LRT Kota Bandung Akan Didanai World Bank, Tahun Depan Bisa Mulai Dibangun
Bandung menjadi satu dari enam kota di Indonesia yang mendapat kesempatan tersebut. Keenam kota itu antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bank Dunia (world bank) siap mendanai pembangunan Light Rapid Transit (LRT) di Kota Bandung. Rencananya, pembangunan LRT akan dimulai 2021.
Direktur Infrastruktur World Bank, Ranjit Lamech didampingi Transport Coordinator World Bank Indonesia, Elena Chesheva, Senior Urban Transport Specialist World Bank, David Ingham dan Transport Engineer World Bank, Aldian bertemu dengan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, di Balai Kota Bandung, Rabu (15/1/2020).
Proyek ini merupakan bagian dari program Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kementerian Keuangan dalam mengoordinasikan program transportasi urban nasional untuk dimasukkan ke dalam RPJMN.
Bandung menjadi satu dari enam kota di Indonesia yang mendapat kesempatan tersebut.
Keenam kota itu antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, dan Makassar.
Yana Mulyana mengatakan, pada kesempatan itu world bank menyatakan siap membantu Pemkot Bandung menjadi Kota Metropolitan pertama yang memiliki LRT dengan bantuan World Bank.
Saat ini, sudah ada dua kota yang memiliki jaringan LRT yakni Jakarta dan Palembang.
"Jadi, world bank itu ada satu program untuk pengembangan transportasi massal di Kota Bandung, dari enam kota metropolitan, mudah-mudahan Bandung menjadi kota pertama pengembangan transportasi massal yang dibantu oleh bank dunia," ujar Yana, seusai menerima kunjungan world bank, Rabu (15/1/2020).
Menurut Yana, Kota Bandung memang sedang membutuhkan transportasi massal berbasis kereta.
Sebab, saat ini ada sekitar 1,5 juta jiwa yang melakukan aktivitas di Kota Bandung.
Selain itu, ujar Yana, Kota Bandung telah memiliki rancangan Bandung Urban Mobility Planning sejak tahun 2015.
"Tadi kami sampaikan, kalau penduduk Bandung itu sekitar 3,7 juta siang hari, jika malam 2,5 juta, jadi ada potensi 1,5 juta jiwa penduduk luar Kota Bandung yang melakukan aktivitas di Kota Bandung, mungkin katakan kalau 23 persennya bisa menggunakan ini (transportasi masal) tiketnya kan mudah-mudahan bisa jadi murah," katanya.
Yana menuturkan, Pemkot Bandung sudah menyampaikan keinginannya untuk memiliki transportasi massal berbasis kereta.
Sebab, umumnya masyarakat kota Bandung menginginkan transportasi umum yang memiliki kepastian waktu.