Aplikasi WhatsApp Ternyata Tak Digunakan oleh Pejabat PBB Sejak 2019, Gara-gara Masalah Keamanan

Aplikasi WhatsApp memang sudah menjadi aplikasi percakapan nomor satu di dunia, dan dipakai oleh miliaran pengguna.

Editor: Yongky Yulius
Pixabay.com
Aplikasi WhatsApp terpasang di smartphone atau ponsel pintar 

TRIBUNJABAR.ID - Aplikasi WhatsApp memang sudah menjadi aplikasi percakapan nomor satu di dunia, dan dipakai oleh miliaran pengguna.

Mulai masyarakat biasa, hingga artis, pejabat dan tokoh penting juga memakai WhatsApp ini, karena banyaknya pengguna lain yang terhubung.

Namun keamanan aplikasi WhatsApp ini sebenarnya sudah banyak dipertanyakan, meskipun sudah ada enkripsi di dalamnya.

Berbeda dengan aplikasi Telegram yang punya enkripsi lebih aman.

Minggu lalu, juru bicara Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) mengatakan bahwa para pejabat PBB sudah dilarang menggunakan WhatsApp sejak Juni 2019.

Ternyata alasan utamanya adalah masalah keamanan.

Menurut Juru bicara PBB itu seperti dilansir dari Reuters (23/1/2020), para pejabat PBB sudah tidak menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi, karena aplikasi itu tidak didukung mekanisme yang aman.

Awal mulanya adalah setelah para ahli PBB menuduh Arab Saudi memakai platform komunikasi online untuk meretas nomor telepon kepala eksekutif Amazon dan Washington Post, Jeff Bezos.

Menurut pakar independen AS, mereka memiliki informasi yang menunjuk pada "kemungkinan keterlibatan" Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dalam dugaan serangan cyber 2018 kepada pemilik Amazon, Jeff Bezos.

Maka, berdasarkan laporan forensik oleh FTI Consulting yang berbasis di Washington, mereka menyerukan penyelidikan segera oleh AS dan otoritas lainnya.

Para ahli itu menuduh bahwa iPhone Bezos dibajak oleh file video berbahaya yang dikirim dari akun WhatsApps putra mahkota.

Namun apakah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres masih berkomunikasi dengan putra mahkota Saudi atau pemimpin dunia lainnya menggunakan WhatsApp?

Menurut juru bicara PBB Farhan Haq, para pejabat senior di PBB telah diperintahkan untuk tidak menggunakan WhatsApp, karena tidak didukung sebagai mekanisme yang aman.

Karena itu Farhan Haq, tidak percaya sekretaris jenderal menggunakan WhatsApp.

Selain itu, arahan untuk tidak menggunakan WhatsApp juga diberikan kepada pejabat AS pada bulan Juni tahun lalu.

Bantahan WhatsApp

Lalu seperti apa komentar WhatsApp? Menurut pihak WhatsApp, mereka mengklaim telah menyediakan keamanan industri terkemuka untuk lebih dari 1,5 miliar pengguna.

Menurut Direktur Komunikasi WhatsApp, Carl Woog, setiap pesan pribadi di WhatsApp sudah dilindungi oleh enkripsi dari ujung-ke-ujung.

Tujuannya untuk membantu mencegah WhatsApp atau orang lain dari melihat obrolan atau chat.

Teknologi enkripsi yang dikembangkan WhatsApp bersama Signal itu diklaim sangat dihargai oleh para pakar keamanan dan dianggap yang terbaik untuk orang-orang di seluruh dunia.

Alhasil, larangan khusus untuk WhatsApp bisa memusingkan para pakar keamanan digital.

"WhatsApp menangani keamanan dengan sangat serius dibandingkan dengan yang lain," kata peneliti Oded Vanunu, dari perusahaan Checkpoint.

Perusahaan yang berbasis di Tel Aviv itu menyatakan bahwa Checkpoint secara teratur mencari dan menemukan kekurangan dalam aplikasi pengiriman pesan.

Menurut Oded Vanunu, setiap aplikasi memiliki kerentanan yang bisa dimanfaatkan dengan cara tertentu.

Namun aplikasi WhatsApp dianggap sangat baik dalam memperbaikinya, sehingga aplikasi pesan instan lainnya bisa memimpikan jenis prosedur keamanan seperti WhatsApp itu. (Nextren)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved