Wabah Virus Corona
Gelombang Kedua Virus Corona Ancam China, Bukan Wuhan Sumbernya tapi Ini
Seperti diketahui, virus corona SARS-CoV-2 diyakini muncul pertama kali di Wuhan sebelum menyebar ke seluruh dunia, akhir tahun lalu.
TRIBUNJABAR.ID, WUHAN - China dikhawatirkan dengan kemunculan gelombang kedua virus corona.
Padahal, China baru saja membuka isolasi pada kota Wuhan, episenter pandemi Covid-19 di dunia.
Seperti diketahui, virus corona SARS-CoV-2 diyakini muncul pertama kali di Wuhan sebelum menyebar ke seluruh dunia, akhir tahun lalu.
Akibatnya, kota tersebut langsung di-lockdown, kota pertama di dunia yang diisolasi akibat pandemi Covid-19 itu.
Pada Rabu (8/4/2020) lalu, Wuhan, yang merupakan pusat pertama virus corona, mencabut kebijakan lockdown-nya.
Selama 11 minggu, warga Wuhan terkunci, tak bisa masuk dan keluar dari wilayah tersebut.
Kini, 11 juta penduduk yang berada di Wuhan telah bebas.
Dicabutnya lockdown, berdasarkan pertimbangan jumlah kasus baru yang semakin menurun.
Namun, saat larangan berpergian telah dicabut, China daratan justru melihat adanya peningkatan kasus baru lagi.
Sebagian besar kasus baru adalah pasien yang pulang dari negara lain.

Pada Minggu (12/4/2020), China melaporkan 108 kasus Covid-19 baru, yang merupakan lonjakan kasus "tiga digit" pertama dan jumlah infeksi harian tertinggi dalam lebih dari lima minggu terakhir, menurut Reuters.
Sebanyak 99 kasus dilaporkan sehari sebelumnya.
Adanya lonjakan kasus baru ini memunculkan kekhawatiran terjadinya virus corona gelombang kedua di China.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional, China melaporkan, 98 kasus impor baru dan 61 pasien asimptomatik baru.
Sampai sekarang, jumlah total kasus yang dikonfirmasi di China adalah 82.160 termasuk 77.663 yang sudah sembuh dan 3.341 kematian.
Puluhan Ribu Orang Langsung Tinggalkan Wuhan saat Lockdown Dicabut
Setidaknya 55 ribu orang naik kereta meninggalkan Wuhan pada Rabu (8/4/2020).
Sementara itu, 100 penerbangan komersil mulai berjalan di hari yang sama, untuk pertama kalinya sejak 23 Januari lalu.
Seperti yang dilansir South China Morning Post, kota-kota di seluruh China sedang bersiap untuk didatangi ribuan penduduk dari Wuhan.
Warga asli Wuhan maupun pendatang telah "terkunci" selama berminggu-minggu di Wuhan, kota yang merupakan pusat penyebaran virus corona pertama kali.

Diperkirakan 55.000 orang meninggalkan kota Wuhan dengan kereta pada hari pertama kereta api beroperasi kembali.
Mereka menuju ke semua bagian negara itu, dari Shanghai ke Beijing, Shenzhen ke Chengdu, menurut otoritas kereta api setempat.
Selain itu, lebih dari 100 penerbangan komersial juga berangkat dari Wuhan.
Di sebuah pintu tol di Jalan Raya Gongjialing, warga bernama Dong Lijun menunggu sebuah truk pickup yang akan ia naiki untuk membawanya kembali ke Provinsi Jiangxi, tempat ia menjalankan bisnis konstruksi.
Pria berusia 43 tahun itu mengatakan, ia senang meninggalkan kota Wuhan.
Ia telah bersemangat menunggu keberangkatannya sejak bulan lalu.
Pejabat di Jiangxi mengatakan kepadanya, dia diizinkan kembali selama dia menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Aku benar-benar lega ketika mendengar itu," kata Dong.
"Akhirnya aku bisa pergi."

Sementara itu Rong Laiqi, seorang sopir taksi berusia 60 tahun di Wuhan mengatakan, masih tidak yakin apakah relaksasi pembatasan perjalanan itu berpengaruh padanya.
Rong hampir tidak mencari nafkah selama 11 minggu terakhir.
Kini ia belum mendengar kabar dari perusahaan tempatnya bekerja dulu, apakah ia bisa kembali menarik penumpang atau belum.
Meski belum jelas, setelah dua bulan hidup dalam karantina, Rong mengatakan senang lockdown telah berakhir.
Namun, karena ada laporan orang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala, Rong menyebut, ia dan keluarganya masih akan tetap berhati-hati ketika mereka pergi.
Sementara itu, warga lain berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada ribuan pekerja medis yang telah berada di garis depan pertempuran melawan Covid-19 di Wuhan.
Sebuah spanduk besar yang dipajang di jembatan jalan raya bertuliskan:
"Kamu adalah orang-orang yang paling mengagumkan di era baru."
"Orang-orang di Wuhan akan selalu mengingatmu."
Ada sekitar 11.000 penduduk Beijing yang terdampar di Wuhan saat lockdown.
Kini 866 di antaranya telah meninggalkan kota dengan naik kereta api berkecepatan tinggi, kata Chen Pei, wakil sekretaris jenderal pemerintah kota ibukota.
Pihak berwenang di Beijing mengatakan, mereka akan membatasi jumlah pengungsi yang kembali dari Wuhan menjadi sekitar 1.000 per hari.
Semua pendatang dari Wuhan akan dites untuk virus corona.
Tindakan serupa juga dilakukan di provinsi selatan Guangdong.
Mereka yang dinyatakan negatif diizinkan memasuki wilayah tersebut, kata pihak berwenang setempat.
Namun, mereka yang dinyatakan negatif pun diminta untuk tetap di rumah selama mungkin jika mereka tidak bekerja.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)