Bisnis Pikul Peti Jenazah Covid

Kisah Tukang Pikul Jenazah Covid-19, Tak Kenal Waktu, Siaga 24 Jam, Angkut Peti 300 Kilogram

Kasus kematian akibat Covid-19 cukup tinggi di Bandung dan memunculkan adanya kelompok yang disebut tukang pikul jenazah Covid-19

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Siti Fatimah
TRIBUN JABAR / MEGA NUGRAHA SUKARNA
Kasus kematian akibat Covid-19 cukup tinggi di Bandung dan memunculkan adanya kelompok yang disebut tukang pikul jenazah Covid-19. Mereka membantu petugas mengankut jenazah dari ambulans ke liang lahat. 

Saat itu, cerita Fajar, enam ambulans berisi enam jenazah terparkir di area TPU Cikadut. Para petugas pemakaman dari UPT TPU Cikadut yang berada di bawah Distaru Pemkot Bandung sudah siaga dan liang lahat sudah disiapkan.

Namun pemakaman tak kunjung dilakukan.

Tak ada yang berani memikul peti, bukan saja karena jaraknya ke liang lahat lumayan jauh, tapi karena mereka juga khawatir ikut terpapar.

Melihat hal itu, Fajar dan rekan-rekannya pun akhirnya tergerak.

"Saat itu kami ada delapan orang. Kami sebenarnya juga takut. Tapi, demi kemanusiaan, akhirnya kami pikul peti-peti jenazah itu ke liang lahat. Akhirnya semuanya bisa dimakamkan. Kami pikul semua peti jenazah itu dengan pakai APD (alat perlindungan diri) seadanya," ujar Fajar ditemui di TPU Cikadut, Rabu (20/1).

Petugas pemakaman TPU Cikadut, menurut Fajar, memang hanya bertugas menyiapkan lahan, menggali liang lahat, memasukkan jenazah, kemudian menguruk tanah. Selain itu, jumlahnya terbatas.

Baca juga: Kecelakaan Mobil Elf Terguling di Jalan Raya Plumbon, Oleng di Tikungan dan Tabrak Pembatas Jalan

"Petugas yang memikul peti jenazah tidak ada. Akhirnya, sejak saat itu sampai sekarang kami jadi terlibat memikul peti jenazah Covid 19," ucapnya.

Bukan perkara mudah memikul peti jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.

Petinya saja rata-rata 50 kilogram, bahkan ada yang hingga 100 kilohgam.

"Berat Pak. Bisa sampai 150 kilogram. Bahkan sempat kami angkut peti jenazah Covid 19 yang beratnya sampai 300 kilogram. Perlu 10 orang memikulnya," kata Fajar, yang karena pekerjaannya ini kerap dijauhi tetangga karena takut tertular Covid-19.

Fajar mengatakan, tak ada keharusan, apalagi paksaan bagi keluarga jenazah untuk memanfaatkan jasa mereka. Namun, berdasarkan pengalamannya, tidak banyak keluarga yang berani mengangkut peti jenazah.

"Kalaupun ada, jumlahnya terbatas. Akhirnya kami bantu juga," ujarnya.

Baca juga: Angka Tambahan Kasus Covid-19 di Jawa Barat Tinggi, Ini Penjelasan Gubernur Ridwan Kamil

Selain itu, kata Fajar, tak banyak dari anggota keluarga yang membawa APD seperti baju hazmat. Padahal, aturannya harus pakai APD."

Fajar mengatakan ada 36 pemuda yang terlibat dalam jasa pengangkutan jenazah ini. Fajar dan teman-temannya bukan tenaga kontrak harian lepas UPT Pemakaman YPU Cikadut. Meski demikian, mereka juga siaga 24 jam karena pemakaman jenazah terinfeksi Covid 19 tidak mengenal waktu.

"Siang, malam, dini hari, hujan, panas, terik, kalau ada jenazah diantar ambulans, kami pikul, kami antar ke liang lahat. Kalau enggak gitu, siapa yang mau angkut? Kami sudah sedia APD, pakai baju hazmat kalau memikul peti, sudah aturannya begitu," ucap pria yang juga kerap disapa dengan nama Afak ini.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved