Kumpulan Doa dan Ucapan Selamat Lebaran Idul Adha Versi Bahasa Sunda untuk Update Facebook

Berikut ini Tribunjabar.id sediakan referensi ucapan selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H versi Bahasa Sunda.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Yongky Yulius
Shutterstock
Kumpulan ucapan Hari Raya Idul Adha 2020 

TRIBUNJABAR.ID - Umat muslim sebentar lagi memperingati Hari Raya Idul Adha 1441 H. Namun keadaan lebaran haji kali ini berbeda.

Masyarakat Indonesia masih menjalani physical distancing karena pandemi Covid-19.

Kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk berkumpul secara tatap muka.

Meski begitu, masyarakat masih bisa meminta maaf dan saling mendoakan melalui media sosial seperti Facebook.

Doa dan ucapan Hari Raya Idul Adha 1441 H juga dapat dibagikan kepada saudara, keluarga, dan teman.

Berikut ini Tribunjabar.id sediakan referensi ucapan selamat Hari Raya Idul Adha 1441 H versi Bahasa Sunda:

1.

Wilujeung Boboran Idul Adha (Selamat lebaran Idul Adha)

Niti wanci nu mustari, ninggang mangsa nu sampurna dina Idul Fitri 1441 H ieu.

Hayu urang sami-sami ngabersihkeun rereged ati, tina khilaf sinareng dosa.

Taqqobalallahu minna wa minkum, Shyiamana wa shyiamakum.

2.

Pami langkah tos midamel lara, tur lisan nu sok nyusun kapalsuan, nepi kangajantenkeun lukana manah.

Dina dinten boboran Idul Adha (lebaran) ieu pamugi lawang hampura anjeun masing kabuka.

مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ

Sim abdi sakulawargi neda ngahaturkeun wilujeung boboran, hapynten samudaya kalepatan.

3.

Upami ati sabening cai, sawios ngalir nu wening bersih

Upami Manah Saindah Cahaya Bulan, enggal hiasan ku bentang kaimanan, Upami Manah saputih awan

Kade tong sampe ngahalangan panon poena taqwa,

Sim kuring ngedalkeun مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْ

Wilujeng boboran Idul Adha sim abdi nyuhunkeun dihapunten lahir seinareng bathin.

Grafis ucapan selamat Idul Adha 2020.
Grafis ucapan selamat Idul Adha 2020. (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

4.

Khilaf sareng Ngalantur etateh nu janten sipatna abdi, ari nyuhunkeun panghampura eta kawajiban abdi

Ngabersihkeun hate tina sagala dosa eta anu jadi tujuan abdi

Dina dinten ieu kalawan rendahning ati sim abdi ngahaturkeun;

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ، مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ

Wilujeng boboran Idul Adha sim abdi sakulawargi nyuhunkeun dihapunten lahir seinareng bathin.

5.

Batin nu usik nyaliksik diri, Bilih kasabit kaciwit ati, karumpak ungkara basa

Kadudut kalindu qalbu, Mugia rido galih jembar pangampura tina samudayaning kalepatan.

Wilujeng boboran idul Adha 1441 H. Hapunten samudaya kalepatan.

6.

Bilih aya langkung saur bahe carek kaciwit kulit kabawa daging

Tunggul dirurud catang dirumpak, Nyungkelit ati teu genah manah, Mundut pangampura.

Wilujeng boboran Idul Adha 1441 H.

Taqqobalallahu minna wa minkum, Shyiamana wa shyiamakum

Hukum Mengucapkan Selamat Lebaran

Sebenarnya bagaimana aturan dalam memberikan ucapan selamat hari raya Idul Adha?

Apakah ada ucapan yang diamalkan pada zaman Rasulullah SAW.

Melansir dari artikel yang ditulis oleh Muhammad Abduh Tuasikal di rumaysho.com, para sahabat nabi memberikan ucapan kepada sesama di hari raya Idul Adha.

Mereka biasa mengucapkan dengan kalimat "Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari Idul Fithri atau Idul Adha, satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).”

Idul Adha
Idul Adha (Youtube)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan atau hadis yang dibawah hadis shahih dan tidak berisi informasi bohong.

Imam Ahmad rahimullah juga berkata tidak apa-apa mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minka kepada sesama di hari raya Idul Adha.

Sebuah kisah diriwayatkan penduduk Syam dari Abu Umamah mengatakan seorang ulama, Harb bertanya hukum mengucap Taqobbalallahu minna wa minkum.

Imam Ahmad menjawab tidak apa-apa mengucap seperti itu.

Ada pula yang menanyakan apakah Watsilah bil Al Aqso' juga berpendapat hal yang sama.

Imam Ahmad mengiyakan. Ia juga mengatakan ucapan seperti itu tidak dimakruhkan.

Ilustrasi
Ilustrasi (Kompas.com & Hijaz.ID)

Ibnu ‘Aqil menceritakan beberapa hadits mengenai ucapan selamat di hari raya ‘ied.

Di antara hadits tersebut adalah dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata, “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya. Jika mereka kembali dari ‘ied (salat Ied), satu sama lain di antara mereka mengucapkan, ‘Taqobbalallahu minna wa minka’.” Imam Ahmad mengatakan bahwa sanad riwayat Abu Umamah ini jayyid atau hadis yang ragu antara shahih atau hasan.

Ali bin Tsabit menanyakan perihal ucapan di hari raya Idul Adha kepada Malik bin Anas.

Malik bin Anas mengatakan ucapan selamat semacam itu tidak dikenal di Madinah.

Diriwayatkan dari Ahmad bahwa beliau berkata, “Aku tidak mendahului dalam mengucapkan selamat (hari raya) pada seorang pun. Namun jika ada yang mengucapkan selamat padaku, aku pun akan membalasnya.”

Demikian berbagai nukilan riwayat sebagaimana kami kutip dari Al Mughni.

Saat Idul Adha dan Idul Fitri, Aktivitas Bandara di Aceh Diminta Disetop, Begini Kata Angkasa Pura

Pesan Mahfud MD saat Jadi Khatib Salat Idul Adha di Jogja

Adapula sahabat Nabi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan ketika berjumpa dengan orang setelah salat Ied, ia mengucap Taqobbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika.

Imam Ahmad menjelaskan ia tidak pernah mengucap selamat pertama kali di hari raya.

Namun, bila ada yang mengucap selamat kepadanya maka akan ia balas.

Lalu bagaimana hukum mengenai jabat tangan dan berpelukan ketika memberikan ucapan selamat tersebut.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan perbuatan seperti jabat tangan dan berpelukan dibolehkan.

"Perbuatan itu semua dibolehkan. Karena orang-orang tidaklah menjadikannya sebagai ibadah dan bentuk pendekatan diri pada Allah.

Ini hanyalah dilakukan dalam rangka ‘adat (kebiasaan), memuliakan dan penghormatan. Selama itu hanyalah adat (kebiasaan) yang tidak ada dalil yang melarangnya, maka itu asalnya boleh.

Sebagaimana para ulama katakan, ‘Hukum asal segala sesuatu adalah boleh. Sedangkan ibadah itu terlarang dilakukan kecuali jika sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya’."

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved