Komunikasi Publik yang Tidak Tepat untuk Informasi Covid-19 Berpotensi Buat Masyarakat Tidak Percaya

Kondisi ketidakpatuhan masyarakat bisa jadi disebabkan oleh kurang lengkap dan utuhnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat selama ini.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Cipta Permana
Suasana kegiatan kuliah umum bertajuk 'Strategi Komunikasi Publik dalam Penyampaian Informasi Kesehatan Masyarakat di masa Pandemi Covid-19' yang yang diselenggarakan di Laboratorium TV Kampus FISIP Unpas, Jalan Lengkong, Kota Bandung, Minggu (28/2/2021) 

Laporan wartawan TribunJabar.id, Cipta Permana

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Meskipun pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir setahun lamanya, namun akurasi dari berbagai informasi yang beredar luas di masyarakat terkait kondisi virus tersebut di tanah air, masih kerap simpang siur.

Akibatnya, situasi ini membentuk sikap tidak percaya, yang berujung pada pengabaian protokol kesehatan di masyarakat.

Pakar Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Irvan Afriandi menilai, pola strategi komunikasi yang efektif di masa pandemi harus melibatkan pelaku komunikasi yang berjenjang. Sebab, pola komunikasi yang dilaksanakan dengan benar akan menghasilkan output kepercayaan publik dan kepatuhan dari masyarakat.

Sehingga, dapat disimpulkan, kondisi ketidakpatuhan masyarakat bisa jadi disebabkan oleh kurang lengkap dan utuhnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat selama ini.

"Dampak ini bukan hanya terjadi terhadap individu, tapi juga komunitas, organisasi dan kelompok. Maka dari itu, peran pemerintah sudah seharusnya mampu memupuk kepercayaan dan kerja sama publik sebagai bagian dari solusi penangan pandemi Covid-19," ujarnya dalam kuliah umum bertajuk 'Strategi Komunikasi Publik dalam Penyampaian Informasi Kesehatan Masyarakat di masa Pandemi Covid-19' yang yang diselenggarakan di Laboratorium TV Kampus FISIP Unpas, Jalan Lengkong, Kota Bandung, Minggu (28/2/2021).

Irvan menjelaskan, sebagai upaya perubahan perilaku kepatuhan masyarakat, setiap pesan informasi yang disampaikan, harus berbasis pada bukti ilmiah dan transparan, serta mempertimbangkan keterikatan yang kuat dengan para pemangku kepentingan.

"Trust, transparency, announcing early, planning atau dapat dipercaya, transparansi, dan mengumumkan setiap rencana sebelum diterapkan, menjadi tiga aspek penting dari strategi komunikasi yang dibutuhkan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat," ucapnya.

Baca juga: Pelajar SMP Diduga Lecehkan Bocah Yatim Piatu, Rumahnya Dirusak Warga, Ayahnya Turut Diamuk Massa

Hal senada disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, Prof. Hafied Cangara.

Menurutnya, penanganan Covid-19 di Indonesia cukup terlambat, karena pada awalnya ada keyakinan tidak akan terjangkit. Sehingga, saat hal tersebut terjadi, sikap kepanikan, ketakutan, dan kebingungan terjadi di masyarakat karena kurangnya informasi.

Sikap tersebut berkembang semakin parah, seiring munculnya berbagai informasi yang bersifat menyesatkan atau hoaks hampir setiap hari di media sosial, diantaranya terkait kondisi korban meninggal yang terus bertambah akibat kondisi virus yang tidak terkendali, rumah sakit penuh, dan efek samping negatif dari upaya vaksinasi.

"Informasi yang disebar di media sosial selama ini, akibatkan kepanikan dan kebingungan di masyarakat, sehingga, selain masyarakat takut untuk melapor atau memeriksakan diri ke rumah sakit saat mengalami gejala Covid-19, termasuk tidak mau mengikuti arahan kebijakan pemerintah terkait upaya percepatan penanganan pandemi Covid-19," ujarnya di lokasi yang sama.

Prof. Hafied menuturkan, berbeda dengan informasi dari sosial, informasi dari media mainstream seperti radio, tv dan surat kabar memiliki tingkat akurasi dan validitas yang dapat dipertanggungjawabkan dalam setiap penyampaiannya. Sehingga peran media mainstream sangat berperan aktif dalam pembentukan kepercayaan masyarakat.

Baca juga: Jumlah Kerusakan Bertambah, 447 Rumah Rusak akibat Gempa Bumi di Halmahera Selatan

"Bahkan, berdasarkan data yang saya diperoleh dari salah satu sumber, dari sekitar 1.197 informasi hoax yang tersebar di platform media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan YouTube di Indonesia. Pihak kepolisian telah melakukan penahanan terhadap 17 tersangka dan sedang memproses 87 orang pelaku lainnya yang menyebarkan hoaks mengenai Covid-19.
Oleh karena itu, komunikasi kita sebutkan sebagai obat mujarab untuk membentuk karakter masyarakat," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Dekan I FISIP UNPAS Kunkunrat berharap, melalui kegiatan kuliah umum ini, masyarakat, khususnya para mahasiswa dapat semakin tercerahkan tekait penyebaran informasi yang berkembang setiap hari di masyarakat, terkait ancaman kesehatan dan kebijakan pemerintah di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved