Maulana Meninggal saat Ikut Demo di Gedung DPR RI, Penyebabnya karena Asma, Polisi Beri 'Uang Duka'

Mengenai penyebab kematian Maulana, Argo memastikan karena penyakit asma.

Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Warta Kota/Budi Sam Law Malau
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Rabu (27/2/2019). 

TRIBUNJABAR.ID - Pihak kepolisian memberikan uang santunan sebesar Rp 10 juta kepada keluarga Maulana Suryadi atau Yadi, pria yang tewas saat aksi unjuk rasa di sekitar gedung DPR RI pada 25 September 2019.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan uang tersebut diberikan kepada ibunda Suryadi bernama Maspupah.

Menurut Argo, uang tersebut sebagai ungkapan duka dari pihak kepolisian.

"Kalau misalnya seseorang memberikan (uang) turut berduka boleh tidak? Boleh ya," ujar Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Mengenai penyebab kematian Maulana, Argo memastikan karena penyakit asma.

Ia menyebut pihak keluarga telah menandatangani surat berisi keterangan bahwa Yadi meninggal karena asma.

Jenazah Yadi disemayamkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur sebelum akhirnya dijemput pihak keluarga.

"Jadi, ibu kandung (Maspupah) sudah melihat jenazahnya. Yang bersangkutan melihat tidak ada lebam-lebam. Kemudian juga membuat pernyataan di surat bermaterai yang menyatakan memang almarhum ini mempunyai riwayat penyakit sesak nafas," kata Argo.

Tak ada pendarahan

 Kepala Instalasi Forensik RS Polri, Kombes Pol Edy Purnomo mengatakan tidak ada pendarahan pada jasad pemuda bernama Maulana Suryadi atau Yadi (23) saat dibawa ke RS Polri.

Ia mengaku tidak melihat bercak darah pada baju dan celana juru parkir tersebut.

"Yang pasti, saat datang di kamar jenazah tidak tampak pendarahan pada kepala. Baju dan celananya juga tidak ada bercak-bercak darahnya," ujar Edy Purnomo saat dikonfirmasi, Jumat (4/10/2019).

Edy Purnomo menjelaskan setiap jasad manusia mengalami pendarahan di bagian hidung dan telinga usai meninggal.

Menurut Edy hal itu dapat terjadi karena proses pembekuan darah tidak aktif.

Sehingga biasanya, lubang yang ada pada jasad manusia ditutup dengan kapas agar darah tersebut tidak keluar.

"Oleh sebab itu, semua jenazah dilakukan penutupan pada lubang-lubang yang ada di seluruh jasadnya dengan kapas, biasanya padat dan banyak," tutur Edi.

Sehingga, menurutnya terdapat kemungkinan darah yang terdapat pada kain kafan yang membungkus jasad Maulana disebabkan penutupan kapas pada lubang yang tidak dipasang dengan benar.

"Bila jasad seseorang tidak diformalin dan penutupan dengan kapas yang kurang pas. Maka, memungkinkan akan terjadi seperti itu," pungkas Edy.

Tak ada tanda kekerasan

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Pol Edy Purnomo mengatakan pihaknya tidak menemukan adanya bekas tanda penganiayaan di tubuh Maulana Suyadi alias Yadi.

Menurut Edy Purnomo jasad Yadi dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Kamis (25/9/2019).

"Tidak ada (tanda kekerasan pada tubuh korban)," kata Edy saat dikonfirmasi, Jumat (4/10/2019).

Namun, Edi tak mengungkapkan bagaimana hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap tubuh korban.

Ia hanya menyebut bahwa dari hasil pemeriksaan, korban diduga meninggal karena sesak nafas.

"Iya (karena sesak nafas)," ujarnya.

Edi juga menyebut hasil visum terhadap korban saat ini sudah diserahkan kepada pihak penyidik.

"Hasil visumnya sudah sama penyidik," ucap Edy.

Di sisi lain, Edy menyampaikan bahwa surat pernyataan terkait penyebab kematian korban dibuat sendiri pihak keluarga, yakni kakaknya dan ditandatangani Ibunya.

"Itu kan pernyataannya dia bikin sendiri kok, pernyataannya yang bikin anaknya yang perempuan, karena katanya ibunya enggak bisa nulis, sudah ditandatangani (ibunya) kok," tuturnya.

Lebih lanjut, Edi mengaku tak tahu menahu perihal pemberian amplop yang berisi uang sebesar Rp 10 juta kepada pihak keluarga untuk mengurus jenazah korban.

"Saya enggak tahu (soal amplop itu)," kata Edy.

Sebelumnya, Yadi meninggal setelah mengikuti aksi unjuk rasa di dekat Gedung DPR RI, Rabu (24/9/2019) akibat mengalami sesak napas.

Pihak keluarga Yadi khususnya sang ibu bernama Maspupah menilai ada kejanggalan dengan kematian anaknya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Polisi Beri 'Uang Duka' Rp 10 Juta Kepada Keluarga Maulana yang Meninggal Saat Demo di DPR, https://www.tribunnews.com/metropolitan/2019/10/04/polisi-beri-uang-duka-rp-10-juta-kepada-keluarga-maulana-yang-meninggal-saat-demo-di-dpr?page=all.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved