Hari Ini 40 Tahun Lalu, Tampomas II Tenggelam, Jadi Kecelakaan Kapal Paling Tragis di Indonesia

KMP Tampomas II tenggelam menjadi kecelakaan kapal paling tragis di Indonesia. Kecelakaan ini memakan ratusan korban jiwa

Dok. Kompas/Kompas.com
Seorang awak kapal Sangihe yang sedang berusaha menolong para korban Tampomas II, sempat mengabadikan kapal naas tersebut. Tampak para penumpang berdesakan memadati haluan dan anjungan kapal menantikan pertolongan. Sedang seutas tali sepanjang 100 meter terentang antara Sangihe dengan Tampomas II yang sudah lumpuh itu. Suasana ini diabadikan pada tanggal 26 Januari 1981 pukul 09.00. 

TRIBUNJABAR.ID - Hari ini 40 tahun lalu, lebih tepatnya pada 27 Januari 1981, terjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah transportasi publik di Indonesia.

KMP Tampomas II tenggelam. Ini menjadi kecelakaan kapal paling tragis di Indonesia. Kecelakaan yang memakan ratusan korban jiwa tersebut terjadi di sekitar kepulauan Masalembo-Laut Jawa.

Pada sekitar 1980-an, KMP Tampomas merupakan salah satu kapal laut yang melayani transportasi publik antar pulau.

Sebelumnya, kapal yang dikelola oleh PT Pelni ini digunakan untuk melayani perjalanan haji.

Dilansir dari Harian Kompas 27 Januari 1981, saat berangkat dari Pelabuhan Tanjungpriok Jakarta, Sabtu (24/1/1981), KMP Tampomas II mengangkut 1.054 penumpang dan 82 awak.

Saat itu, tak hanya mengangkut penumpang, kapal ini pun mengangkut 191 mobil dan sekitar 200 sepeda motor, dan mesin giling.

Tujuan akhir dari kapal tersebut adalah Ujung Pandang (Makassar). Perjalanan sendiri dijadwalkan selama dua hari dua malam sehingga diperkirakan akan sampai pada 26 Januari 1981.

Pada saat kapal berlayar, ombak Januari di Laut Jawa sedang besar dibandingkan di bulan-bulan lain. Ombak setinggi 7-10 meter wajar terjadi.

Kebakaran

Tenggelamnya KMP Tampomas II diawali dengan kebakaran hebat.

Pada Minggu (25/1/1981) malam, tepatnya sekitar pukul 23.00 WITA, KMP Tampomas II terbakar di sekitar 220 mil menuju Pelabuhan Ujung Pnadang, yaitu sekitar perairan dekat Kepulauan Masalembo, sebelah utara Pulau Kangean, Jawa Timur.

Kebakaran tersebut berawal dari beberapa bagian mesin yang mengalami kebocoran bahan bakar.

Ini 5 Fakta Menarik tentang Thomas Tuchel, Pelatih Baru Chelsea: Senang Sepak Bola Indah

Pada saat itu, perairan sedang dilanda badai besar dan menyebabkan kebocoran pada beberapa bagian kapal. Tangki bahan bakar pun mengalami kebocoran beberapa saat setelahnya.

Kemudian muncul asap dan api mulai membesar.

Mengutip Harian Kompas, 27 Januari 1981, Sekditjen Perhubungan Laut saat itu, Fanny Habibie, mengungkapkan bahwa dalam keadaan cuaca yang jelek, penumpang pun mengalami kepanikan.
Akibatnya, beberapa orang memutuskan untuk terjun ke laut. Sejumlah penumpang pun sempat diselamatkan dan dinaikkan ke atas kapal Sangihe yang segera datang ke lokasi untuk memberikan pertolongan.

Hingga Senin (26/1/1981) malam, diperintahkan agar semua kapal Pelni atau kapal lain yang berada di dekat lokasi untuk mendekati KMP Tampomas II dan memberikan pertolongan.

Beberapa kapal diperintahkan datang untuk memberikan pertolongan, di antaranya, Wayabula, Ilmanui, Brantas, dua kapal penyapu ranjau TNI AL dan sebuah kapal navigasi Perhubungan Laut.

Seorang Wanita di Sumedang Ditemukan Tewas dengan Luka-luka di Kontrakan, Kening Berlubang

Akhirnya, berdasarkan laporan saat itu, api berhasil dikuasai, namun asapnya masih terlihat. Sementara kapal tetap terapung dan penumpang sudah lebih tenang.

Cuaca buruk hambat penyelamatan

Pada saat peristiwa nahas tersebut terjadi, cuaca sedang sangat buruk, usaha pertolongan dan evakasi yang dilakukan hingga Senin (26/1/1981) pun terhambat.

Tak hanya angin yang sedang kencang, ombak pun sedang sangat besar.

KM Tampomas II yang terbakar di tengah laut.
KM Tampomas II yang terbakar di tengah laut. (Arsip Kompas)

KM Sangihe yang telah berhasil mendekati KMP Tampomas II sampai pada jarak 75 meter berhasil merentangkan tali-temali. Melalui tali-temali ini, sebagian penumpang pun berhasil mencapai KM Sangihe.

Beberapa sekoci KM Sangihe diturunkan untuk memberikan pertolongan kepada para penumpang, baik yang mencemburkan diri ke laut maupun kepada yang masih berada di dalam kapal.

Tenggelam

Dilansir dari Tribunbangka.com, meski sudah dilakukan berbagai upaya pemadaman, api sulit untuk benar-benar padam.

Ledakan besar terjadi pada 27 Januari 1981 setelah api masuk ke bagian ruang mesin.

Akibatnya kapal miring menjadi 45 derajat.

Saat itu, masih banyak penumpang yang berada di laut untuk menyelamatkan diri.

Sekitar 288 yang ada di dek bawah tewas dalam peristiwa tersebut. Kapten kapal pun menjadi salah satu korban tewas.

Pernikahan Anak Digelar Tak Sesuai Primbon Jawa, Seorang Ayah di Kebumen Pilih Bunuh Diri

Total 753 korban berhasil diselamatkan, sementara 143 korban tewas dan 288 lainnya hilang.

Lambannya pencarian korban terjadi karena badai laut yang terus terjadi.

KMP Tampomas II akhirnya tenggelam pada hari Selasa (27/1/1981).

Diabadikan dalam lagu

Tragedi tenggelamnya KMP Tampomas II menjadi tragedi maritim terbesar di Indonesia pada masanya.

Tragedi tenggelamnya kapal yang menewaskan ratusan korban jiwa ini pun diabadikan dalam lagu.

Musisi populer Iwan Fals membuatnya dalam sebuah lagi berjudul "Celoteh Camar Tolol dan Cemar"

Berikut penggalan liriknya:

Api menjalar
Dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
Yang datang

Sejuta lumba-lumba
Mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi salam
Tampomas dua tenggelam

Asap kematian
Dan bau daging terbakar
Terus menggelepar
Dalam i-nga-tan
Hati kurasa
Bukan takdir Tuhan
Karena aku yakin
Itu tak mungkin

Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia
Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Sementara musisi Ebiet G Ade mengabadikannya dalam lagu berjudul "Sebuah Tragedi 1981"

Ini penggalan liriknya:

Dia nampak tegah berdiri, gagah perkasa
Berteriak tegas dan lantang, ia nakhoda
Sebentar gelap hendak turun
Asap tebal rapat mengurung
Jeritan yang panjang, rintihan yang dalam,
Derak yang terbakar, dia tak diam
Du du du du du du du du du du du du
Dia nampak sigap bergerak di balik api
Seperti ada yang berbisik, ia tersenyum
Bila bersandar kepadaNya
Terasa ada tangan yang terulur
Bibirnya yang kering serentak membasah
Tangannya yang jantan tak kenal diam
Bertanya kepadaNya, "Mesti apalagi?"
Semua telah dikerjakan tak ada yang tertinggal
Geladak makin terbenam, ho harapan belum pudar
Masih ada yang ditunggu mukjizat dariNya
Atau bila segalanya harus selesai
Pasrah terserah kepadaNya

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved