Hari Batik Nasional

Hari Batik Nasional, Ribuan Pelajar di Cirebon Membatik Massal, Berhasil Pecahkan Rekor MURI

Hari Batik Tradisional, ribuan pelajar di Cirebon membatik massal. Berhasil pecahkan rekor MURI.

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
Sejumlah siswa tengah mengikuti membatik massal di Trusmi yang memecahkan rekor MURI. 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON -‎ Belum lama ini, ribuan pelajar di Cirebon berbondong-bondong mendatangi Pusat Kawasan Batik Trusmi, Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Senin (1/10/2019).

Ribuan pelajar yang terdiri dari murid sekolah dasar (SD) hingga siswa sekolah menegah perta‎ma (SMP) datang ke Kawasan Batik Trusmi, untuk membatik bersama dalam memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober.

Bertempat di pelataran parkir Batik Trusmi, ribuan pelajar begitu antusias, semuanya seragam menggambar batik jenis mega mendung di atas kain, menggunakan lilin cair serta canting.

Manajer Museum Rekor Indonesia (MURI), Ariani Siregar, mengatakan, membatik massal tersebut mengalahkan rekor sebelumnya di Sekolah Santo Aloysius Bandung.

"Di Bandung, jumlah peserta 2.500, tapi di Trusmi ada 2.837 orang dari 17 sekolah," kata Ariani Siregar melalui siaran tertulis, Rabu (2/10/2019).

Membatik massal tersebut pun, kata Ariani, tercatat pula museum rekor dunia dengan nomor 9.206.

"‎Di Trusmi ini beberapa kali memecahkan rekor, mulai dari membatik di kain terpanjang dan membatik di atas mobil," katanya.

Pelajar SMP dan murid SD di Cirebon berbondong-bondong mendatangi Pusat Kawasan Batik Trusmi, Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Selasa (1/10/2019).
Pelajar SMP dan murid SD di Cirebon berbondong-bondong mendatangi Pusat Kawasan Batik Trusmi, Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Selasa (1/10/2019). (Tribun Jabar/Hakim Baihaqi)

Kayla Azzahra (10), siswa SD Galunggung, mengaku, ia sangat antusias mengikuti kegiatan membatik itu.

Baginya ini adalah kali pertama membuat batik di atas kain.

"Biasanya cuma bikin di buku gambar, sekarang langsung," kata Kayla.

Berbeda dengan Kayla, Rizki Andriano (12), mengaku kesulitan menggunakan canting untuk membatik di atas kain kanvas, sehingga banyak tetesan lilin yang tidak berada garis lingkar motif mega mendung.

Namun begitu, kata Rizki, ia sangat senang karena bisa mengetahui cara membatik, karena selama ini ia hanya sering melihat batik yang telah dipajang di toko-toko batik di Desa Trusmi.

"Kirain gampang, ternyata susah. Tapi senang," katanya.

Pelaku usaha batik, Ibnu Riyanto, mengatakan,‎ membatik massal itu dilakukan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober dan memang dikhususkan untuk pelajar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved