Ada 28 Desa di Bogor yang Sudah Alami Kekeringan, Musim Hujan Dimulai Akhir Bulan Depan

Sedangkan musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap di akhir bulan Oktober nanti terutama di Indonesia bagian barat.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
Tribun Jabar
Ilustrasi Kekeringan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebanyak 28 Desa di 11 Kecamatan di Kabupaten Bogor dilanda kekeringan, sebagai dampak dari hari tanpa hujan (HTH) selama musim kemarau tahun 2020.

Adapun rincian desa dan wilayah yang terdampak kekeringan meliputi Desa Koleang, Desa Pamagersari, Desa Barengkok, Desa Situ, Desa Curug, Desa Kalong Sawah, Desa Tegal Wangi, Desa Sipak dan Desa Jugalajaya di Kecamatan Jasinga.

Kemudian Desa Hambalang, Desa Sukahati dan Desa Tajur di Kecamatan Citeureup, Desa Tegal Panjang dan Desa Mekarwangi di Kecamatan Cariu, Desa Cigudeg di Kecamatan Cigudeg, Desa Leuwikaret dan Desa Nambo di Kecamatan Klapanunggal.

Selanjutnya Desa Sukasirna, Desa Weninggalih, Desa Singga Jaya, Desa Nyangegeng, Desa Garung dan Desa Jonggol di Kecamatan Jonggol, Desa Antajaya dan Desa Sirnasari di Kecamatan Tanjungsari, Desa Batangsari di Kecamatan Rancabungur, Desa Kirapandak di Kecamatan Sukajaya, Desa Ciampea di Kecamatan Ciampea dan Desa Kalongliud di Kecamatan Nanggung.

Menurut laporan dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor pada Selasa (15/9), bencana kekeringan itu juga berdampak pada 10.613 KK.

Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Bogor terus melakukan kaji cepat, berkoordinasi dengan instansi terkait dan telah mendistribusikan bantuan air bersih ke beberapa titik di 9 Kecamatan dan wilayah lain secara bertahap.

Hingga laporan yang diterima, total air yang sudah didistribusikan sebanyak 280.000 liter.

Sementara itu, menurut prakiraan cuaca dan musim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia masih dapat berlangsung hingga bulan Oktober, khususnya di sebagian besar Pulau Jawa.

Sedangkan musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap di akhir bulan Oktober, terutama dimulai dari wilayah Indonesia Barat dan sebagian besar wilayah Indonesia.

Melihat adanya dampak dari bencana yang dipicu oleh faktor cuaca dan hasil prakiraan cuaca dari BMKG tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta agar pemangku kebijakan di daerah dapat lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis.

Para pemangku kepentingan di daerah juga diharapkan dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat pun mulai menindaklanjuti laporan daerah di Jawa Barat yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih akibat kemarau tahun ini. Dari 27 daerah di Jabar, baru Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung yang terdampak musim kemarau tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Dani Ramdan, mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi laporan tersebut dengan pengoordinasian penyaluran air untuk kawasan pertanian dan penyediaan air bersih untuk warga yang kesulitan mendapat air bersih.

Dani mengatakan berdasarkan dari surat peringatan yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Jawa Barat hingga Oktober 2020 diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.

“Tapi kemaraunya memang kemarau basah tahun ini, sehingga masih ada hujan meskipun sporadis. Tidak merata di satu kabupaten pun,” katanya di Bandung, Rabu (16/9).

Menurut Dani, sejauh ini pihaknya sudah mulai menerima sejumlah laporan dari daerah seperti di Kabupaten Bogor bagian barat yang menyatakan sudah mengalami kesulitan air. Namun demikian, di kawasan timurnya, pasokan air masih berlimpah. Begitu pun di Kabupaten Bandung yang hanya terjadi di sejumlah kecamatan.

Meski sudah ada laporan dari beberapa daerah terkait kebutuhan air, Dani mengaku angka sebaran kekeringan belum tinggi.

Mitigasi yang dilakukan BPBD Jabar sendiri antara lain mengirimkan tangki air bersih ke wilayah terdampak.

BPBD Jabar sudah rutin menyiagakan keberadaan tangki air ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Untuk daerah yang mengalami kesulitan air bersih dengan durasi panjang, pihaknya juga menyiapkan upaya pipanisasi.

"Mitigasi ini diberikan pada desa yang betul-betul tidak memiliki sumber air terdekat. Mereka yang sumber airnya kurang dari lima kilometer, kita bisa pakai proyek pipanisasi,” tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved