Tsunami 20 Meter Ancam Selatan Jawa, Warga Pesisir Pantai Sukabumi Anggap Hoaks

Tanggapi hebohnya isu tsunami 20 meter yang berpotensi terjadi di selatan Jawa, sebagian warga Sukabumi ternyata ada yang menganggap itu sebagai hoaks

Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Dedy Herdiana
tribunjabar/m rizal jalaludin
Kondisi pantai selatan Sukabumi, pantai Sunset, Cisolok, Jumat (25/9/2020) 

Laporan Kontributor Kabupaten Sukabumi M Rizal Jalaludin

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Menanggapi hebohnya isu tsunami 20 meter yang berpotensi terjadi di selatan Jawa sesuai hasil kajian tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), sebagian warga Sukabumi ternyata ada yang menganggap itu sebagai hoaks.

Satu di antaranya diungkapkan oleh Fatrun (43), warga di pesisir Pantai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Menurutnya, laut Palabuhanratu aman dari tsunami karena merupakan teluk.

"Menurut saya itu hoaks. Jadi begini, laut Palabuhanratu atau Sukabumi itu kan teluk, jadi jauh lah untuk terjadinya tsunami, kalau untuk tsunami jauh lah. Tapi kalau gempa bumi, seperti kejadiannya longsor atau banjir bandang di sungai-sungai itu bisa terjadi. Tapi, untuk tsunami itu jauh lah, karena laut kita teluk," ujar Fatrun kepada Tribunjabar.id, Sabtu (26/9/2020).

"Laut kita masih aman lah, masih jauh untuk terjadinya tsunami," tegas dia.

Walaupun, kata dia, di laut Palabuhanratu terdapat lempeng Australia yang bisa menyebabkan tsunami apabila terjadi pergeseran.

Namun, ia tetap beranggapan tsunami jauh untuk terjadi di pantai selatan Sukabumi.

"Walaupun benar lempeng Australi yang ada di Cimandiri itu kalau misalkan bergeser bisa terjadi. Kalau misalkan lempeng Australi yang ada di Cimandiri bergeser itu bisa terjadi, tapi kayaknya jauh itu mah, jauh untuk terjadinya tsunami. Kalau Kabupaten Sukabumi itu cepat terjadinya longsor dan banjir bandang," katanya.

Fatrun juga mengaku tidak mempersiapkan mitigasi bencana untuk menghindari tsunami yang sedang ramai diperbincangkan ini.

"Tidak ada untuk mitigasi penyelamatan diri. Kita mah walaupun kita ada di pinggir pantai santai-santai saja, tidak ada tergiur dengan info-info tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Dr. Daryono mengatakan, diperlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk mendukung dan memperkuat penerapan building code dalam membangun infrastruktur.

"Masyarakat juga diharapkan terus meningkatkan kemampuannya dalam memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," katanya.

"BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami," jelasnya.

BMKG pun mengakui informasi potensi gempa kuat di zona megathrust itu memang rentan memicu keresahan akibat salah pengertian (misleading).

"Masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan. Informasi potensi gempa kuat selatan Jawa saat ini bergulir cepat menjadi berita yang sangat menarik. Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian," katanya.* (M Rizal Jalaludin)

HITUNG-HITUNGAN Potensi Tsunami 20 Meter di Pantai Selatan Jawa Barat dan 12 Meter di Selatan Jatim

Memahami Gempa Megathrust yang Bisa Sebabkan Tsunami di Selatan Jawa, Masyarakat Tak Perlu Cemas

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved