Lesbian di Rutan Perempuan Bandung

Napi Terindikasi Lesbian Dipindahkan ke Kamar Lansia, Ini Tujuannya

Sejumlah penghuni Rutan Perempuan Bandung yang terindikasi punya kelainan seks suka sejenis atau lesbian, dipindahkan . . .

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Tribunjabar/Mega Nugraha
Maket bangunan Rutan Perempuan Bandung 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejumlah narapidana atau penghuni Rutan Perempuan Bandung yang terindikasi punya kelainan seksual suka sejenis atau lesbian, dipindahkan ke kamar yang penghuninya khusus perempuan lanjut usia atau lansia.

"Ya, dipindah kesana. Seperti pelaku percobaan seks terhadap sesama perempuan kemarin, saya pindahkan ke kamar yang penghuninya lansia semua," ujar Kepala Rutan Perempuan Bandung, Dr Lilis Yuaningsih saat menghubungi Tribunjabar.id, Selasa (4/2/2020).

Seperti diketahui, seorang penghuni rutan terlibat percobaan seks dengan sesama perempuan pada dini hari, awal Januari.

5 Fakta Pelecehan Seksual di Rutan Perempuan, Pelaku Seks Menyimpang Beraksi Saat Korban Tidur

Perempuan yang tak terima digerayangi, melapor. Pelaku kemudian disidang TPP dan hasilnya diputuskan disel isolasi selama 7 hari dan masuk register F.

"Setelah disel isolasi, dia saya pindah ke kamar lansia. Supaya si pelaku ini kembali normal dan diasuh oleh ibu-ibu lansia di kamar lansia, sampai detik ini," ujar Lilis.

‎Dengan berada di kamar lansia, diharapkan pelaku tersebut kembali ke khitohnya sebagai perempuan. Rutan Perempuan Bandung menyediakan satu kamar khusus lansia. Saat ini dihuni 14 orang lansia.

"Masa iya sama ibu-ibu lansia masih suka belok. Di kamar lansia itu ada 14 orang, paling tua 62 tahun. Jadi itu kebijakan standar sifatnya penindakan untuk mengantisipasi kelainan seks," ucap dia.

‎Fenomena seks menyimpang ini jadi perhatian para petugas lapas maupun rutan. Pasalnya, seks sesama jenis dianggap bisa menularkan penyakit menular seksual, disamping dilarang nilai agama.

"Pencegahan lainnya, penghuni rutan yang terindikasi belok, harus pakai anting, rambutnya harus panjang. Intinya supaya kembali normal, begitu A," ujar Lilis.

Selama ini, melaksanakan tugas dan kewenangannya, ia mengantisipasi prilaku seks menyimpang. Salah satunya, memberikan edukasi soal bahaya seks menyimpang dengan contoh-contoh akibatnya. Misalmya penyakit menular seksual.

"Kedua pendekatan persuasif kepada mereka dengan membatasi ruang gerak supaya tidak terjadi prilaku seks menyimpang. Kemudian ketiga, mengubah prilaku supaya perempuan harus seperti perempuan, laki-laki sebagai laki-laki," ucapnya.

Salah satunya, mengunakan pakaian perempuan sebagaimana lazimnya. Sekalipun, negara sudah memberikan baju khusus untuk mereka. Warna oranye untuk tahanan rutan dan biru untuk warga binaan di lapas.

"Kalau di kamar mah ya mereka pakai daster. Intinya diarahkan pakai pakaian perempuan, pakai rok, pakai anting, ya sebagaimana lazimnya perempuan," ucap dia.

Hal senada dikatakan Kepala Lapas Perempuan Bandung, Putranti Nurwati. Ia memberlakukan kebijakan yang sifatnya tidak memaksa ihwal penggunaan pakaian.

"Anak-anak di Lapas Perempuan Bandung saya arahkan untuk konsisten memakai pakaian perempuan. ‎Tapi sifatnya memang tidak wajib ya," ujar dia.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved