Raudya Salshadila Wisudawati Cantik Raih Nilai Terbaik di Unpas, Ungkap Rasa Senang & soal Sedihnya
Sabtu (14/11/2020) tampaknya menjadi momentum bersejarah dan tidak akan pernah terlupakan bagi Raudya Salshadila, peserta wisuda Universitas Pasundan
Penulis: Cipta Permana | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sabtu (14/11/2020) tampaknya menjadi momentum bersejarah dan tidak akan pernah terlupakan bagi Raudya Salshadila, peserta wisuda Universitas Pasundan (Unpas) tahun akademik 2020/2021.
Selain, ini harus terpisah dari teman-teman seangkatannya yang mengikuti wisuda secara daring karena situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, juga wisudawati cantik berusia 22 tahun ini pun berhasil dinobatkan menjadi wisudawan terbaik dengan capaian IPK sempurna yaitu 4.00.
Mengenakan kebaya merah maroon berbalut toga wisuda, perempuan kelahiran Tanah Grogot Kalimantan Timur, 3 November 1998 itu pun senyumnya mengembang, ketika namanya dipanggil.
Baca juga: VIDEO-Begini Gaya Tari Putri, Tukang Rujak Cantik Viral di Medsos Asal Tasikmalaya Saat Bikin Rujak
Baca juga: Walau Berparas Cantik, Tari tak Sombong dan Enjoy Jadi Penjual Rujak Jambu Kristal
Baca juga: Wow! Omset Tukang Rujak Cantik Tasik Ini Naik 10 Kali Lipat dalam Seminggu, Tari Pun Tertawa Renyah
Sambil tetap tersenyum seraya disambut riuh suara tepuk tangan dari para peserta dan panitia wisuda, Raudya pun beranjak dari tempat duduknya menuju podium, tempat Rektor Unpas dan para senat untuk mengukuhkan wisudanya dan memberikan ijazah.
Ekspresi yang sama pun tampak diperlihatkan oleh lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi tersebut saat menemui Tribun Jabar di luar aula Hotel Aryaduta, Bandung yang menjadi lokasi gelaran wisuda daring Unpas.
"Maaf menunggu lama ya mas acaranya," itulah kalimat pertama yang terlontar dari bibir bergincu merah diikuti senyum manis yang mengembang dari wajahnya saat menyapa Tribun Jabar usai gelaran wisuda gelombang I Tahun Akedemik 2020/2021, Sabtu (14/11/2020).
Putri sulung dari pasangan Mirza dan Siti Hafsah itupun pun langsung menjelaskan tentang perasaan yang berkecamuk di dirinya selama berada di dalam acara prosesi wisuda.
Menurutnya terdapat perasaan bahagia sekaligus sedih, hal itu dikarenakan suasana wisuda yang berbeda harus dirasakan Ia dan teman-teman seangkatannya pada tahun ini.
"Jadi ada perasaan senang karena bisa lulus dan wisuda tepat waktu, tapi juga ada sedih karena biasanya kalau selesai wisuda itu, harusnya bisa berkumpul dulu buat foto-foto dulu untuk melepas kangen sebelum pulang bareng orangtua, apalagi ada kemungkinan bahwa prosesi wisuda hari ini adalah momen terakhir untuk kita bisa kumpul lengkap dengan mengenakan baju toga, karena nanti semua pasti akan berjalan di jalur pilihannya masing-masing," ujarnya.
Raudya pun menuturkan, capaian prestasi IPK sempurna yang diraihnya tidak pernah direncanakan sebelumnya semasa di bangku kuliah, namun dirinya selalu berprinsip untuk selalu melakukan yang terbaik dalam setiap kegiatan.
Oleh karenanya, dirinya pun tidak menyangka bahwa Ia akan menjadi seorang lulusan terbaik di wisuda Unpas Gelombang I Tahun Akademik 2020/2021 tersebut.
"Saya juga engga nyangka bisa dapat IPK 4.00, karena engga pernah di targetin gitu. Intinya cuma belajar aja sungguh-sungguh, aktif bertanya kepada dosen di dalam kelas kalau misalnya ada yang engga paham atau bingung, termasuk rajin menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dosen aja. Jadi jangan takut atau gengsi di bilang caper (cari perhatian) dan sejenisnya, karena pastinya dosen akan memberikan penilaian lain terhadap usaha kita," ucapnya
Disinggung mengenai tips dan trik dalam mensiasati rasa malas dan jenuh yang hampir pasti di alami para mahasiswa dalam menjalani kehidupan perkuliahan, Raudya mengaku solusi yang dilakukannya selama ini, salah satunya dengan membuat rencana dan target capaian terkait setiap hal yang akan dilakukannya.
"Biasanya untuk mengusir rasa malas dan kejenuhan, saya selalu bikin goals-goals atau target dari rencana kegiatan yang akan saya lakukan saya baik di laptop atau di buku catatan pribadi saya. Jadi begitu saya mulai merasakan malas, saya suka buka catatan itu untuk mood booster gitu. Kalau hal ini sudah biasa dilakukan, mau engga mau karena melihat target kerjaan yang harus diselesaikan pasti bakalan dikerjakan, termasuk saat menargetkan kapan beres skripsi, sidang akhir, dan wisuda," ujar Raudya.
Raudya pun mengaku target selanjutnya setelah lulus wisuda Program Sarjana ini, dirinya memiliki keinginan untuk dapat segera memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan minat bakat dan ketertarikan dirinya pada dunia Ilmu Komunikasi.
Meski demikian dirinya pun tidak menampik adanya keinginan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
"Sebenernya masih belum tahu sih kedepan mau seperti apa, tapi yang pasti pingin cepet dapet kerja seusai bidang keilmuan saya di Komunikasi, malahan kalau bisa kerja sambil barengan lanjut kuliah S2 gitu," katanya.
Sementara itu Rektor Unpas, Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf mengaku bangga dengan capaian prestasi dari para wisudawan terbaik gelombang I, sebab meski berada dalam situasi sulit, karena dampak pandemi covid-19, tidak menyurutkan niat dan semangat mereka untuk dapat terus melakukan yang terbaik.
"Tentunya kami bangga dan mengapresiasi selamat atas apa yang telah dicapai oleh para lulusan terbaik di wisuda kali ini. Apalagi jumlah peserta wisuda dari hari ini mencapai hingga 558 lulusan," ujarnya.
Prof. Eddy pun menambahkan bahwa, gelaran wisuda secara secara daring ini menjadi pertama, sejak 60 tahun Unpas berdiri pasa 14 November 1960.
“Prosesi wisuda bukanlah purna tugas atau berhenti belajar melainkan sebuah titik tolak pengembangan diri, termasuk ilmu yang sudah didapatkan di Unpas yang harus dilanjutkan dalam bermasyarakat, dan bisa mengatasi tantangan dan perubahan jaman,” ucapnya.
Di tengah pandemi Covid 19 lanjut Prof Eddy, lulusan Unpas dituntut untuk beradaptasi, responsif dan lincah agar bisa bertahan dan berkontribusi untuk lingkungannya.
“Covid 19 telah banyak mengubah kehidupan, di mana dunia dipaksa mengalami kondisi normal baru, aktivitas keseharian tatap muka, diganti dengan mediasi teknologi, belajar-mengajar yang biasanya dilaksanakan di ruang kelas pun diganti dengan daring begitu juga dengan wisuda yang seharusnya tatap muka, yang saat ini dilaksanakan secara daring. Tapi semoga tidak mengurangi kekhidmatan dari prestasi dan pencapaian keilmuan baik untuk tingkat sarjana, magister maupun doktor,” katanya (Cipta Permana).