Puncak Hujan Meteor Quadrantid Bakal Terjadi Sebentar Lagi, Apakah Berbahaya? Begini Penjelasannya

Adapun menurut keterangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan, hujan meteor tersebut bisa terlihat pada dini hari.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Hilda Rubiah
Pixabay
Ilustrasi asteroid yang dilintasi orbit bumi. 

TRIBUNJABAR.ID - Siap-siap, puncak peristiwa hujan meteor Quadrantid bakal terjadi pada Sabtu (4/1/2020).

Adapun menurut keterangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan, hujan meteor tersebut bisa terlihat pada dini hari.

Tepatnya, hujan meteor itu terlihat sekitar pukul 02.46 WIB sampai pukul 05.21 WIB.

"Hujan meteor ini akan tampak sekitar dini hari (setelah pukul 02.46 WIB) setelah rasi Bootes ini terbit di ufuk timur dan tampak terus sampai matahari terbit sekitar pukul 05.21 WIB," begitu bunyi keterangan dalam gambar yang diunggah akun Instagram @lapan_ri, dikutip TribunJabar.id, Jumat (3/1/2020).

Nah, dikutip dari laman bobo.grid.id, hujan meteor ternyata bukanlah peristiwa langit yang berbahaya.

Fenomena langit ini justru rutin terjadi hampir setiap bulan.

Secara singkat, hujan meteor terjadi ketika bumi melintasi area sisa-sisa debu komet atau asteroid di orbit bumi.

Puncak Hujan Meteor akan Terjadi Sabtu Dini Hari Nanti, Bisa Terlihat Jika Langit Cerah dan . . .

Saat itu, sisa-sisa debu komet atau asteroid ini akan masuk ke atmosfer bumi dan terbakar hingga akhirnya terlihat seperti bintang jatuh.

Hal tersebut senada dengan penjelasan Lapan. Berdasarkan pendapat para astronom, hujan meteor berlangsung pada tanggal-tanggal tertentu setiap tahunnya.

Karena hal itulah para astronom itu berpikir, hujan meteor terkait dengan orbit bumi mengelilingi matahari.

"Penelitian lebih lanjut (juga) menunjukkan bahwa ini terjadi ketika bumi melewati daerah yang ditempati debu komet atau asteroid, dan saat itu debu komet/asteroid tersebut memasuki atmosfer bumi dan menghasilkan fenomena hujan meteor termaksud," tulis Lapan.

Lebih lanjut, Lapan menjelaskan, secara kasat mata, meteor di langit bakal terlihat seperti cahaya yang melintas.

Cahaya itu terlihat jika langit malam sedang cerah alias tidak berawan dan keadaannya cukup gelap atau tak ada cahaya.

"Lintasan cahaya itu adalah yang disebut sebagai meteor yang muncul akibat adanya gesekan antara atmosfer bumi dengan meteoroid yang datang dari luar atmosfer bumi," tulis @lapan_ri.

Ilustrasi
Ilustrasi (independent.md)

Gesekan antara atmosfer bumi dengan meteoroid yang datang dari luar atmosfer bumi tersebut ternyata bisa mengakibatkan panas.

Panas itulah yang dapat menghancurkan meteoroid tersebut.

"(Hingga akhirnya) menghasilkan panas dan cahaya yang muncul dalam bentuk lintasan di langit," tulis Lapan.

Sebenarnya, peristiwa terlihatnya lintasan cahaya di langit atau hujan meteor bisa muncul kapan saja dan datang dari daerah mana saja di langit.

Modal Rp 5,6 Juta, Seserahan Sport Bra, dan Cincin Kawin dari Meteorit, Pria Ini Nikahi Kekasihnya

Lapan menjelaskan, peristiwa terbakarnya meteoroid ini biasanya berlangsung pada ketinggian 70-100 km dari permukaan Bumi.

Kendati demikian, kadang-kadang ada satu masa di mana peristiwa munculnya meteor ini berlangsung lebih sering dari biasanya dan biasanya lintasan itu tampak seperti muncul dari satu daerah tertentu di langit.

"Peristiwa inilah yang kemudian dinamakan hujan meteor," tulis Lapan.

Fika Rahma (19), mahasiswa jurusan Meteorologi ITB angkatan 2015 saat mencoba melihat gerhana bulan total dari teleskop.
Fika Rahma (19), mahasiswa jurusan Meteorologi ITB angkatan 2015 saat mencoba melihat gerhana bulan total dari teleskop. (Tribun Jabar/Daniel Andreand Damanik)

Adapun peristiwa tersebut dinamakan hujan meteor lantaran dari satu titik ini tampak muncul berkali-kali lintasan cahaya meteor, dan selanjutnya titik ini diberi nama radiant.

Lapan menjelaskan, untuk memudahkan identifikasi pada peristiwa hujan meteor ini, titik radiant ini kemudian dikaitkan dengan rasi/konstelasi yang terdekat dengan titik tersebut.

Perlu diketahui, beberapa waktu lalu hujan meteor Perseid juga turut jadi perhatian.

Pasalnya, penampakan hujan meteor itu disebut-sebut cantik.

Fenomena alam yang indah ini disebut bisa membuat Anda terpukau melihatnya.

Seperti yang diketahui, hujan meteror Perseid ini puncaknya terlihat pada Selasa (13/8/2019) dini hari.

Harga Jualnya Rp 108 Juta per Gram, Warga Sekampung Berburu Batu Meteorit di Yunnan

Jatuhnya meteor Perseid selalu terjadi di bulan Juli sampai Agustus di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, hujan meteor Perseid bisa dilihat dengan mata telanjang.

Berdasarkan unggahan akun Instagram @lapan_ri, hujan meteor Perseid merupakan pecahan dari komet Swift-Tuttle yang masuk ke atmosfer bumi sehingga menciptakan efek hujan meteor.

Arah hujan meteor bisa dilihat pada konstelasi Perseus, karena itulah diberi nama hujan meteor Perseid.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved