Persib Bandung
Pemain Persib Setuju Gaji Dipotong 50 Persen, Apa Produktivitasnya Akan Turun? Begini Kata Pengamat
Pemotongan gaji sebebasar 50 persen memang menjadi dilema bagi setiap klub Liga 1 termasuk Persib Bandung.
Penulis: Ferdyan Adhy Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferdyan Adhy Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Hasil pertemuan semua unsur tim Persib Bandung pada Rabu (29/7/2020), di Graha Persib, Jalan Sulanjana No 17, telah menyepakati adanya pemotongan gaji sebesar 50 persen.
Lalu, apakah benar ini akan berpengaruh positif pada finansial klub di masa pandemi Covid-19, dan berpengaruh negatif pada produktivitas pemain juga pelatih?
Berikut pernyataan langsung dari pengamat sepak bola, Supriyono Prima :

Pemotongan gaji sebesar 50 persen memang menjadi dilema bagi setiap klub Liga 1 termasuk Persib Bandung.
Dibilang sulit ya memang sulit, tinggal kesepakatan dari klub sama para pemain saja seperti apa biar sama-sama enak.
• BERITA HOT Persib, Setuju Gaji Dipotong 50 Persen, Soal Latihan Bareng Umuh dan Fabiano Nyatakan Ini
Jadi memang harus ada komunikasi kemudian musyawarah antara manajemen dan pelatih untuk mencari solusi yang terbaik.
Dalam situasi seperti ini, susah sih memang bagi pemain jika ingin klaim kerugian karena pemotongan gaji.
Masalahnya, mau klaim kemana kalau dirugikan? kita mau teriak seperti apa susah, tapi ketika ada komunikasi dibicarakan bersama duduk bersama dengan istilahnya sambil ngopi bareng, saya pikir pasti ada titik temu juga kok.
Ada pemain juga sebenarnya yang merasa keberatan karena sudah main di tiga laga awal Liga 1 tapi itu sudah ada klausul kontrak di pertama namun kemudian Covid-19 ini muncul.
Nah tinggal pertanyaannya, match pertama itu hak mereka sudah dipenuhi belum?
Yang dikhawatirkan hak mereka belum terpenuhi kemudian Covid-19 muncul dan terjadi pemotongan, itu kan tidak benar juga
Jadi pemotongan itu bisa dilakukan ketika satu, sudah ada komunikasi dan pembicaraan dengan manajemen klub dan pemain ketika kompetisi itu berhenti, titik temunya dan konteksnya akan seperti itu.
Pemain yang bermain setengah hati pun kemungkinan itu pasti bisa saja terjadi.
Cuman kan tadi saya bilang, ketika memang dikasih gambaran, pengertian, duduk bersama sambil ngopi segala macam saya pikir pasti bisa pada mengerti.
Pada intinya siapa sih yang tidak butuh duit dalam kondisi seperti ini?
Tinggal bagaimana kedewasaan kebijaksanaan dari manajemen dan pemain.
Saat berbicara ke pemain pun harus dengan cara yang baik, bahasa yang baik.
Jangan sampai mengintimidasi dan saling memojokkan.
Harapan saya siapapun yang berada di situ stakeholder pemain manajemen harus tetap semangat.
Situasi Covid-19 ini bisa menjadikan mereka lebih matang lebih dewasa dalam menyikapi masalah, lebih bijak juga.
Kemudian pemain dan klub ke depannya lebih baik dalam mengelola ekonomi dan keuangan mereka karena kita kan nggak tahu situasi seperti ini apakah akan terus terjadi.
Nanti saat pemain punya rezeki pun itu benar-benar harus dipakai dialokasikan dengan baik sebaik mungkin untuk masa depan mereka.
Untuk kompetisi ya harapan saya ketika memang harus digulirkan protokol kesehatan harus tetap dijalankan kemudian setiap individu harus punya kedisiplinan menjaga kesehatan.
Kemudian jangan stres, ketika stres nanti imunitasnya dikhawatirkan turun dibawa happy saja.
Mudah-mudahan sepak bola kita makin maju Apalagi kan sebentar lagi akan menyongsong Piala Dunia U-20.
Jangan sampai kita menjadi tuan rumah tapi kompetisinya jadi mati suri kan tidak bagus.
Mudah-mudahan dengan situasi seperti ini hikmahnya kompetisi bisa bergulir lagi walaupun saya katakan situasi memang sulit memang berat. (*)