bumi berskala di atas 5 SM, 2 berkala 5 Magnitude dan 1 berkekuatan 5,2 SM.
Kemarin Sore Sukabumi Diguncang 2 Gempa
Selasa (9/3/2020) sore menjelang Magrib. Saat itu Anna (58) tengah beristirahat di rumahnya sambil menonton televisi.
Anna merupakan warga Kampung Nanggerang, RT 13/05, Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Ketika itu ia di rumah bersama istri, anak, dan cucunya.
Baca juga: Dua Gempa Bumi Guncang Nabire Papua Malam Ini, Pusatnya di Darat, Magnitudo 4,3 dan 3,3
Baca juga: Apa Itu Sesar Cimandiri & Citarik? 2 Sesar Aktif di Sukabumi, Citarik Maret 2020 Rusak Ratusan Rumah
Istri Anna, Mimi (53) dan cucunya Salasabila (11) tahun berada di ruangan keluarga.
Sedangkan anaknya Andi Maulana ada di ruangan lain.
Saat menonton televisi, tiba-tiba bumi bergetar cukup kuat. Sesaat kemudian ia tersadar gempa bumi sedang terjadi.
Ia kemudian berlari keluar rumah. Setelah merasa aman, pria yang akrab disapa Haji itu kembali ke dalam rumah.
Namun terjadi gempa susulan. Rumah yang dihuninya lalu ambruk.
"Saat itu tiba-tiba gelap penuh debu, tidak bisa bergerak, napas seketika sesak, karena tidak ada ruang untuk bernapas," ucap Anna pada Tribunjabar.id.
Hampir sekitar dua menit dan tidak bisa melihat. Dia baru tersadar tangan sebelah kirinya memegang sebuah telepon selular.

Saat itu Anna langsung menyalakan senter yang terdapat di telepon selular itu.
Setelah senternya dinyalakan, dia baru tersadar dalam posisi terkurung dengan beton tepat di atasnya.
Beruntung ada sebuh kayu yang mengganjal beton berukuran besar sehingga tidak menjepit badannya.
"Ketika itu saya bingung, harus bagiamana, karena ruang gerak cukup terbatas, yang bisa dilakukan hanya mengatur napas," ujar Anna.
Di saat antara pilihan bertahan hidup atau menjadi korban meninggal dunia karena bencana gempa bumi, seketika ada cahaya dari arah belakang.
Dia saat itu berusaha berteriak meminta bantuan dan meminta air minum
"Tolong, tolong, saya sebelah sini. Tolong berika saya air minum," ucap Anna menceritakan momen saat terjebak puing reruntuhan.
Hanya sedikit air yang dia bisa minum. Karena hanya air mineral kemasan berukuran gelas yang bisa masuk.
Selesai minum, ia berusaha mengulurkan tanggan dan langsung ditarik warga sekitar yang berusaha mengeluarkannya.
Hampir selama 30 menit terjebak di reruntuhan bangunan rumahnya yang hancur karena gempa, pria berusia lebih dari setengah abad itu berhasil dievakuasi.
"Ketika berhasil keluar, saya sangat lemas dan sekujur tubuh dipenuhi debu. Saat itu saya tidak ingat apa pun, ketika sadar saya sudah berada di klinik kesehatan," ucapnya.
Istri, anak, dan cucunya tidak sempat terjebak puing reruntuhan, karena ada ruang untuk melarikan diri.
Namun istrinya Mimi terpaksa harus mendapatkan jahitan di bagian kepalanya karena terluka.

Sesar Citarik
"Sumber gempa magnitudo M 5,1 yang mengguncang Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya yang menimbulkan kerusakan di Kalapanunggal dan sekitarnya pada 10 Maret 2020 dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik yang lokasinya di sebelah barat Sesar Cimandiri," ujar Kepala Bidang Informasi BMKG, Daryono, kepada TribunJabar.id kala itu.
Daryono menjelaskan, Sesar Citarik memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang tersegmentasi melalui Pelabuhanratu, Bogor, hingga Bekasi.
"Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser/mendatar mengiris (sinistral strike slip)," jelasnya.

Ratusan Rumah Rusak
Dua hari setelah kejadian BPBD Kabupaten Sukabumi mencatat sebanyak 465 rumah warga dan 19 fasilitas umum dienam Kecamatan terkena dampak gempa bumi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPBD Kabupaten Sukabumi, 465 bangun yang terdampak tersebut 60 di antaranya rusak berat, 150 rusak sedang, dan 255 rusak ringan.
Selang beberapa hari kemudian BMKG menyebut 760 rumah rusak akibat gempa itu. Kerusakan tak hanya terjadi di Sukabumi, tapi juga di Bogor.(fauzi n/m rizal j)
.