Spanduk Tolak Anarko Beterbaran di Kota Bandung, tapi Warga Tak Tahu Siapa yang Masang
Spanduk penolakan terhadap gerakan anarko tersebar di sejumlah titik di Kota Bandung. Spanduk itu
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Spanduk penolakan terhadap gerakan anarko tersebar di sejumlah titik di Kota Bandung. Spanduk itu dipasang di pinggir jalan di dekat pemukiman warga.
Seperti halnya terlihat di kawasan Jalan Sukajadi, Buahbatu, Antapani hingga Jalan Peta. Spanduk itu terpasang sejak pekan lalu, pascaaksi unjuk rasa di Kota Bandung terkait penolakan UU KPK versi revisi dan penolakan pengesahan KUHP baru.
Ahmad Sudijat (40) warga Jalan Kuningan, Antapani Kota Bandung mengaku tidak mengetahui ihwal siapa yang memasang spanduk. Hanya saja, yang ia tahu, spanduk itu dipasang setelah aksi demo di Kota Bandung.
"Setelah demo yang rusuh itu, katanya anak anarko yang terlibat. Dari situ mulai ada spanduk-spanduk penolakan anarko," kata Ahmad.
Rian Permana (35) warga Jalan Sukamulya Kecamatan Bojongloa Kaler juga tidak mengetahui siapa pemasang spanduk. Namun, sebagai petugas keamanan kelurahan, ia diberi tahu anarko teridentifikasi sebagai kelompok yang mendukung kekerasan.
• Teroris Bersenjata Laras Panjang Disergap di Jambi, Didalami Apakah Terkait Penusukan Wiranto
"Setahu saya mereka yang demo lalu anarkis waktu di Gedung Sate. Saya tahu dari berita saja, tiba-tiba ada yang pasang spanduk," kata Rian.
Frans Edi Sunjaya (40) warga Jalan Sukajadi mengatakan hal senada. Pascademo berujung kerusuhan di Bandung pada 30 September, banyak spanduk terpasang berisi penolakan anarko.
"Saya lihat di berita-berita katanya yang rusuh itu kelompok dengan paham anarko yang suka anarkis. Yang pasangnya saya enggak tahu," ujar dia.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko belum lama ini menyampaikan, massa pengunjuk rasa pada 30 September terdiri dari unsur pelajar, organisasi mahasiswa dan kelompok yang bukan dari pelajar dan bukan dari anggota organisasi mahasiswa kampus.
"Ada kelompok yang memancing kerusuhan dengan pertama kali melakukan pelemparan terhadap polisi. Mereka jiga melakukan vandalisme di fasilitas umum dengan corat-coret huruf A dalam lingkaran, indikasinya mereka kelompok Anarko. Mereka juga banyak menuliskan ujaran kebencian,"ujar Trunoyudo.
• Yuk Coba Wahana Giant Swing, Ayunan di Ketinggian 30 Meter, dari Punclut Bisa Lihat View Bandung
Literatur menyebutkan, Mikail Bakunin sebagai peletak dasar Anarko yang berkembang di Eropa sekitar tahun 1800-an. Di Indonesia, Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Andreas Budi Widyanta menerangkan, gerakan massa berideologi Anarko ini, berkembang pascareformasi. Anarko diidentikan dengan simbol huruf a dalam lingkaran.
"Anarko ini ideologi besar dengan Mikail Bakunin sebagai peletak dasar ideologi perlawanan terhadap pratik kapitalisme. Di Indonesia bukan barang baru, mereka menguat pascareformasi. Praktik ideologinya sangat kontekstual dalam isu tentang ke Indonesia-an, dengan praktik kapitalismenya yang berlangsung," ujar Budi saat dihubungi pada Kamis (26/9/2019).
Anarko sebagai ideologi, dalam banyak literatur, menganggap bahwa negara adalah sumber keterasingan. Dalam bentuk konkret, mereka tidak membutuhkan peran negara untuk bisa berdaya secara ekonomi. Ia tidak menampik soal itu karena memang, di masa lahirnya, Bakunin menganggap bahwa peran negara bagian dari elit kapitalisme yang merusak tatanan sosial, ekonomi, politik dan kerusakan lingkungan.
• Begini Cara Melepas Stres Berkepanjangan, Ahli Anjurkan Lakukan Hal Ini Agar Lebih Manjur
"Ya memang pada prakteknya mereka menjalankan prinsip komunal. Negara adalah sumber keterasingan karena negara dianggap bagian dari elit kapitalisme. Sebagai gagasan ideal, hampir bisa dikatakan bahwa gagasan itu tidak bisa terwujud karena dia utopis. Dalam artian proses wujudnya perlu effort yg enggak mudah," ujar dia.