Virus Corona di Jabar
267 Desa di Jabar Terpapar Covid-19, 54 Berstatus Kritis, Akan Dilakukan Penanganan Berskala Mikro
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat mulai mengimplementasikan penanganan Covid-19 berskala mikro atau tingkat kelurahan/desa.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat mulai mengimplementasikan penanganan penyakit yang disebabkan virus corona itu ke level berskala mikro atau tingkat kelurahan/desa.
Tujuannya supaya sebaran Covid-19 dapat dikendalikan dan angka kematian akibat pandemi bisa ditekan selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) parsial dan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Jawa Barat.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Berli Hamdani, mengatakan penanganan berskala mikro dengan melakukan isolasi secara intensif selama 14 hari di tingkat desa/kelurahan yang masuk daerah rawan dapat mengefisienkan sumber daya manusia (SDM) dalam penanggulangan Covid-19.
"Semakin lamanya kita mengatasi dampak pandemi Covid-19 d Jabar ini, semua sumber daya terserap hampir habis, termasuk anggaran dan SDM. Penanganan Covid-19 berskala mikro juga sejalan dengan pemberlakuan PSBB proporsional di tingkat kelurahan/desa," kata Berli melalui ponsel, Selasa (2/6/2020).
Ada 267 desa dan kelurahan di Jabar memiliki pasien positif Covid-19. Dari jumlah itu, kata Berli, Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar mencatat ada sekitar 54 desa kritis dengan catatan kasus positif Covid-19 lebih dari enam pasien per desa.
Ke-54 desa tersebut menjadi fokus Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar untuk melokalisasi pasien positif beserta kontak tracing.
Pelacakan yang komprehensif pun disertai dengan pembatasan aktivitas, peningkatan pelayanan kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan.
"Tes swab akan dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama dilakukan pada hari pertama penanganan, dan tes selanjutnya dilakukan pada hari ke-14. Kami juga akan memobilisasi ambulans puskesmas keliling sebagai Mobile Covid-19 Test, mengoptimalkan layad rawat, MPUS, Mobile Laboratorium BIN," ucap Berli.
Berli menyatakan, hasil pemeriksaan akan menjadi landasan bagi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 dalam melakukan penyekatan dan menekan potensi kontak lokal Covid-19.
• Ini Ungkapan Sophia Latjuba Atas Kasus yang Menimpa Dwi Sasono, Suaminya di TMG
Dengan begitu, penularan Covid-19 dapat dikendalikan, dan ruang gerak SARS-CoV-2 ini dapat terlacak.
Selain pemeriksaan, penanganan Covid-19 berskala mikro di daerah rawan disertai juga dengan pemantauan kesehatan, sterilisasi rumah, fasilitas sosial dan umum, pengawasan orang masuk dan keluar di daerah tersebut, dan pendirian dapur umum.
Menurut Berli, petugas non-kesehatan, seperti TP PKK kabupaten/kota setempat, satgas desa siaga, relawan, TNI/Polri, dan masyarakat sekitar, turut dalam penanganan Covid-19 di kelurahan/desa yang masuk zona kritis.
• Ini Aksi-aksi yang Terjadi di AS Terkait Tewasnya George Floyd di Tangan Polisi
"Kesiapan alat pelindung diri dalam posisi aman. Artinya, semua kebutuhan APD sudah terpenuhi atau dalam proses pemenuhan. Terkait makanan untuk karantina juga melalui program ketahanan pangan bersama OPD dan sektor terkait," katanya.
Selama penanganan, warga yang berada di kelurahan/desa rawan Covid-19 tidak diperkenankan keluar atau menerima tamu dari luar, kecuali untuk kepentingan darurat. Warga dapat beraktivitas di wilayah kelurahan/desa dengan menerapkan protokol kesehatan.