Kisah Penjual Kaus Persib, Berharap Maung Bandung Jaya, Pernah Booming Saat Persib vs Persija 3-0

Udin (33), pemilik outlet Supershop di Halaman Stadion Persib, selalu berharap Persib menjadi juara

Penulis: Januar Pribadi Hamel | Editor: Ichsan
tribunjabar/januar pribadi hamel
Penjualan kaus Persib 1 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Januar Pribadi Hamel

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Udin (33), pemilik outlet Supershop di Halaman Stadion Persib, selalu berharap Persib menjadi juara. Menurutnya, penjualan bisa meningkat kalau Persib berprestasi dan banyak main di Bandung.

"Pada liga kemarin ada sanksi tidak boleh bermain di Bandung. Itu sangat berpengaruh, karena kami tidak bisa berjualan langsung di stadion," kata Udin di outletnya Supershop, Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani, Rabu (29/1/2020).

Menurut Udin, dia bisa menjual satu lusin per harinya jika sedang ramai. Tapi, katanya, kalau lagi sepi paling hanya satu atau dua kaus per hari.

"Alhamdulillah kalau lagi sepi juga ada yang beli, yang namanya usaha mah ada turun naiknya," kata Udin.

Untuk memenuhi keinginan bobotoh, Udin memproduksi sendiri kaus-kaus tersebut. Dia memiliki rumah produksi di kawasan Sadang Serang.

Menurutnya kalau sedang banyak permintaan, setiap minggunya, harus ada desain baru. "Kalau kondisinya meningkat, produksinya bisa seminggu sekali, harus ada edisi yang baru dan desain yang baru," katanya.

Ketum dan Sekjen PSSI Tinjau Jalak Harupat, Bakal Jadi Tempat World Cup U20

Udin merasakan permintaan kaus akhir-akhir ini terus berkurang. Hal itu dia rasakan setelah prestasi Persib menurun.

"Yang namanya usaha sudah begini, ya, di-keureuyeuh we Pak. Persib na rame, penjualan rame, Persib na turun, penjualan ge ikut turun," katanya.

Dia mengaku sejak Persib juara liga dan Piala Presiden, membuka cabang di Bogor, Ciwidey, Sukabumi, Padalarang, dan Tasikmalaya.

Menurut Udin karena permintaan di Bandung menurun, imbasnya ke daerah-daerah. Cabang-cabang terpaksa ditutup.

Kejadian itu terasa sejak tahun lalu, sejak Persib disanksi tak boleh main di Bandung.

"Kalau di Bandung ada pertandingan saya suka berjualan di jalan, pakai mobil. Sekarang, kan, mainnya di luar terus, tidak di Bandung, terus tanpa penonton, kemudian imbas pemilu 2019, daya beli semakin berkurang," ujarnya.

Udin berharap permintaan kaus bobotoh stabil. Terus, katanya, daya beli masyarakat normal lagi. Yang terpenting, kata Udin, Persib juara lagi

"Kalau Persib juara, pedagang mah alhamdulillah," katanya.

Dani Hidayat (32) optimistis kaus bobotoh bakal naik penjualannya. Penjualan kaus bobotoh, kata Dani, sangat dipengaruhi jalannya kompetisi.

"Sekarang, meski belum jelas betul, Liga 1 sudah akan mulai berjalan. Ini kabar baik bagi semua bobotoh," kata Dani lewat sambungan telepon, Rabu (30/1/2020)

Menurut Dani permintaan kaus kepadanya semakin meningkat. Tak hanya kaus, suvenir lainnya permintaannya terus meningkat.

"Apalagi sebentar lagi Persib berulang tahun. Ini kesempatan bagi kami untuk menambah produksi," kata Dani.

Hampir Sepekan Pasien Suspect Corona di Cirebon Masih Diisolasi, Keluarganya Terus Dipantau

UDIN (33), pemilik outlet Supershop di Halaman Stadion Persib,
Dani Hidayat (33), pemilik outlet Supershop di Halaman Stadion Persib, (tribunjabar/januar pribadi hamel)

Persib Lahir pada 14 Maret 1933.

Dani memproduksi sendiri kaus bobotoh. Kausnya dia produksi di Jalan Suci. Dia juga memasok beberap oulet kaus bobotoh di Kota Bandung.

Dani merupakan pemilik Passion 33.

Dawong, panggilan akrab Dani, merasakan juga ketika permintaan kaus bobotoh berkurang.

Menurut Dani, ketika liga berhenti permintaan kaus berkurang. Dani pun masih menunggu pemain-pemain yang direktut tim.

Ternyata, kata Dani, pemain rekrutan bisa menaikkan permintaan kaus.

