Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid 19
Dede Bingung, Jenazah Adik yang Positif Covid-19 Tak Ada yang Mengangkat, Akhirnya Telepon Keluarga
Suasana tegang meliputi proses pengangkutan dari titik parkir ambulans hingga liang lahat, yang jaraknya kira-kira 400 meter.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dede (60), keluarga dari satu jenazah yang dimakamkan dengan prosedur Covid-19 di TPU Cikadut, kemarin, mengaku bingung saat tiba di permakaman.
Itu karena jenazah adiknya tak bisa segera dimakamkan di sana.
Ternyata jenazah adik tak kunjung dimakamkan karena tak ada yang mengangkat peti dari ambulans ke liang lahat.
"Saya tanya-tanya, katanya memang tidak ada dari pemerintah yang mengangkut jenazah."
"Di sini juga enggak ada, katanya lagi mogok. Saya tanya rumah sakit, tidak ada juga," ucap Dede, ditemui usai pemakaman.
• Tukang Pikul Peti Jenazah Covid-19 di Cikadut Mogok, Sejumlah Jenazah Terlantar
• Ini Alasan Tukang Pikul Jenazah Covid-19 di Cikadut Tak Mau Bantu Keluarga Korban Angkat Peti
• Anak Gugat Orangtua Karena Tanah Juga Terjadi di Kendal, Ini Awal Mula Nenek Ramsiah Digugat Maryana
Karena tak juga ada yang bisa dimintai tolong untuk membantu menggotong jenazah, Dede pun akhirnya menghubungi keluarga untuk datang dan membeli baju hazmat.
"Akhirnya mau tidak mau keluarga harus turun tangan. Keluarga sudah ada, tapi saya bingung, masalahnya saya enggak punya APD."
"Kedua, kami juga kan enggak bisa (angkut), jadi harus gimana. Jelas kami kebingungan," ujarnya.
Peti jenazah adik Dede memiliki bobot 100 kilogram.
Belum bobot jenazahnya.
Peti jenazah adik Dede akhirnya diangkut enam orang.
Tiga orang dari petugas rumah sakit dan tiga orang dari keluarga.
Suasana tegang meliputi proses pengangkutan dari titik parkir ambulans hingga liang lahat, yang jaraknya kira-kira 400 meter.
Berkali-kali mereka harus berhenti dan beristirahat.
Jalan tanah yang licin dan menurun menambah sulit penggotongan peti jenazah.
"Jelas tegang sekali melihatnya. Soalnya kan enggak biasa. Dari rumah sakit tidak menyiapkan. Kondisi ini jelas sangat membingungkan," ucapnya.
Dede mengaku tak bisa membayangkan sulitnya keluarga jenazah jika kondisi ini terus berlangsung. Ia berharap pemerintah bisa secepatnya memberikan solusi.
"Tolong lah ini jalan yang baiknya bagaimana. Kami di sini juga mau minta bantuan ke tim yang angkut, pasti take and give. Kan enggak ada paksaan, kami juga rela," kata Dede.
Terlantar beberapa jam
Sejumlah peti berisi jenazah yang hendak dimakamkan dengan prosedur Covid-19 sempat tertelantar selama berjam-jam di areal parkir Tempat Permakaman Umum (TPU) Cikadut, Kota Bandung, Rabu (27/1).
Puluhan pemuda yang biasanya siaga memberi jasa pikul peti jenazah dari areal parkir ke liang lahat, kemarin, tak berada di sana.
Mereka mengaku terpaksa menghentikan sementara layanan pikul jenazah ini hingga mendapatkan kejelasan soal legalitas pelayanan tersebut dari Pemerintah Kota Bandung.
Berhentinya layanan pikul jenazah, kemarin, membuat keluarga jenazah kebingungan karena tak tahu harus bagaimana membawa jenazah keluarga mereka ke liang lahat.
"Hampir dua jam enggak ada yang ngangkut. Sempat minta bantuan petugas gali, tapi enggak ada yang mau. Akhirnya peti diangkut keluarga," ujar Hendar (44), warga setempat, yang sehari-hari bekerja menembok makam di pemakaman Covid 19 non-muslim di TPU Cikadut.
Jenazah pertama, kata Hendar, tiba sekitar pukul 09.00.
Namun, belum selesai urusan jenazah pertama, jenazah kedua tiba sekitar pukul 10.00.
Jenazah kedua juga sempat dibiarkan hampir satu jam sebelum akhirnya diangkut ke liang lahat oleh pihak keluarga tanpa mengenakan baju pelindung (hazmat).
Jenazah ketiga yang tiba pukul 12.20 juga harus menunggu hingga 20 menit sebelum akhirnya diangkut pihak keluarga dibantu sopir dan dua petugas ambulans dari RS Imanuel.
Jenazah ketiga harus menunggu karena pihak keluarga harus membeli dulu baju pelindung yang mereka gunakan saat menggotong peti jenazah.(mega nugraha/tribun jabar)