Hujan Lebat Diprediksi Landa Jabodetabek 9-12 Januari, Warga Diimbau Tidak Panik, Tapi Harus Siaga
Menyikapi hal tersebut, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana pada BNPB, Agus Wibowo, mengatakan , masyarakat tidak perlu panik.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebagian masyarakat telah mendapatkan informasi melalui media sosial atau aplikasi pesan mengenai peringatan dini yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Amerika di Jakarta yang menyebutkan bahwa prakiraan cuaca wilayah Jabodetabek akan dilanda hujan ekstrem pada 12 Januari 2020 nanti.
Disebutkan pula, upaya antisipasi menghadapi potensi bahaya seperti kilat, angin kencang, dan kemungkinan banjir, longsor atau pun pemadaman listrik.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, mengatakan , masyarakat tidak perlu panik.
• Hadapi Ancaman Bencana di Musim Hujan, 1000 Personel Gabungan Lakukan Apel di Mapolresta Bandung
• Inovasi Baru, Motor Serasa Mobil Mini, Inilah Motor 266 cc Berkapasitas 4 Orang dan Anti Kehujanan
• BNPB Meminta BPBD Aktif Informasikan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem ke Warga
"Ada baiknya, ini memberikan edukasi kepada kita semua untuk selalu bersiap siaga. Prakiraan cuaca senada juga telah dirilis sebelumnya oleh BMKG. Dari dua peringatan dini baik dari BMKG maupun Kedutaan Besar Amerika Serikat ujungnya keselamatan warga negara," katanya melalui ponsel, Rabu (8/1/2020).
Oleh karena itu, katanya, weather alert yang beredar di masyarakat dapat digunakan sebagai peringatan dini kepada masyarakat.
Peringatan dini BMKG pun tentu ditujukan kepada pemerintah daerah dan juga publik.
"Peringatan dini akan disikapi berbeda oleh mereka. Contoh bagi pemerintah daerah, peringatan dini cuaca bertujuan untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan mitigasi sehingga apa yang terjadi pada 1 Januari 2020 tidak terulang kembali," katanya.
Banyak upaya yang dapat dilakukan pemerintah, katanya, seperti memperbaiki tanggul yang jebol, membersihkan saluran air, atau pun memperbaiki pompa air yang rusak. Masih cukup waktu kepada pemerintah daerah untuk melakukan persiapan sepanjang musim penghujan ini.
"Sedangkan bagi publik, warga dapat membangun kesiapsiagaan di dalam komunitasnya. Tentu diawali di dalam keluarga terlebih dahulu, seperti membuat rencana darurat keluarga," ujarnya.
Dalam rencana darurat keluarga itu, tutur Agus, setiap keluarga dapat berdiskusi di antara anggota keluarga untuk membahas hal seperti rencana evakuasi, tempat evakuasi, tas siaga bencana atau pun dokumen yang harus diselamatkan. Langkah-langkah ini dibutuhkan untuk memperkuat ketangguhan keluarga dalam mengantisipasi potensi bahaya yang terjadi.
"Selain ketangguhan keluarga, komunitas juga perlu membangun ketangguhannya. Melalui ketangguhan di tingkat komunitas, beban antar keluarga dapat dikurangi. Misal saling membantu ketika ada banjir sehingga tetangga dapat membantu keluarga yang membutuhkan pertolongan," katanya.
Demikian juga, gotong royong dalam komunitas juga dibutuhkan pascabencana, seperti pembersihan lumpur atau pun lingkungan sekitar.
"Hal yang menarik dengan beredarnya peringatan dini cuaca dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, ini juga seolah untuk membangun kesiapsiagaan dari pemerintah daerah. Alangkah bagusnya, masukan-masukan dari masyarakat diberikan kepada pemerintah daerah untuk melihat kembali persiapan yang perlu dilakukan," katanya.
Seperti siaran pers yang dikeluarkan BMKG, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada periode 9 -12 Januari 2020, namun tidak se-ekstrem hujan yang terjadi pada 1 Januari 2020.
"Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siaga, serta berhati-hati terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan, seperti angin kencang, genangan air, longsor, pohon tumbang, tersengat aliran listrik, atau pun penyakit pascabanjir," ujarnya. (Sam)