Surat Nikah Soekarno Inggit
Menyoal Surat Nikah dan Cerai Soekarno-Inggit, PDIP Jawa Barat Beri Tanggapan Begini
Ono Surono turut menanggapi soal lembaran dokumen pernikahan milik Presiden RI pertama Soekarno dengan Inggit Ganarsih yang hendak dilelang.
Penulis: Ery Chandra | Editor: Giri
Tito bercerita, saat itu, dia diamanatkan untuk menyimpan dua dokumen tersebut.
"Saya simpan sejak 1980-an, diamanatkan oleh ibu Inggit Garnasih," ujar Tito ditemui di kediamannya di kawasan Margahayu Utara Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung, Kamis (24/9/2020).
Selama 30 tahun lebih, dia menyimpan surat-surat tersebut. Selain dokumen, ia juga menyimpan benda lainnya yang berkaitan dengan Bung Karno dan Inggit selama bersama. Seperti foto-foto, meja belajar hingga lemari.
Pada tahun 2000-an, ia bercerita, dokumen pribadi tokoh bangsa itu sempat hendak dibeli Pemprov Jabar untuk jadi koleksi museum. Saat itu, pembeliannya sempat dianggarkan di APBD dan sudah dibahas dengan DPRD Jabar.
"Tapi akhirnya ditolak dan batal karena katanya bukan dokumen negara, tapi dokumen pribadi. Padahal sudah dibahas. Jadi kalau sudah begitu, gimana? Saya sebagai pemilik dokumen itu, terserah saya dong mau digimanain," ucap Tito.
Hingga akhirnya, foto-foto itu diunggah di media sosial Instagram oleh pemilik akun, Yulius Iskandar. Ia menyebut, dokumen pribadi itu dihargai Rp 25 miliar.
"Sebenarnya sudah banyak yang menghubungi kami untuk meminta dokumen itu," ucap Tito.
Ditimpali oleh Galuh Mahesa (36), anak ketiga Tito. Menurut dia, pernah ada dari Belanda yang hendak meminta dokumen tersebut.
"Sempat dihargai lebih dari itu (Rp 25 miliar). Dulu ada dari Belanda, cuma kami diminta ke sana terus kemudian dilelang. Ada yang sempat menawar hingga Rp 100 miliar. Tapi enggak dikasih karena kami dulu berharap dipegang pemerintah secara resmi dengan kompensasi, tapi kan enggak bisa," ucap dia.
Galuh menambahkan, Ridwan Kamil saat berkampanye di Pilgub Jabar sempat menyambangi rumahnya dan melihat benda-benda peninggalan Soekarno dan Inggit Garnasih.
Kata dia, saat itu Ridwan Kamil sempat mengatakan akan membeli dokumen itu untuk museum sejarah Jabar.
"Tapi sampai saat ini belum," ucap dia.
Galuh menerangkan, Tito sebagai pewaris dokumen tersebut, punya hak atas dokumen tersebut. Ia berharap dokumen itu dikuasai dan disimpan oleh siapa pun yang berhak, tentunya dengan kompensasi.
"Karena dulu juga ada amanat dari Ibu Inggit ingin membuat klinik bersalin dan fasilitas umum, bukan semata-mata untuk kepentingan kami saja," ucap dia. (*)