Waspada! Sebagian Jawa Barat Terdampak La Nina, Berpotensi Memicu Bencana Banjir dan Longsor

Hal itu berdasarkan pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator hingga akhir September 2020

https://www.weatherzone.com.au/news/severe-tropical-cyclone-claudia/530880
ilustrasi. Badai tropis Claudia/Siklon Tropis Claudia terlihat di perairan Australia, 13 Januari 2020. 

TRIBUNJABAR.ID - Anomali iklim La Nina berkembang.

Hal itu berdasarkan pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator hingga akhir September 2020.

Suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur, berdasarkan indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO), dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir.

Nilai anomalinya telah melewati angka minus 0,5 derajat celcius.

PERINGATAN Dini BMKG: 7 Wilayah di Jabar Berpotensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir

Banjir dan Longsor Terjang Leles Cianjur, Listrik Padam, Warga ada yang Tidur di Atas Lemari

Awas! Peringatan Dini Gelombang Tinggi 4 Meter di Sejumlah Wilayah Perairan dari BMKG

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Herizal mengatakan indeks tersebut menunjukkan ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat Celcius pada Agustus dan minus 0,9 derajat Celcius pada September 2020.

Menurut Herizal, BMKG dan pusat layanan iklim lain seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020.

"Diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari 2021 dan berakhir di sekitar Maret-April 2021," jelas Herizal dalam pernyataan pers kepada Kompas.com, Sabtu (3/10/2020).

Banjir dan longsor menerjang Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jumat (2/10/2020) malam.
Banjir dan longsor menerjang Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jumat (2/10/2020) malam. (istimewa)

Menurut catatan historis La Nina di Indonesia, kata Herizal, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan hingga 40 persen di atas normal.

"Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia," kata dia.

Pada Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat anomali iklim tersebut dapat terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia, kecuali Sumatera.

Herizal menambahkan pada Desember 2020 hingga Februari 2021, dapat terjadi peningkatan curah hujan akibat La Nina di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua.

Pada Oktober ini, beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki musim hujan di antaranya di wilayah berikut.

  • Pesisir timur Aceh Riau (sebagian)
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Pulau Bangka
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat (sebagian)
  • Jawa tengah (sebagian)
  • Jawa Timur (sebagian kecil)
  • Kalimantan Barat (sebagian)
  • Kalimantan Tengah (sebagian)
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Timur (sebagian)
  • Kalimantan Utara (sebagian)
  • Sulawesi (sebagian kecil)
  • Maluku Utara
  • Nusa Tenggara Barat (sebagian kecil)

BMKG mengimbau agar para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal dalam melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Misalnya, dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih.

Sebab, peningkatan curah hujan awal musim hujan yang disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis di Indonesia, seperti banjir dan tanah longsor.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG: Waspada La Nina di Indonesia, Ini Wilayah yang Terkena Dampaknya"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved