Sentra Sepatu Cibaduyut Masih Eksis
Sentra Sepatu Cibaduyut Sempat Berjaya, Kini Pamornya Berkurang, Perajin Sepatu Semakin Jarang
TIGA bus berpelat AD beiringan memasuki area parkir sebuah mal sepatu di Cibaduyut, Rabu (26/2). Beberapa menit kemudian rombongan bus lainnya datang
TIGA bus berpelat AD beiringan memasuki area parkir sebuah mal sepatu di Cibaduyut, Rabu (26/2). Beberapa menit kemudian rombongan bus lainnya datang yang juga memasuki area parkir di kawasan wisata tersebut.
Siang itu, kawasan Cibaduyut tidak terlalu padat, meski dua rombongan bus memasuki kawasan sentra sepatu. Lalu lintas hanya tersendat sebentar, kemudian lancar lagi. Kedatangan rombongan wisata itu menunjukkan kawasan sebagai tujuan wisata masih ada peminatnya.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Ir Hj Elly Wasliah, Cibaduyut pernah mengalami kejayaan karena akses dari tol Kopo sangat mudah.
"Cibaduyut yang merupakan kawasan pertokoan memudahkan pengunjung untuk mendapatkan produk. Pasokan sepatunya juga terjaga karena didukung oleh IKM (industri kecil dan menengah). Kualitasnya terjaga dan terjangkau," kata Elly.

Elly setuju, Cibaduyut pamornya meredup. Menurutnya ada beberapa fakor yang menyebabkan hal tersebut, satu di antaranya pelaku home industry menurun karena banyak yang pindah ke Kabupaten Bandung.
"Bahan baku tidak stabil, cenderung naik, jadi margin keuntungan menurun," kata Elly.
Menurut Elly, sepatu yang diproduksi di Cibaduyut 80 persen kulit dan 20 persen sneakers. "Untuk sneakers bahan bakunya kebanyakan impor," kata Elly lewat sambungan WhatsApp, Selasa (25/2).
Ketua Umum Asosiasi Pengrajin Alaskaki Indonesia (APAI), H Taufiq Rahman, MBA (52), mengiyakan. Menurutnya kendala yang dialami perajin dan penjual sepatu di Cibaduyut banyak faktornya, satu di antaranya pasar bebas.

"Dibukanya pasar bebas, pada beberapa sisi memang menguntungkan produk lokal ini bisa go internasional, tapi di sisi lain, banyak pengusaha-pengusaha belum siap menghadapi persaingan atau tingkat kompetisi secara global," katanya.
Produk sepatu semakin meredup, kata Taufiq, disebabkan pula dibukanya oleh pemerintah baik secara langsung maupun tidak keran dari luar, khususnya sepatu dari Cina dan Vietnam.