Nahas! Pria Ini Tersambar Petir hingga Tewas saat Terima Telepon Sambil Berteduh di Bawah Pohon
Pria lajang berusia 22 tahun, bernama Dona Nenoliu ini langsung meninggal akibat tersambar petir saat menerima telepon di bawah pohon asam.
TRIBUNJABAR.ID, KUPANG - Pria lajang berusia 22 tahun, bernama Dona Nenoliu ini langsung meninggal akibat tersambar petir saat menerima telepon di bawah pohon asam.
Saat itu, korban sedang dalam perjalana pulang dari Puskesmas ke rumahnya bersama anggota keluarga lainnya.

Ayah korban, Mikael Nenoliu dikuitp dari Pos-Kupaang.com, Senin (2/12/2019) membenarkan kejadian yang menimpa anak pertamanya tersebut.
Diceritakannya, korban bersama ibu dan kedua adiknya dalam perjalanan pulang dari Puskesmas Panite menuju rumahnya di Desa Mio usai berobat.
Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba hujan mulai turun sehingga korban bersama sang ibu dan kedua adiknya memilih berteduh sejenak di salah satu rumah kosong.
• Berteduh di Bawah Pohon, Siswa SD di Pasamanan Barat Malah Tersambar Petir Hingga Tewas
• BMKG Keluarkan Imbauan, Waspadai Hujan Lebat Disertai Angin dan Petir, Termasuk di Jawa Barat
Saat berteduh, muncul panggilan telepon masuk di handphone milik korban.
Korban pun langsung mencari lokasi yang lebih baik kondisi sinyal teleponnya ke pinggir jalan, tepatnya di bawah pohon asam guna mengangkat telepon.
Setelah beberapa saat korban tiba di bawah pohon asam, tiba-tiba petir menyambar tubuh korban.
"Kejadiannya cepat sekali pak. Istri saya juga tidak lihat waktu anak saya disambar petir. Istri saya kaget lihat anak saya sudah terjatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri," kisah Mikael.
Akibat sambaran petir lanjut Mikael, korban mengalami luka pada bagian dada dan pahanya.
• Sedang Membuat Perapian, Peternak Beserta 19 Kerbau Tersambar Petir Hingga Tewas
• Nahas, Gara-gara Main Mobile Legends di Bawah Pohon, Dua Pemuda Ini Tewas Tersambar Petir
Tidak hanya itu, celana yang digunakan korban juga ikut robek akibat sambaran petir.
Batang pohon asam, tempat korban berteduh juga hangus akibat disambar petir.
"Anak saya punya dada luka akibat kena sambar petir. Tidak hanya itu bagian pahanya juga. Celana yang dia pakai sampai robek," ujarnya.
Ia mengaku, sudah menerima secara ikhlas bahwa kematian korban sudah menjadi takdirnya.
"Tadi dokter sudah periksa juga pak. Jadi saya terima kejadian ini sebagai ajal anak saya," pungkasnya. (Dion Kota/POS- KUPANG.COM)