Kisah Penjual Kaus Persib, Berharap Maung Bandung Jaya, Pernah Booming Saat Persib vs Persija 3-0

Udin (33), pemilik outlet Supershop di Halaman Stadion Persib, selalu berharap Persib menjadi juara

Penulis: Januar Pribadi Hamel | Editor: Ichsan
tribunjabar/januar pribadi hamel
Penjualan kaus Persib 1 

"Tapi, pada tahun kemarin, Persibnya, tidak pernah main di sini, terus ekspetasi bobotoh ke tim itu jauh. Penjualan menurun drastis. Dua tahun terakhir sangat menurun," katanya.

Tedi merasakan saat Persib juara 2014, penjualan kaus bobotoh laku keras. "Kaus apapun atau siapa pun penjualnya, pokoknya yang berbau Persib pasti laku," kata Tedi.

Menurutnya, itu merupakan euforia para bobotoh yang sudah lama menahan rindu Persib menjadi juara. Persib tearkhir juara pada 1994-1995. "Sejak saat itu belum pernah juara liga lagi. Masyarakat teh rindu persib juara," katanya.

Lina Jubaedah Bukan Korban Pembunuhan, Begini Respon Sule dan Rizky Febian

Label

Di tengah maraknya kaus-kaus bobotoh, banyak kaus yang berdesain logo Viking Persib Club beredar. Ketua Umum Viking Persib Club, Heru Joko, mempersilakan siapa pun berjualan kaus berlogo Viking. Namun, katanya, sebaiknya meminta izin ke pengurus Viking.

"Kalau ada izin itu jadi berkah, kalau saya melihatnya. Kan, ada pemiliknya, meski imajiner," kata Heru di Pasar Cihapit, Rabu (29/1/2020).

Sudah 26 tahun Viking berdiri, kata Heru, oleh pengurus sekarang diseriuskan. Tapi, menurutnya, sebenarnya siapa pun masih bisa mengobrol.

"Harus jadi manfaat untuk Viking. Sekarang juga, sebenarnya tidak terlalu ke bisnis. Jadi, saya cuma mau menitipkan saja," katanya.

Menurut Heru, jadi, nanti, setiap yang memproduksi kaus berlogo Viking harus membeli label. Labelnya, katanya, khusus dari Viking.

"Dengan cara membeli label, secara tidak langsung itu minta izin. Ini lagi dijajaki. Kalau harga per labelnya lagi dikaji," katanya.

Tedi Ekek, bobotoh Persib, mengatakan siapa pun bisa pakai logo Viking. Hanya saja, katanya, sekarang mau ditertibkan pengurus baru.

"Ingin tertib. Dalam artian ingin tertib itu, ya, yang mau bikin kaus, yang ada logonya harus beli label," kata Tedi.

Menurut Tedi, tidak masalah dilabelkan juga, kalau untuk organisasi lebih bagus.

Pelaku bisnis kaus bobotoh yang juga pemiliki Passion 33, Dani Hidayat, sepakat, kaus Viking memang harus ditertibkan. Itu, katanya, harusnya sudah dari dulu dilakukan.

"Saya sudah ikut rapat dengan pengurus Viking. Nanti, memang, kaus-kaus Viking harus diberi label khusus. Tapi, masih dijajaki," kata Dani. 

2019, PT KAI Daop 3 Cirebon Temukan 209 Barang Penumpang dari Gerbong Kereta dan Stasiun

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved