Politik Identitas Mulai Tak Laku Contohnya Kekalahan Calon Wali Kota yang Didukung Ustaz Abdul Somad
Di mana, paslon Akhyar Nasution-Salman Alfarisi didukung oleh Ustad Abdul Somad (UAS).
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Pengamat Politik sekaligus Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, politik identitas tak begitu terasa dalam Pilkada serentak 2020.
Ray lantas menyoroti soal Pilkada serentak di Kota Medan, Sumatera Utara.
Di mana, paslon Akhyar Nasution-Salman Alfarisi didukung oleh Ustad Abdul Somad (UAS).
Namun, dalam hitung cepat sementara KPU, pasangan itu kalah dibanding pesaingnya yakni menantu Presiden Jokowi Bobby Nasution
Menurut Ray, hasil sementara Pilkada Kota Medan bisa menjadi bukti kalau politik identitas tak lagi laku.
"Pilkada 2020 yang baru saja kita lakukan tepatnya kemarin, politik identitas tidak terlalu menonjol di banyak tempat. Meskipun tentu ada upaya untuk tetap melakukannya tetapi, tidak seperti di dalam Pilkada 2017 atau Pilpres 2019 yang lalu," kata Ray saat dihubungi Tribunnews, Kamis (10/12/2020).
Ia pun membeberkan sejumlah faktor penggunaan politik identitas tak lagi laku di masyatakat.
Pertama, ada semacam kelelahan spiritual di kalangan masyarakat dalam hal mempergunakan isu-isu agama jadi kepentingan politik.
"Ada semacam kesadaran baru bahwa menggunakan isu agama di dalam politik bisa berujung pada kekecewaan. Salah satu pelajaran penting yang diambil oleh masyarakat dari praktek penggunaan politik identitas pada pilpres 2019," ucap Ray.
Ray menilai, pada akhirnya para politisi hanya berpikir soal apa yang menguntungkan mereka dan apa yang merugikan mereka.
Hal itu bisa dilihat dari masuknya Prabowo Subianto ke dalam kondisi Presiden Jokowi.
Dengan sendirinya, menghamparkan politik identitas yang dibangun pada pilpres 2019 jadi ada semacam pelajaran di kalangan masyarakat untuk tidak mengulang-ulang politik indentitas dalam pelaksanaan Pemilu.
"Saya kira hal ini besar efeknya kepada masyarakat kita untuk menekan sedemikian rupa penggunaan politik identitas di dalam pelaksanaan Pilkada berikut yang lalu. Tetapi pada saat yang bersamaan, ada semacam kelelahan spritual ya capek terus-menerus menggunakan isu agama di dalam praktek-praktek politik," jelas Ray.