80 Persen UMKM Terdampak Pandemi Covid-19, Ada yang Beralih Jualan Masker dan Minuman Herbal
Sebanyak 80% Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Keadaan ini
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebanyak 80% Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19.
Keadaan ini mempengaruhi para pelaku umkm untuk bisa bertahan, karena mereka terdampak akan omset, bahan baku, hingga tidak memiliki modal.
Hampir memasuki 10 bulan, para pelaku umkm harus bertahan menerjang perubahan keadaan ini.
Berbagai jenis sektor usaha pun ada yang gulung tikar, terutama usaha pelayanan transportasi dan jasa.
Melihat kondisi ini, PT Angkasa Pura mengadakan kompetisi 'Angkasa Pura Competition 2020' untuk membangkitkan semangat pelaku usaha.
Baca juga: Kurnia Agustina Akui Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan Menang tapi Soal Gugatan Hukum Itu Lain
Kepala Dinas umkm Kota Bandung, Atet Dedi Handiman mengatakan selama ini umkm memberikan banyak kontribusi untuk perekonomian daerah.
Adanya kompetisi ini tentu bisa membantu pelaku usaha dalam mempertahankan bisnisnya.
"Berubahnya keadaan di saat pandemi membuat sebagian umkm juga merubah jalur dalam penjualannya. Saat ini masih fesyen dan kuliner yang paling bertahan, kalau salon dan jasa banyak yang terpuruk. Menariknya lagi justru banyak kuliner yang meningkatkan imun tubuh," ucapnya saat ditemui di Jalan Mustang Pasteur, Sabtu (12/12/2020).
Ditemui di lokasi yang sama, Assistant Manager of Community Development PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Husein Sastranegara Bandung, Haryo menjelaskan kompetisi ini menghadirkan 3 sektor usaha baru yaitu kuliner, perdagangan, dan industri kreatif.
Sebanyak 20 peserta umkm yan berasal dari Bandung mengikuti kompetisi ini. Nantinya mereka harus mempresentasikan setiap produk yang dimilikinya.
"Kompetisi ini memang pertama kali diadakan dan akan terus diikembangkan supaya pelaku umkm bisa bertahan hidup," ucapnya.
Baca juga: Update Covid-19, Ini Deretan Artis yang Pernah Positif Covid-19, Satu di Antaranya Meninggal
Peserta yang merubah konsep penjualannya adalah Bandung Batik Shibori yang mulanya menjual pakaian, kini justru beralih ke masker.
Pemilik Bandung Batik Shibori, Imas Soemaryani mengatakan ia memulai usaha batik shibori sejak 2017 dan akibat pandemi, ia mulai menjual masker sejak Juni 2020.
"Saya menggunakan strategi adaptasi menyesuaikan dengan kondisi pasar. Bahan maskernya tetap batik shibori dan dibuat dengan standar kesehatan yaitu dilapisi 3 lembar kain," ujarnya.
Memiliki 4 karyawan, Imas berhasil tidak merumahkan para karyawannya karena mampu bertahan dalam penjualannya.
Bahkan ia baru saja mengirimkan 300 masker pesanan konsultan kebudayaan dan pendidikan di Amerika.
"Saat ini justru banyak yang memesan justru untuk pernikahan sebagai hadiah souvenir," ucapnya.
Baca juga: Update Covid-19, Ini Deretan Artis yang Pernah Positif Covid-19, Satu di Antaranya Meninggal
Lalu ada juga penjual jahe merah dengan brand Hisohi, yang dibangun oleh Tetin Sobariah.
Tetin mengatakan sebelumnya ia menjual serbuk coklat jahe merah dan kemudian penjualan lebih banyak justru jahe merahnya saja.
"Penjualan coklat jahe merah awalnya hanya ramai di Kalimantan, tapi semenjak pandemi, serbuk jahe merah kini semakin bagus penjualannya," ucap Tetin.
Jahe merah ini didapatkan Tetin dari ladang milik neneknya di Tasikmalaya dan kemudian ia buat menjadi serbuk dalam proses manual.
Membangun usaha dalam keterbatasan, Tetin hanya bisa membuka pre order yang dilakukan seminggu 2 kali.
Melaui kompetisi ini para pelaku umkm tetap semangat untuk mempertahankan usahanya.