Nasib Mahasiswa WNI di Wuhan, Hanya Bisa Berdiam Diri di Kamar, Berharap Evakuasi ke Kota Lebih Aman
Hingga kini wabah virus corona di Wuhan China masih mengancam penduduknya setempat, termasuk WNI yang berada di sana, begini nasib mahasiswa WNI
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Theofilus Richard
Hingga kini wabah virus corona di Wuhan China masih mengancam penduduk setempat, termasuk WNI yang berada di sana, begini nasib mahasiswa WNI
TRIBUNJABAR.ID - Hingga kini wabah virus corona di Wuhan, China, masih mengancam penduduk setempat.
Virus ini juga mengancam WNI yang tinggal di sana.
Seperti diketahui ada banyak WNI yang bekerja dan berkuliah di Wuhan, China.
Dikutip dari tayangan Kompas TV, (26/1/2020), Rio Alfi, seorang WNI mahasiswa di Wuhan mengabarkan kondisinya terkini.
Saat ini terdapat 93 mahasiswa asal Indonesia di Wuhan masih berada di Kota Wuhan.
• Masturbasi Depan Wanita Sambil Mengemudi, Pria 48 Tahun di Jakarta Ditangkap Polisi
Rio Alfi menyebut bahwa mahasiswa asal Indonesia tak bisa berbuat apa-apa.
Sudah tiga hari pasca penyegelan, kota Wuhan sepi dari aktivitas pada umumnya.
Hal itu lantaran setiap warga diminta mengantisipasi menghindari terjangkitnya virus corona.
Mereka disarankan untuk berdiam diri di kamar.
Selain itu mereka juga disarankan menghindari tempat-tempat keramaian.
Untuk mengantisipasi dari penularan virus corona, mereka juga harus menjaga kebersihan secara ketat.
Semisal mengenakan masker jika keluar rumah.
Setelah datang dari luar rumah, harus mencuci tangan, sebelum makan maupun sesudah makan.
Tak hanya itu, penyegelan kota Wuhan berdampak pada harga kebutuhan pokok sehari-hari.
Rio Alfi menyebut harga kebutuhan pokok sembako sudah mulai naik.
Hal itu pun disusul dengan terbatasnya stok di pasar swalayan maupun supermarket yang ada.
"Bagi kami mahasiswa yang mengandalkan beasiswa kemungkinan tidak mencukupi ya," ujar Rio Alfi.
Lebih lanjut, ia mengatakan kondisi cuaca di China memang sedang musim dingin.
Saat ini pihak kampus mulai melarang penggunaan sepeda listrik.
Selain itu sejumlah pilihan transportasi umum di Wuhan pun ditutup.
• Ada Pasien Asal Cina di IGD RSHS Bandung, Masih Diobservasi Belum Suspect Virus Corona
Mau tak mau penduduk pun harus berjalan kaki.
Bus, Subway, hingga kereta, bahkan rute penerbangan pun terbatas.
Pemerintah China pun mengantisipasi penyebaran virus corona dengan menutup sementara akses penerbangan di Wuhan.
Akhirnya mahasiswa pun tak bisa pulang ke Indonesia.
Dengan penuh harap, Rio Alfi mewakili 93 mahasiswa asal Indonesia sedang menunggu informasi dari KBRI.
Saat ini Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok di Wuhan, sudah berkoordinasi dengan KBRI.
Namun sejauh ini belum ada informasi yang bisa memberika kepastian, kata Alfi.
"Apakah kami bisa dievakuasi atau bagaimana itu belum diputuskan," ungkapnya.
Alfi pasrah, dan berharap dirinya dan mahasiswa lainnya mendapatkan solusi yang terbaik.
Mereka berharap paling tidak dapat dievakuasi ke kota yang lebih aman.
Namun, demikian untuk sementara waktu yang terbaik baginya dan nasib warga Wuhan adalah berdiam diri di kamar.
Mereka tidak ke mana-mana, dan beraktivitas di dalam rumah.

• Setelah Pulang dari Wuhan China, Warga Jambi Ini Dilarikan ke Rumah Sakit, Diduga Kena Virus Corona
Diberitakan sebelumnya pemerintah China khususnya Wuhan sedang mengantisipasi wabah penyebaran virus corona.
Penyebaran virus corona di Wuhan mulai terjadi sejak akhir 2019 lalu.
Penyebaran virus corona itu diduga bermula dari pasar hewan.
Virus corona yang menjangkit hewan berpindah inang ke manusia.
Warga yang terjangkit mulanya mengalami gangguan pernapasan.
Gejala awal yang mereka alami seperti flu namun mirip pneumonia.
Sejak saat itu lah penyebaran virus corona mulai menjangkit dan memamakan korban tewas.
Dikutip dari CTGTN, (26/1/2020) korban tewas virus corona itu meningkat hingga 56 orang.
Bahkan kenaikan pun dikabarkan naik signifikan menjadi 1.975 hingga 3000 hingga akhir bulan ini.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi dan menekan jumlah korban warga yang terinfeksi, pemerintah mulai mengisolasi kota Wuhan, sebagai diduga kota pertama penyebaran.
Bahkan pemerintah China juga mendirikan rumah sakit khusus untuk mengevakuasi warga yang terjangkit virus tersebut.
• Sejarah Batu Bubut Indramayu, Konon Jadi Lokasi Pernikahan Pemimpin Indramayu dan Sumedang