Penanganan Virus Corona
Tingkatkan Pemahaman Bahaya & Cara Cegah Covid-19, 5 Dosen Keperawatan UBK Bentuk SARIMBID di Ponpes
Pemahaman informasi yang tidak utuh terkait bahaya dan potensi penularan Covid-19, menjadi salah satu faktor terbentuknya klaster baru
Penulis: Cipta Permana | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemahaman informasi yang tidak utuh terkait bahaya dan potensi penularan Covid-19, menjadi salah satu faktor terbentuknya klaster baru di sebuah lingkungan bersama.
Kondisi ini pun, menuntut semua pihak agar dapat bekerja sama dalam upaya pencegahan sedini mungkin, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar, guna memutus rantai penularan covid-19 yang kian masif sekarang ini.
Berkaca pada hal tersebut, lima orang dosen program studi sarjana dan diploma III (D-3) Keperawatan dari Universitas Bhakti Kencana (UBK) tergerak untuk melakukan program pengabdian masyarakat, dengan membentuk Santri Siaga Mencegah Bencana Pandemik Covid-19 (SARIMBID) di Pondok Pesantren Hidayatullah Bandung, Kecamatan Cilengkrang, Kota Bandung.

Para dosen yang terdiri dari Dede Nur Aziz Muslim M.Kep; Rizki Muliani S.Kep., Ners., MM; Anggi Jamiyati S.Kep., Ners; Sri Mulyati Rahayu S.Kp., M.Kes; dan Nur Intan Hayati Husnul Khatimah M.Kep, selama dua bulan terakhir memberikan edukasi dan pendampingan melalui beragam materi terkait disiplin protokol kesehatan kepada para pengurus dan sejumlah santri di Ponpes tersebut.
Ketua kelompok pengabdian masyarakat, Dede Nur Aziz Muslim M.Kep menjelaskan, bahwa penyampaian dan pemahaman informasi terkait bahaya serta upaya pencegahan penularan dari Covid-19, yang terus disampaikan masif oleh berbagai pihak selama ini, ternyata belum mampu menjangkau semua kalangan, termasuk di lingkungan pondok pesantren.
Terlebih, salah satu aturan tata tertib santri asrama di seluruh Ponpes adalah, tidak boleh mempergunakan handphone dan mengakses televisi di luar jadwal yang telah ditentukan oleh kepala juga pengurus pondok pesantren, akibatnya berbagai informasi pun tidak diterima secara utuh oleh para penghuni Ponpes dan sikap dan perilaku abai pun terjadi yang berpotensi terbentuknya klaster penularan.
"Oleh karena itu, melalui program pengabdian masyarakat ini, kami ingin membangun nalar dan tindakan nyata dalam upaya mencegah terbentuknya klaster baru di lingkungan Ponpes tersebut, terlebih santri ini kan merupakan salah satu aset bangsa yang harus diperhatikan," ujarnya saat ditemui disela kegiatan penyuluhan, Minggu (8/11/2020).
Azim sapaan akrabnya, mengatakan, bahwa berdasarkan hasil survey analisis awal yang dilakukan kelompoknya tersebut, bahwa karena penerimaan dan pemahaman informasi yang terbatas, para santri di Ponpes Hidayatullah Bandung belum menerapkan disiplin protokol kesehatan 3M dan 1T seperti yang telah dianjurkan pemerintah, dalam beragam kepadatan aktivitasnya.
Menurutnya, mengingat keterbatasan waktu dan intensitas bertemu untuk memberikan edukasi juga penyuluhan tekait upaya pencegahan penularan Covid-19 terhadap para santri, maka pihaknya membentuk
kelompok santri siaga dan satuan gugus tugas pencegahan Covid-19, yang dapat meneruskan program tersebut.
Sehingga, diharapkan, kelompok santri ini dapat menjadi contoh sekaligus pengawas dari rekan-rekannya agar terus konsisten menerapkan disiplin protokol kesehatan di lingkungan pondok pesantren, termasuk di lingkungan masyarakat sekitarnya.
"Jadi pola edukasi dan pembinaan penerapan disiplin protokol kesehatan yang dilakukan seperti halnya kinerja dari virus covid-19 itu sendiri, siapa melakukan apa, dan menyampaikankannya kepada siapa, sehingga dapat terbentuknya sebuah sistem yang kokoh dari mereka untuk mereka yang mampu saling menguatkan dan bersama-sama mencegah potensi terbentuknya klaster baru di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Bandung," ucapnya.
Selain membentuk santri siaga dan satgas pencegahan covid-19, pihaknya pun memberikan beberapa pelatihan terkait penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB), hingga pembuatan hand sanitizer alami dan cairan disinfektan sesuai dengan standarisasi organisasi kesehatan dunia (WHO), untuk dapat dimanfaatkan para santri di lingkungannya.
Sehingga, saat dibutuhkan, mereka tidak perlu lagi membeli, karena telah mampu membuatnya masing-masing secara mandiri.
Bahkan, para santri pun dibekali dengan buku saku covid-19 dengan desain secara menarik dan berisikan berbagai materi penjelasan tentang Covid-19, upaya pencegahannya, hingga panduan merawat pasien Covid-19 di rumah dan di Ponpes yang diberikan kepada satgas pencegahan Covid-19 yang dibuat sendiri oleh para dosen.