"Kalau sekarang, kan belum jelas. Jadi, ya, nunggu dulu, siapa-siapa pemain yang akan direkrut Persib," katanya.

Selain itu, kata Dani, prestasi Persib sangat menentukan produksi kaus. Menurutnya kalau prestasi Persib lagi menurun, produksi kaus ikut menurun.

Bergulirnya liga sangat menentukan pendapatan penjual kaus bobotoh. Itu juga yang dirasakannya.

Ketika liga bergulir, dia memanfaatkan momen tersebut ketika Persib main di kandang.

"Biasanya kami juga berjualan menggunakan mobil di dekat stadion. Hasilnya cukup besar," kata Dawong.

Menurut Tedi Ekek, bobotoh Persib, kaus bobotoh itu selama Persibnya bagus, atau banyak bertanding di Bandung, penjualan bisa bagus.

"Tapi, pada tahun kemarin, Persibnya, tidak pernah main di sini, terus ekspetasi bobotoh ke tim itu jauh. Penjualan menurun drastis. Dua tahun terakhir sangat menurun," katanya.

Tedi merasakan saat Persib juara 2014, penjualan kaus bobotoh laku keras. "Kaus apapun atau siapa pun penjualnya, pokoknya yang berbau Persib pasti laku," kata Tedi.

Menurutnya, itu merupakan euforia para bobotoh yang sudah lama menahan rindu Persib menjadi juara. Persib tearkhir juara pada 1994-1995. "Sejak saat itu belum pernah juara liga lagi. Masyarakat teh rindu persib juara," katanya.

Lina Jubaedah Bukan Korban Pembunuhan, Begini Respon Sule dan Rizky Febian

Label

Di tengah maraknya kaus-kaus bobotoh, banyak kaus yang berdesain logo Viking Persib Club beredar. Ketua Umum Viking Persib Club, Heru Joko, mempersilakan siapa pun berjualan kaus berlogo Viking. Namun, katanya, sebaiknya meminta izin ke pengurus Viking.

"Kalau ada izin itu jadi berkah, kalau saya melihatnya. Kan, ada pemiliknya, meski imajiner," kata Heru di Pasar Cihapit, Rabu (29/1/2020).

Sudah 26 tahun Viking berdiri, kata Heru, oleh pengurus sekarang diseriuskan. Tapi, menurutnya, sebenarnya siapa pun masih bisa mengobrol.

"Harus jadi manfaat untuk Viking. Sekarang juga, sebenarnya tidak terlalu ke bisnis. Jadi, saya cuma mau menitipkan saja," katanya.

Menurut Heru, jadi, nanti, setiap yang memproduksi kaus berlogo Viking harus membeli label. Labelnya, katanya, khusus dari Viking.

"Dengan cara membeli label, secara tidak langsung itu minta izin. Ini lagi dijajaki. Kalau harga per labelnya lagi dikaji," katanya.

Tedi Ekek, bobotoh Persib, mengatakan siapa pun bisa pakai logo Viking. Hanya saja, katanya, sekarang mau ditertibkan pengurus baru.

"Ingin tertib. Dalam artian ingin tertib itu, ya, yang mau bikin kaus, yang ada logonya harus beli label," kata Tedi.

Menurut Tedi, tidak masalah dilabelkan juga, kalau untuk organisasi lebih bagus.

Pelaku bisnis kaus bobotoh yang juga pemiliki Passion 33, Dani Hidayat, sepakat, kaus Viking memang harus ditertibkan. Itu, katanya, harusnya sudah dari dulu dilakukan.

"Saya sudah ikut rapat dengan pengurus Viking. Nanti, memang, kaus-kaus Viking harus diberi label khusus. Tapi, masih dijajaki," kata Dani. 

2019, PT KAI Daop 3 Cirebon Temukan 209 Barang Penumpang dari Gerbong Kereta dan Stasiun

Persib vs Persija 3-0 Sempat Booming

PENJUAL kaus bobotoh banyak desainnya. Para bobotoh bisa memilih di toko-toko offline yang tersebar di Kota Bandung. Sangat mudah mendapatkan, konsumen salah satunya bisa mendatangi Stadion Persib.

Tapi, tahu tidak, kaus desain seperti apa yang pernah booming? Ternyata, kaus berdesain tulisan "Persib vs Persija 3-0".

Persib vs Persija 3-0 adalah skor pertandingan Persib lawan Persija yang berlangsung di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (24/4/2007),

Bagi bobotoh kemenangan itu merupakan "hadiah" karena jarang Persib bisa meraih kemenangan atas Persija, sekalipun main di kandang.

Untuk mengenang kemenangan tersebut, skor hasil pertandingan pun diabadikan di kaus dan suvenir bobotoh.

