Sekitar 300 Orang di Iran Tewas Gara-gara Berita Hoaks Covid-19, Spiritus Diminum
Kabar palsu tentang obat virus corona menyebar di media sosial seantero Iran, di tengah anggapan pemerintah meremehkan wabah ini sebelum menyebar.
TRIBUNJABAR.ID, TEHERAN - Dilaporkan tertipu berita hoaks, sekitar 300 orang di Iran tewas.
Hampir 300 orang tersebut dilaporkan tewas gara-gara menenggak metanol, bahan yang mereka kira bisa mengusir virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Iran merupakan salah satu negara dengan jumlah korban tewas terbanyak setelah China, Italia dan Spanyol.
Hingga Selasa (31/3/2020), korban tewas akibat Covid-19 di Iran mencapai 2.757 orang.
Jumlah tersebut hanya kalah dari Italia dengan 11.591 orang tewas, Spanyol dengan 7.716 korban tewas dan China dengan 3.304 jiwa.
Metanol atau lebih dikenal dengan spiritus adalah bentuk alkohol paling sederhana.
Di Iran, alkohol tidak boleh dijual bebas.
Jadi, jika orang yang menginginkannya, mereka harus mendapatkannya secara ilegal.
Kabar palsu tentang obat virus corona menyebar di media sosial seantero Iran, di tengah anggapan pemerintah meremehkan wabah ini sebelum menyebar.
Dr Knut Erik Hovda yang mempelajari metanol mengatakan, dia mengkhawatirkan wabah di sana jauh lebih buruk dari yang diberitakan.
Dilansir Daily Mirror Senin (30/5/2020), Hovda berujar dengan virus yang semakin menyebar, publik setempat tidak menyadari ada bahaya lain yang mengintai.
"Ketika mereka terus meminum ini (metanol), maka bakal semakin banyak kabar ada orang yang keracunan," ujar toksikolog klinis di Oslo itu. Akun berbahasa Farsi di media sosial secara salah mengabarkan pemberitaan dari tabloid yang dipublikasikan pada awal Februari.
Dalam pemberitaan itu, seorang guru sekolah Inggris disebutkan sembuh dari Covid-19 setelah meminum campuran wiski serta madu.
Sejumlah orang pun percaya bahwa mengonsumsi minuman berkadar alkohol tinggi bisa membunuh virus yang berada di tubuh mereka.
Berdasarkan data di Worldometers Senin, Teheran telah melaporkan 41.495 kasus positif Covid-19, dengan 2,757 di antaranya meninggal.
Ketakutan akan virus tersebut, ditambah percaya dengan kabar di internet, membuat warga di Shiraz dan Provinsi Khuzestan