VIDEO-KISAH INSPIRATIF, Syakur Asauri, Mulai dari Pebisnis Barang Antik Hingga Pendiri Pesantren
Syakur menuturkan dirinya membeli barang antik atas kehendak dirinya sendiri. Barang antik yang Ia punya, umumnya didapatkan dari kolektor.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Lampu remang, latar barang antik yang tertata dan dihiasi suara bising pembeli di sekitarnya menggambarkan suasana toko Syakur Asauri (36) yang berada di Jl ABC gedung Cikapundung Elektronik Center lt 3 kios er 45 bandung.
Pria yang akrab disapa kang Syakur itu mengaku sudah menyukai barang antik sejak dirinya masih kecil.
Hobinya itu muncul ketika Ia berumur 3 tahun saat melihat Ayahnya juga gemar mengoleksi barang antik, mulai dari keris hingga naskah kuno yang umurnya sudah puluhan tahun.
Syakur menuturkan dirinya mulai fokus berbisnis di bidang ini ketika Ia sudah mendapatkan pendapatannya sendiri.
Dirinya mengaku sempat kebingungan dalam memilih antara harus melanjutkan pendidikan S2 jurusan KPI yang saat itu Ia tempuh di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, atau memilih berbisnis barang antik.
Syakur mengaku dirinya mulai memutuskan untuk berbisnis ketika pertama kali Ia berburu barang antik sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk memulai bisnis di tahun 2014 silam.
Beragam tipe barang antik Ia jual, mulai dari koran lama hingga jangkar kapal. Syakur menuturkan dirinya membeli barang antik atas kehendak dirinya sendiri. Barang antik yang Ia punya, umumnya didapatkan dari kolektor.
“Banyak barang antik yang sama beli dan rata-rata memang barang yang saya suka. Ada yang langsung saya beli dari kapal seperti jendela kapal dan yang lainnya. Tapi umumnya saya mendapatkan barang antik ini dari kolektor dan juga pebisnis lain, jadi istilahnya saling kasih info kalo ada barang antik. Terus juga kita dapat barang-barang itu dari pengepul juga” ujarnya ketika ditemui di tokonya di Pasar Antik (17/09/20).
Syakur menuturkan harga barang antik yang ditawarkan beraneka ragam, mulai dari yang paling murah kisaran Rp 10.000,00 sampai barang antik pemutar musik yang berlapis emas yang harganya mencapai kisaran Rp 40.000.000,00.
Eksistensi toko barang antik miliknya sudah tidak perlu diragukan lagi. Banyak pembeli yang berdatangan dari luar kota bahkan luar pulau.
“Alhamdulilah, kalo untuk seluruh pulau di Indonesia sudah pernah lah kita pasarkan. Target pasar kitapun luas, banyak orang yang datang daei luar kota seperti Jakarta, Bogor, Kalimantan bahkan Sumatera” Ungkapnya sembari menunjuk barang-barang antik miliknya.
Pria yang mempunyai tiga anak itu mengaku hal ini dibantu karena proses pemasarannya yang dilakukan secara daring melalui media sosial yang ada.
Menurutnya sebagai seorang pebisnis dirinya harus pandai dalam membaca pasar. Jika sudah kebanyakan orang sudah beralih ke dunia online, maka sudah sepatutnya kita jangan ortodoks untuk tetap menggunakan cara konvensional.
Pendapatan yang bisa Ia dapatkan dari berbisnis barang antik terbilang cukup tinggi, yaitu mencapai angka Rp 150 juta dalam satu bulan. Menurutnya pendapatan yang Ia dapatkan tersebut merupakan pendapatan kotor.
“Dalam satu bulan kita bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp 150 juta. Tetapi jika sudah ditotalkan dengan pembelian barang baru dan juga gaji karyawan, pendapatan total yang saya bawa pulang sekitar Rp 25 juta” tuturnya.