Ternyata Hantavirus Masuk Daftar Virus Paling Mematikan di Dunia, Virus Rabies Hancurkan Otak
Hal itu berdasarkan tes nucleus acid, yang mana pekerja lainnya juga diminta mengikuti tes tersebut.
Secara virologi, salah satu anggota virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 yaitu SARS-CoV-2 memang tidak terlalu mematikan.
SARS-CoV-2 sebelumnya dinamakan 2019-nCov atau Novel Corona Virus.
WHO lantas memberi nama resmi untuk virus tersebut yakni SARS-CoV-2 dan penyakit yang disebabkannya dengan nama Covid-19 atau Penyakit Corona Virus.
Sedikitnya ada 10 virus lainnya yang lebih mematikan dibanding itu, seperti dilansir dari Live Science:
1. Marburg
Para ilmuwan menemukan virus Marburg pada 1967, saat outbreak dalam skala kecil merebak di antara para pekerja di Jerman. Mereka terkena infeksi dari monyet yang dibawa dari Uganda.
Virus Marburg mirip dengan Ebola, yang menyebabkan demam tinggi. Demam yang sangat tinggi ini kerap menimbulkan syok, gagal organ, kemudian kematian.
Angka kematian pada outbreak pertama bahkan mencapai 25 persen. Namun pada tahun 1998-2000, angka kematiannya mencapai 80 persen saat terjadi outbreak di Kongo.
2. Ebola
Outbreak Ebola pertama pada manusia diketahui terjadi di Sudan dan Kongo, tepatnya pada 1976. Ebola ditularkan lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, serta kontak langsung dari orang atau hewan yang terinfeksi.

Terdapat lebih dari 1 jenis virus Ebola, dan tingkat bahayanya bervariasi. Hal tersebut dijelaskan oleh Elke Muhlberger, pakar virus Ebola di Boston University.
Ia menjelaskan bahwa salah satu jenis virus yaitu Ebola Reston tidak membuat orang sakit. Namun jenis Bundibugyo memiliki tingkat kematian sampai 50 persen, bahkan sampai 71 persen saat outbreak di Kongo.
Meski pada 1920-an vaksin rabies telah ditemukan, namun kasusnya masih sangat banyak di India dan Afrika.
“Virus rabies menghancurkan sel-sel otak. Penyakit yang sangat, sangat parah,” tutur Muhlberger.

Dalam dunia modern saat ini, HIV bisa jadi virus paling mematikan. Diperkirkan 32 juta orang meninggal karena HIV sejak penyakit tersebut pertama kali ditemukan pada awal 1980-an.