"Desain ini yang laku selama saya ingat. Saat itu penjualannya mencapai 500 pcs. Harganya Rp 70.000 per kaus" kata Tedi Ekek, bobotoh Persib, di tempat kerjanya di Jalan Sri Remaja, Kota Bandung. Senin (27/1/2020)

Ide desain kaus tersebut awalnya datang dari Panglima Viking Ayi Beutik (alm). Kemudian, banyak owner-owner penjual kaus mengikuti desain tersebut.

"Tidak masalah. Mang Ayi (Ayi Beutik) juga senang. Di motor Mang Ayi juga tertempel stiker Persib vs Persija 3-0," kata Tedi.

Tedi Ekek ikut senang dan merayakan kemenangan Persib tersebut. "Terus terang hasil kemenangan itu sangat ditunggu-tunggu," katanya.

Menurut Udin, pemilik Supershop di Stadion Persib, kaus berdesain hasil pertandingan lumayan peminatnya. Apalagi, katanya, kalau Persib melawan musuh bebuyutan seperti Persija atau Arema.

"Apalagi mainnya di Bandung dan terus menang kalau dibikin kausnya lumayan ada peminatnya," kata Udin.

Udin juga menjual kaus berdesain kaus Persib vs Persija 3-2 di GBLA. Selain itu, dia juga memajang kaus kemenangan Persib atas Arema 2-0 di GBLA.

"Iya itu hasil pertandingan di Liga 2018. Zamannya Mario Gomes,' ujarnya. 

Pesan Menyentuh Putri Delina Soal Lina, Jangan Sia-siakan Waktu: Beruntung Kalian yang Masih Serumah

Ketua Umum Viking Persib Club, Heru Joko.
Ketua Umum Viking Persib Club, Heru Joko. (tribunjabar/januar pribadi hamel)

 No Racist!

KAUS yang beredar di bobotoh tidak hanya bertuliskan positif, tetapi ada juga yang menjurus ke rasial. Ketua Umum Viking Persib Club, Heru Joko mengaku tidak menyukainya.

"Saya sangat tidak suka," kata Heru saat ditemui Tribun di Pasar Cihapit, Rabu (30/1/2020).

Kaus itu, kata Heru, tulisannya bisa jadi propaganda. Menurut Heru tulisan rasial sangat jelek.

"Jangan gunakan kaus-kaus untuk kejelekan. Jadikan kaus-kaus itu untuk kebaikan organisasi dan klub. Kaus itu untuk mendukung Persib," kata Heru.

Menurut Heru penjual kaus rasial harus diberi tahu kalau itu jelek. Juga yang memproduksinya, katanya, harus diingatkan.

"Saya suka memperingatkan pembuat, penjual, dan pemakainya agar jangan sekali-sekali mengunakan dan memproduksi berkaus bertuliskan rasis," katanya.

Menurut Heru kaus itu isinya propaganda, ada gambar dan tulisan. Heru mengaku tidak senang kaus-kaus Viking digunakan untuk propaganda negatif.

"Banyak cara untuk mendukung Persib. Tidak harus dengan cara rasis," katanya.

Heru berpendapat tidak perlu melakukan razia untuk menghilangkan kaus-kaus rasial. Menurutnya, yang menggunakan kaus rasial hanya sebagian kecil saja.

"Nggak perlu razia. Da, itu mah oknum. Lebih banyak yang positifnya," kata Heru.

Bobotoh Persib, Tedi Ekek, pun sepakat. Tidak suka melihat kaus-kaus rasial. Dia setuju penjual dan pemakainya harus diingatkan.

Tedi mengaku sering melakukan itu.

"Kaus itu harus memberikan kebaikan kepada pemakai dan yang melihatnya," kata Tedi di tempat kerjanya Jalan Sri Remaja, Senin (28/1/2020).

"Kaus rasis itu yang di bawah yang pakainya. Kalau yang di Vikingnya mah nggak lagi," sambung Tedi.

Menurut Tedi, memang ada merek-merek yang sengaja menjual kaus-kaus seperti itu. Tapi, katanya, setelah diberi tahu, mulai mengurangi kata-kata rasialnya.

Menurut pemilik Passion 33, Dani Hidayat, membuat kaus rasial itu tidak boleh. Meski, katanya, kaus berbau rasial ini sangat laku. Tergantung desainnya juga, katanya.

Udin (33), pemilik outlet Supershop di Stadion Persib, mengatakan, dia pernah membuat kaus rasial. Tapi tidak menyangkut Sara. Paling, katanya, mengejek klub lawan.

"Seperti logo lawan Persib desainnya dibalikkin. Tapi, kadang, itu juga ada yang protes, kanapa logonya terbalik," kata Udin sambil menunjukkan kaus tersebut.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved