Mahasiswi Cantik Ini Tak Malu Jualan Sale Pisang, Tak Gengsi Turun ke Kebun Mengambil Bahan Baku

Pemilik nama lengkap Neng Sonia (20) ini pun bangga kepada kedua orang tuanya yang bisa memberikan pendidikan kepadanya hingga bangku kuliah.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Hermawan Aksan
zoom-inlihat foto Mahasiswi Cantik Ini Tak Malu Jualan Sale Pisang, Tak Gengsi Turun ke Kebun Mengambil Bahan Baku
Tribun Jabar
Neng Sonia (20), mahasiswi penjual sale pisang asal Cibeber, Cianjur.

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Tangannya begitu telaten memilih sale pisang yang sudah dibelah kotak kecil atau lonjong di samping rumah yang dijadikan tempat produksi.

Di hadapannya, sang ibu pun melakukan hal yang sama. Tak jauh dari mereka, sang ayah sibuk di sebuah perapian besar tungku tradisional mengangkat satu demi satu bambu anyam yang di atasnya terdapat pisang sale yang sudah dipanaskan secara manual.

Selasa (12/1/2021) petang kemarin tumpukan anyaman bambu berisi sale pisang sudah mencapai puluhan.

Baca juga: Ribka Tjiptaning Tolak Vaksin, Kini Beredar Foto Dokter Riyo Siap Divaksin, Disebut Putra Ribka

Baca juga: FOTO-foto Ariel NOAH Divaksin Covid-19, Tunjukkan Lengan Bekas Disuntik, Tak Ragu Saat Ditawari

Gerimis yang turun di kawasan Kampung Cibadak RT 01/06, Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, tak menjadi hambatan buat keluarga kecil ini untuk tetap menjalankan usaha mikro kecil menengah sale pisang mereka.

Kegiatan dimulai pagi buta. Mulai dari mengupas pisang ambon yang telah matang pohon, memotong, sampai menyusunnya di atas anyaman bambu untuk dijemur.

Jika sinar matahari tak muncul untuk menjemur sale pisang, kegiatan bisa sampai hari gelap untuk menghangatkan sale pisang di perapian tungku tradisional.

Selesai menyortir sale pisang di sebuah anyaman bambu, gadis berkulit putih dan berhidung mancung ini berujar bahwa tujuan ia menyortir karena permintaan konsumen.

"Kalau yang dibelah kotak kecil ini permintaan konsumen dari Bandung. Yang lonjong kecil ini biasanya untuk konsumen lokal Cianjur," kata gadis pemilik rambut panjang ini membuka pembicaraannya.

Kampungnya yang dikelilingi kebun pisang tak menyulitkannya untuk memperoleh bahan baku.

Ia pun tak gengsi turun ke kebun merasakan ikut memanen pisang bersama ayahnya jika waktu panen pisang telah tiba.

Tanah kebun yang becek berlumpur di musim hujan sudah biasa ia lewati, demikian juga halnya dengan nyamuk dan serangga kecil lain yang sering menggigiti kulitnya.

Tak hanya sampai di situ, mahasiswi yang kini sedang menimba ilmu di Universitas Suryakancana Cianjur ini pun selalu membantu pemasaran sale pisang yang menjadi tumpuan usaha keluarganya.

Pemilik nama lengkap Neng Sonia (20) ini pun bangga kepada kedua orang tuanya yang bisa memberikan pendidikan kepadanya hingga bangku kuliah dari berjualan sale pisang.

"Sekarang perkuliahan di rumah, jadi saya banyak waktu untuk membantu kedua orang tua memproduksi sale pisang ini," ujarnya.

Ia mengaku sudah terbiasa berjualan membantu memasarkan sale pisang baik ke temannya maupun kepada siapa saja yang memerlukan sale pisang.

"Kebetulan saya kuliah di pertanian, jadi saya ingin mengembangkan ilmu saya juga, termasuk sale pisang ini yang merupakan hasil pertanian," katanya.

Sang ayah, Didin Galing (45), pun merasa bangga kepada anaknya. Di usianya yang masih sangat muda, kata Didin, anaknya ikut merasakan berjuang membantu perekonomian keluarga.

"Alhamdulillah, meski pandemi, kami tetap bisa berusaha dan bertahan. Istri dan anak ikut membantu, jadi saya tambah semangat," katanya.

Didin mengatakan, semula ia hanya berjualan pisang di pasar Jebrod. Namun lama-kelamaan, jika pisang tak laku, banyak yang busuk.

Alhasil, ia mulai merintis usaha sale pisang untuk memanfaatkan pisang yang tak terjual.

"Satu minggu kami bisa memproduksi dua ton, alhamdulillah, untuk bahan baku kami memanfaatkan kebun sekitar sini," katanya.

Aroma sale pisang yang baru digoreng tercium dari balik dapur. Istri Didin pun membawa sepiring sale pisang panas untuk dicicipi.

Rasanya manis dan renyah begitu digigit. Sale pisang tanpa pemanis memang cocok menjadi camilan di musim hujan.

Kampung Cibadak masuk ke wilayah Kecamatan Cibeber, sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Cianjur ke arah selatan.

Topografi yang didominasi sawah dan kebun menjadikan kawasan ini menjadi kawasan pertanian sebagai mata pencaharian penduduknya.

Kepala Desa Cibadak, Elan Hermawan, mengatakan banyak sektor UMKM di wilayahnya yang perlu didorong agar semakin berkembang.

"Usaha sale pisang ini nanti akan kami bantu pengemasannya, lalu akan dikerjasamakan agar kualitasnya meningkat juga," kata Elan.

Ia mengatakan, beberapa lembaga pendidikan dan instansi sudah melirik sektor UMKM di desanya.

"Semoga harapan warga dan pemerintah bisa sinkron, usaha berkembang rakyat juga ikut merasakan dampaknya," katanya. (fam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved