Kecanduan Game, Medsos, dan Belanja Online, Kasus yang Banyak Ditemukan di Rumah Sakit Jiwa

Berbagai fitur produk teknologi informasi yang kini bisa diakses siapapun melalui gadget ternyata dapat menimbulkan

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Kolase TribunJabar.id (Istimewa dan Kontan)
ILUSTRASI - Ibu Ini Kaget, Tagihan Kartu Kreditnya Rp 54 Juta, Ternyata Dipakai Anak Beli Fitur di Game Online 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Berbagai fitur produk teknologi informasi yang kini bisa diakses siapapun melalui gadget ternyata dapat menimbulkan gangguan sosial sampai gangguan jiwa.

Di zaman serba canggih ini, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat pun akhirnya menangani pasien yang kecanduan game, media sosial, video, sampai kecanduan belanja online.

Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, dr Elly Marliyani, mengatakan ia memang belum merekap jumlah pasien klasifikasi penyebab gangguan jiwa akibat game, medsos, video, atau belanja online. Namun, hal tersebut sudah banyak ditangani RSJ di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat tersebut.

"Kecanduan gadget, internet, games, atau kecanduan YouTube, dan yang lainnya juga, bisa kecanduan judi kecanduan belanja online, itu semuanya adalah suatu perilaku yang berlebihan terhadap itu semua. Jadi kalau dilakukan secara proporsional, itu belum dikatakan kecanduan. Namun kalau sudah berlebihan maka itu dikatakan suatu kecanduan," kata Elly seusai menghadiri kegiatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Rabu (23/10/2019).

Sosok yang Dampingi Prabowo Saat Dilantik Jadi Menteri Jokowi, Bukan Istri, Ini Profilnya

Yang paling mengkhawatirnya, katanya, adalah terus bertambahnya pasien anak usia 7 sampai 15 tahun yang kecanduan gadget, baik game, medsos, atau fitur lainnya. RSJ Provinsi Jawa Barat, katanya, akhirnya melakukan penatalaksanaan kepada pasien anak, baik secara rawat jalan dan rawat inap.

"Untuk rawat jalan itu kami mempunyai angka untuk penatalaksanaannya adalah dua sampai tiga orang per minggu. Namun kalau untuk perawatan dalam dua bulan terakhir, kami merawat baru tiga orang dalam jangka waktu yang berbeda. Yang dirawat pun adalah yang ketergantungan terhadap game dengan penyakit penyerta," katanya.

Walau belum merekap data pasien tahun ini, Elly mengatakan pihaknya menyoroti kunjungan pasien usia 7 tahun sampai 15 tahun yang mengalami peningkatan.

"Persoalan biasanya ada ketidakberdayaan, kadang-kadang juga ada karena kehilangan pasangan ya. Lalu juga ada stres dari lingkungan, misalnya di-bully oleh teman di sekolah ya," katanya.

Untuk menyikapinya, keluarga sebagai lingkungan terdekat anak dan remaja tentu harus melakukan pengawasan melekat, khususnya ibu yang merupakan madrasah atau tempat pendidikan pertama untuk anak-anak.

Nadiem Makarim Jadi Menteri Presiden Jokowi, Mendikbud Langsung Jadi Trending Topic Twitter

"Itu memang betul. Jadi keluarga betul-betul harus melakukan pengawasan melekat lalu keluarga juga tentu memberikan suatu waktu tersendiri. karena dengan kebersamaan di antara anak, ibu, dan ayah, di dalam keluarga itu mengisi sesuatu kekosongan pada diri anak-anak," katanya.

Gangguan pada anak-anak, katanya, pada dasarnya disebabkan faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial, dan faktor spritual. Jadi kalau terjadi peningkatan seperti pada saat ini tentu terjadi suatu intervensi dari keempat faktor tersebut, tidak hanya satu faktor.

"Sekarang dengan adanya kesibukan pada keluarga, menimbulkan anak-anak mencari kesenangan sendiri dengan misalnya bermain gadget. Seperti itu juga menimbulkan suatu jadi akhirnya suatu gangguan karena berlebihan yang mengakibatkan suatu ketergantungan," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved