3 Puisi Joko Pinurbo yang Ada di Buku Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan, Sastrawan Asal Sukabumi
Nama Joko Pinurbo tentu sudah tak asing lagi di dunia sastra Indonesia. Buku-bukunya sudah banyak menghiasi rak-rak toko buku.
Malam Minggu di Angkringan
Telah kugelar
hatiku yang jembar
di tengah zaman
yang kian sangar.
Monggo lenggah
menikmati langit
yang kinclong,
malam yang jingglang,
lupakan politik
yang liar dan bingar.
Mau minum kopi
atau minum aku?
Atau bersandarlah
di punggungku
yang hangat dan liberal
sebelum punggungku
berubah menjadi
punggung negara
yang dingin perkasa.
(2018)
• Transpuan Ditemukan Tewas di Kamar Hotel di Kota Bandung, Ini Hasil Olah TKP Polisi
• Vicky Belum Sepenuhnya Insyaf, sang Gladiator Ternyata Mendekati Nita Thalia Padahal Mau Nikah
Tentang Joko Pinurbo
Joko Pinurbo ternyata putra daerah Jawa Barat.
Dia lahir di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, pada 11 Mei 1962 atau saat ini berumur 58 tahun.
Dilansir dari Wikipedia.org, dia adalah seorang penyair terkemuka Indonesia yang karya-karyanya telah menorehkan gaya dan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia.
Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang sekarang bernama Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kegemarannya mengarang puisi ditekuninya sejak masih duduk di sekolah menengah atas (SMA).
Atas pencapaiannya, Jokpin --begitu dia disapa-- telah memperoleh berbagai penghargaan.
Antara lain Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Penyair yang bermukim di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai pertemuan dan festival sastra.
Karya-karyanya telah diterjemahkan antara lain ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin.
Sejumlah puisinya juga telah dimusikalilasi antara lain oleh Oppie Andaresta dan Ananda Sukarlan.
Jika Anda penggemar puisi-puisi Joko Pinurbo, maka akan menemukan kekhasan yang tak dimiliki pengarang puisi lain.