Kabar Seleb
Keluarga Evi Masamba Jadi Korban Banjir Luwu Utara, Rumah Rata dengan Tanah, Terpaksa Mengungsi
Penyanyi Evi Masamba mengabarkan kondisi terbaru keluarganya setelah bencana banjir di Luwu Utara melalui Instagram.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID - Penyanyi Evi Masamba mengabarkan kondisi terbaru keluarganya setelah bencana banjir di Luwu Utara melalui Instagram.
Seperti diketahui, Evi Masamba dan keluarganya tinggal di Kecamatan Masamba, kabupaten Luwu utara, Sulawesi Selatan.
Bencana banjir itu terjadi karena hujan deras dan membuat Sungai Masamba meluap, Selasa (4/8/2020).
Evi Masamba mengatakan saudaranya menjadi korban banjir tersebut.
Rumah warga Masamba termasuk saudaranya rata dengan tanah.
Tante Evi masamba terpaksa menjadi pengungsi. Untuk menyambung hidup, ia berjualan makanan yang dijajakan di gerobak.
Warung makanan sederhana itu diberi nama Warung Pengungsi Barokah.
Dilihat dari postingan Evi Masamba, ia sempat mengunjungi warung tersebut.
"Banyak yang nanyain kondisi masamba saat ini seperti apa, keadaan rumah2 udah sejajar tanah.
Dan ini salah satu korbannya tanteku sendiri. Tante udah gak punya rumah lagi, dan jadi pengungsi sekarang.
Mau gak mau jualan dipinggir jalan masamba makanya dikasih nama “warung pengungsi barokah”.
Kemarin pas cerita2, ternyata modal untuk usaha nya sekarang dari hasil program BST (bantuan sosial tunai) dari kemensos.
Jadi saya pun kaget ternyata uang nya pun bisa dijadikan dana untuk usaha rumahan. Terimakasih untuk kemensos @kemensosri saya terharuuuu
saya berharap semoga temen2 yang dapat bantuan bisa mempergunakan uangnya dengan baik..
semoga barokahhhh aamiin," tulisnya.
(Tribun Jabar)
Banjir di Luwu Utara
Belum pulih dari banjir bandang beberapa waktu lalu, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan kembali dilanda banjir, Selasa (4/8/2020) malam.
Banjir susulan terjadi karena hujan deras mengguyur bagian hulu Kecamatan Masamba sejak Selasa siang, yang membuat Sungai Masamba meluap dan merendam permukiman warga di Kelurahan Bone Tua, Kelurahan Bone dan Desa Baloli dengan ketinggian banjir bervariasi antara 50 hingga 80 sentimeter.
Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara Muslim Muchtar mengatakan, selain pemukiman warga, banjir juga merendam jalan Trans Sulawesi Masamba, yang membuat kendaraan tak dapat melintas.
“Banjir menggenangi jalan Trans Sulawesi Masamba di dekat jembatan air sudah tinggi hampir satu meter dan kendaraan sudah tidak ada yang melintas,” kata Muslim.
Muslim mengatakan, di sejumlah titik permukiman warga terendam hingga satu meter, yang membuat warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Hampir semua penduduk yang terendam kini mengungsi mencari tempat aman, ada yang mencari tempat aman di sekitar kantor Bupati dan rumah-rumah warga lainnya,” ucap Muslim.
Banjir yang terjadi saat ini merupakan banjir susulan setelah sebelumnya pada tiga pekan lalau diterjang banjir setinggi dua meter yang membawa material berupa pasir bercampur kayu.
Sejumlah relawan yang masih berada di lokasi pengungsian seperti PMI, ACT dan lainnya kini melakukan evakuasi terhadap warga bersama BPBD Luwu Utara.
Pantauan di lokasi, banjir yang mulai meluap sejak Selasa (4/8/2020) petang membuat warga panik dan berlarian menjauh dari area sekitar sungai untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Penyebab Banjir
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulsel telah menyelidiki penyebab banjir bandang dan longsor di Luwu Utara yang mengakibatkan puluhan warga tewas.
Dari hasil penyelidikan itu, Direktur Krimsus Polda Sulsel Kombes Pol Agustinus Pangaribuan mengatakan, bencana tersebut murni karena faktor alam dan bukan disebabkan karena illegal logging.
"Sementara bukan karena illegal logging, eksploitasi hutan dan lain-lain tapi karena faktor alam," kata Agustinus melalui pesan singkat, Kamis (6/8/2020).
Hasil penyelidikan tersebut didapatkan usai polisi memeriksa beberapa orang yang berasal dari Luwu Timur.
Beberapa saksi yang diperiksa mulai dari tokoh masyarakat, pejabat desa, hingga masyarakat yang wilayahnya terdampak banjir dan longsor.
"Seperti itu intinya. Banyak saksi-saksi. Masyarakat dari kantor desa dan lain-lain," kata
Pernyataan polisi tersebut kontras dengan analisis yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel yang menyebut banjir dan longsor di Luwu Utara adalah bencana ekologis.
Pasalnya sejak 2018, sudah terjadi pengalihan fungsi kawasan hutan di pegunungan Luwu Utara serta pembalakan liar.
" Banjir bandang yang terjadi di Luwu Utara bukan hanya semata-mata bencana alam, tetapi lebih kepada bencana ekologis perusakan lingkungan,” ungkap Direktur Walhi Sulsel, Muhammad Al Amin ketika dikonfirmasi, Senin (20/7/2020).
Diberitakan sebelumnya, banjir bandang akibat luapan Sungai Masamba di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, menelan korban jiwa.