Sarung Majalaya Berpeluang Bangkit
Sulitnya Cari Sarung Majalaya di Tempat Asalnya, Tak Ada Ruang Pamer, Bakal Ada di Mal Thee Matic
ALUN-alun Majalaya, Jumat (9/3) siang, tampak ramai. Murid sekolah memanfaatkan lapangan di sana untuk berolahraga. Ada juga anak-anak yang bermain mo
TRIBUNJABAR.ID - ALUN-alun Majalaya, Jumat (9/3) siang, tampak ramai. Murid sekolah memanfaatkan lapangan di sana untuk berolahraga. Ada juga anak-anak yang bermain mobil-mobilan elektrik yang sengaja disewakan di sana.
Di tiap sudut lapangan yang berbentuk persegi empat itu terdapat alat tenun bukan mesin (ATBM). Mesin itu tersimpan di ruangan khusus berkaca.
Tak ada penunjuk kapan dan untuk apa monumen ATBM itu dibangun. Namun, kalau dilihat ke belakang, dari berbagai literatur disebutkan Majalaya adalah pusat tekstil terbesar di Kabupaten Bandung, bahkan di Jawa Barat.
Hanya monumen itu dan pabrik-pabrik yang tersisalah yang menjadi petunjuk bahwa Majalaya adalah kota tekstil. Tak ada petunjuk harus ke mana para wisatawan atau pembeli sarung untuk sekadar berkunjung atau berbelanja.

H Aef Hendar (55), Ketua Komunitas Pertekstilan Majalaya dan pengusaha tekstil, mengakui kelemahan itu. Harusnya Majalaya, katanya, punya ruang pamer. Jangan sampai orang bingung ke mana mencari sarung Majalaya.
Di sini, kata Aef, peran pemerintah harus ada. Menurut dia, sumbangan dari Majalaya untuk pendapatan asli daerah (PAD) itu besar, tapi fasilitas yang diberikan kepada pengusaha-pengusaha masih minim.
Camat Majalaya Ika Nugraha pun mengakui. Dia berpendapat pembeli sarung akan kebingungan ketika akan berbelanja tekstil, termasuk sarung.
"Ya, itu kelemahan kami. Kami tidak punya ruang pamer. Kalau sudah ada, kan, pembeli tinggal ke sana. Kalau sekarang, bingung. Pabrik banyak, kan, kualitasnya beda-beda, ada kualitas bagus, ada kualitas menengah, ada kualitasnya ada yang biasa. Terus ketika buyer mau masuk, penginnya sarung yang kualitas menengah, bingung harus ke pabrik mana," katanya.

Untungnya, kata Ika, tak lama lagi Mal Thee Matic segera berdiri. Di mal seluas lebih dari 40.000 meter persegi itu bakal disediakan khusus ruang pamer untuk produk unggulan Majalaya. "Ruang pamer itu permintaan Pak Bupati," kata Ika
Mal Thee Matic, yang berada di Jalan Anyar, Majasetra, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, bakal segera diresmikan bulan depan.
Para pengusaha sarung Majalaya biasanya menjual sarung-sarungnya ke pasar-pasar seperti ke Pasar Tanah Abang Jakarta, Pasar Turi Surabaya, dan Pasar Baru di Bandung.

Mereka menjual per kodi. Sarung berkualitas bagus per kodinya Rp 450.000. Harga sarung per helainya 22.500. Ada juga yang dijual di bawah Rp 400.000. Tergantung kualitasnya. Ada yang tebal ada yang tipis.
Sarung Majalaya memiliki merek beragam. Tergantung sedang ramainya. Kalau sedang ramai merek Gajah, maka biasanya bermunculan merek Gajah lainnya, seperti Gajah Duduk, Gajah Pasir, Gajah Hijau, dan lain-lain.
"Dulu saya punya merek Gajah Cempaka, Gajah Pasir. Ada juga sih yang minta sarungnya enggak dicap. Jadi pihak toko nanti yang ngecapnya, tergantung permintaan," kata Rohaedi (49), pemilik pabrik sarung di rumahnya, Desa Talun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Senin (9/3). (januar ph)