PPDB SMA

Gara-gara PPDB SMA, Ibu Ini Pusing Lihat Anaknya Stres, Bicara Sendiri, Tak Mau Sekolah, dan Makan

Orangtua yang anaknya tak diterima pusing, anaknya mogok dan stres, malah sampai tertawa sendiri. Gara-gara tak diterima di PPDB jalur zonasi

Editor: Kisdiantoro
tribunjabar/cipta permana
ILUSTRASI --- Para orangtua murid lulusan SD Pertiwi mengadukan nasib anak-anaknya yang tersisih dari sistem PPDB jalur seleksi zonasi, ke Kantor Ombudsman Perwakilan Jawa Barat, Senin (29/6/2020) 

PPDB 2020 untuk SMA banyak dikeluhkan orangtua calon siswa

Keluhan itu terkait aturan zonasi yang menyebabkan anak tidak diterima di sekolah pilihan, padahal jarak rumah dan sekolah dekat. Sementara yang jauh malah diterima

Usut punya usut, ternyata banyak orangtua yang menggunakan surat keterangan domosili bodong.

Orangtua yang anaknya tak diterima pusing, anaknya mogok dan stres, malah sampai tertawa sendiri

//

TRIBUNJABAR.ID - Belasan wali murid yang tergabung dalam persatuan orangtua peduli pendidikan anak mendatangi kantor DPRD Jember, Kamis (2/7/2020).

Mereka menyampaikan keresahan terkait PPDB sistem zonasi.

Para wali murid menemukan banyak kejanggalan dari sistem zonasi, yakni dugaan pemalsuan Surat Keterangan Domisili (SKD).

Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan Tiap Hari Dapat Titipan Calon Siswa di PPDB, Ini Jawabannya

Wali murid menyebut ada anak yang rumahnya dekat dengan sekolah, tetapi gagal masuk.

Sedangkan anak yang jaraknya jauh dari sekolah, malah lolos karena menggunakan SKD palsu.

“Kalau tidak ada kecurangan mungkin saya terima,” kata Dwi Riska, salah satu wali murid dalam rapat dengar pendapat dengan komisi D DPRD Jember.

Dia mencontohkan, anak yang berasal dari Kecamatan Wuluhan dan Jenggawah, bisa masuk di SMAN 1 dan SMAN 2.

Padahal jarak sekolah dengan Kecamatan Wuluhan sekitar 36 kilometer.

Sementara, anak Dwi tidak lolos di SMAN 2, padahal jaraknya sekitar 1,6 kilometer. Anak Dwi malah lolos di SMAN 5 yang jaraknya lebih jauh.

“Sampai anak saya stres, sampai sekarang tidak mau masuk SMAN 5. Saya dibikin pusing, kadang (sang anak) tertawa sendiri, tidak mau makan. Bagaimana seorang ibu melihat anaknya seperti itu,” jelas Dwi lalu menangis.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved