Virus Corona di Jabar
Jabar Dapat Jatah 38 Ribu Vaksin Covid-19 untuk Tahap I, BELUM BOLEH Disuntikkan
“Vaksin tahap pertama kurang lebih 38 ribu dosis untuk tenaga kesehatan,” kata Daud saat dihubungi melakui telepon, kemarin.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum akan menjadi orang pertama dari lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang akan mendapatkan vaksinasi Covid-19 tahap pertama.
Vaksinasi tahap pertama di Jabar rencananya akan dimulai pada bulan ini hingga paling tidak bulan April nanti.
"Sesuai arahan Pak Gubernur, saya harus menjadi orang yang pertama di Jawa Barat yang menjalani penyuntikan vaksin Covid-19," ujar Uu kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, Senin (4/1).
Uu juga mengaku sudah siap divaksin.
"Tinggal tunggu waktunya kapan sesuai arahan Satuan Tugas Covid-19 Jawa Barat," ujarnya.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Jabar, Daud Achmad, vaksin Covid-19 Sinovac yang dipergunakan pada vaksinasi tahap pertama di Jabar akan diterima Dinas Kesehatan Jabar, Selasa (5/1).
“Vaksin tahap pertama kurang lebih 38 ribu dosis untuk tenaga kesehatan,” kata Daud saat dihubungi melakui telepon, kemarin.
Daud mengatakan dari 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 yang didistribusikan pemerintah pusat, Jabar mendapat alokasi sebanyak 97.080 vaksin.
Tahap I 38.400 dosis, sementara untuk tahap II sebanyak 58.680 dosis.
"Untuk Tahap II, tanggal pengirimannya masih dalam konfirmasi,” ujarnya.
Daud mengatakan dari Dinas Kesehatan Jabar, vaksin ini akan kembali disalurkan ke dinkes kabupaten dan kota yang selanjutnya akan diberikan pada sejumlah fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
“Kita di Satgas kan ada divisi logistik. Kami siapkan gudang penyimpanan dan membantu dinkes persiapan distribusi ke kabupaten dan kota,” ujarnya. “Peran Satgas hanya membantu karena distribusi vaksin yang membagikan Kemenkes RI.”
Dua Vaksin
Ditemui di Gedung Sate, kemarin, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan sekitar 1.000 puskesmas dan 90-an rumah sakit daerah dan swasta di Jabar telah siap memberikan vaksin Covid-19 kepada masyarakat.
Emil mengatakan, mengatakan vaksin Covid-19 terbagi dua.
Pertama adalah yang dibeli atau diimpor langsung dari sejumlah negara, kedua adalah vaksin yang diproduksi di Biofarma.
"Yang di Biofarma, yang saya jadi relawan itu masih Maret produksi dan keputusannya. Yang impor ini hanya terbatas, maka mayoritas vaksin ini hanya untuk tenaga medis dan profesi terdepan dalam menghadapi Covid-19," katanya.
Distribusi vaksin, katanya, sedang berjalan dan belum ada laporan lanjutan.
Tapi targetnya, diperkirakan minggu ke-3 Januari 2020 penyuntikan vaksin pertama dilakukan kepada Presiden RI.
"Jadi artinya dari tanggal 4 sampai tanggal 20-an itu masih ada 2 minggu lebih untuk menyiapkan prosedur dan lain-lain," katanya.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Universitas Padjadjaran, Eddy Fadlyana, mengatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI rencananya akan mengumumkan hasil riset uji klinis fase III vaksin Covid-19 Sinovac pada 15 Januari 2021."
"Meski demikian, ketua tim riset uji klinis vaksin covid-19 Universitas Padjajaran, Prof. Kusnandi Rusmil, memastikan bahwa vaksin Covid-19 yang akan dipergunakan dalam waktu dekat ini sudah melalui berbagai tahapan yang diperlukan.
"Selama ini, itu (vaksin) dari aspek keamanan saya katakan cukup baik, tapi dari efektivitas dan imunogenitas itu sedang dalam penelitian, jadi belum selesai."
"Nanti akhir Januari saya akan lakukan interim report kepada Ibu Rektor untuk dilaporkan kepada PT. Bio Farma, di mana selama enam bulan ini uji klinis vaksin berjalan baik dan tidak terjadi apa-apa," ujarnya, kemarin.
BPOM
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito mengingatkan vaksin Covid-19 Sinovac yang sudah didistribusikan ke sejumlah daerah belum boleh disuntikkan karena masih belum mengantongi izin penggunaan darurat atau EUA.
"EUA masih berproses, tapi vaksin sudah diberikan izin khusus untuk didistribusikan karena membutuhkan waktu untuk sampai ke seluruh daerah target di Indonesia," kata Penny.
BPOM, kata dia, akan terus mengevaluasi uji klinis Sinovac di Bandung. Selain itu, BPOM akan terus mengkaji secara seksama berbagai hal terkait vaksin Covid-19, termasuk data dari berbagai negara terkait uji klinis antivirus SARS-CoV-2 tersebut.
Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan optimistis bahwa vaksinasi Covid-19 dapat dilakukan selama 15 bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yakni Januari 2021 hingga Maret 2022. Ia mengatakan bahwa keyakinan tersebut karena pemerintah telah memastikan ketersediaan vaksin.
Nadia mengatakan vaksinasi Covid-19 akan dilakukan secara bertahap kepada 181,5 juta warga Indonesia. Vaksinasi akan dilakukan melalui fasilitas kesehatan yang ada di seluruh Indonesia.
"Kita memiliki jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup ya kita punya 13 ribu puskesmas dengan hampir 2.500 rumah sakit serta didukung dengan 49 Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ini akan menjadi tentunya fasilitas layanan kesehatan yang akan memberikan pelayanan vaksinasi kepada seluruh sasaran sebanyak 181,5 juta," katanya.
Selain ketersediaan vaksin dan fasilitas layanan kesehatan, menurut Nadia, pemerintah juga telah menyiapkan 30 ribu vaksinator yang siap memberikan vaksin kepada seluruh calon penerima vaksin. "Jadi kita cukup yakin untuk bisa menyelesaikan vaksinasi ini dan didukung tentunya dengan SDM serta sarana prasarana yang saat ini sudah disiapkan," ujarnya.(syarif abdussalam/cipta permana/tribun network)