Hari Batik Nasional
Google Doodle Ikut Rayakan Hari Batik Nasional, Tampilkan Motif Batik Ini di Laman Pencariannya
Rupanya, peringatan Hari Batik Nasional ini terjadi saat batik memperoleh pengakuan dunia dari UNESCO.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
TRIBUNJABAR.ID - Tepat hari ini, 2 Oktober, merupakan Hari Batik Nasional.
Rupanya, peringatan Hari Batik Nasional ini terjadi saat batik memperoleh pengakuan dunia dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organizations (UNESCO).
Menurut laman Kompas.com, Rabu (2/10/2019), batik memperoleh pengakuan dunia pada 2009.
Melalui doodle, perusahaan mesin pencari Google juga merayakan Hari Batik Nasional.
Saat mengakses Google.com, di laman utamanya terlihat ada motif Kawung-Parang.
Motif batik itu didominasi warna biru dan kuning.
Terlihat, tulisan Google di bagian depan disimpan di depan sebuah motif persegi panjang berwarna biru.
Sementara itu, di bagian belakangnya ada motif batik tersebut.
Ternyata, motif batik itu memang bukan dibuat oleh orang sembarangan.
Pola batik di pencarian Google Search dibuat oleh seorang seniman bernama Lydia Nichols.
Seniman itu mempelajari batik secara langsung.
• Kemendag Dorong Pelaku Usaha Batik Gunakan Pewarna dari Bahan Baku Alami
Bahkan, di laman Doodles, diperlihatkan bagaimana cara membuat motif batik yang ada di gambar utama Google Search.
Batik itu ternyata dibuat langsung di atas kain.
Hingga akhirnya, batik tersebut dikonversi jadi gambar digital.
"Untuk yang berada di Indonesia sekarang, ini merupakan waktu yang tepat menggunakan pakaian batik terbaik untuk menghormati seni tradisional dan pengrajin terampil yang membuatnya," tulis Google.
Di media sosial Twitter, Hari Batik Nasional juga menjadi trending topic.
Sudah ada 9000 cuitan yang mencantumkan kalimat Selamat Hari Batik Nasional.

Banyak warganet yang memamerkan foto menggunakan batik dan menuliskan kalimat soal batik.
"Pagi! Selamat Hari Batik Nasional," tulis @buncititsmylife.
"Selamat hari batik nasional #15menitsaja," tulis @SiJayeunTah.
"Selamat Hari Batik Nasional 2019 dari aku yang kangen Kota Pekalongan #HariBatikNasional," tulis @MonsterKecil_.
Sementara itu, ribuan pelajar di Cirebon berbondong-bondong mendatangi Pusat Kawasan Batik Trusmi, Desa Weru Kidul, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Selasa (1/10/2019).
Ribuan pelajar yang terdiri dari murid sekolah dasar (SD) hingga pelajar sekolah menegah pertama (SMP) datang ke kawasan Batik Trusmi, untuk membatik bersama dalam memperingati Hari Batik Nasional.
• Kemendag Dorong Pelaku Usaha Batik Gunakan Pewarna dari Bahan Baku Alami
Bertempat dipelataran parkir Batik Trusmi, ribuan murid SD dan pelajar SMP tampak antusias seragama menggambar batik jenis mega mendung di atas kain, menggunakan lilin cair serta canting.
Pantauan Tribun Jabar, ribuan ini tampak antusias membatik di atas kain selebar 30 sentimeter, bahkan beberapa di antaranya tampak terlihat mahir menggunakan canting.
Kayla Azzahra (10), siswa SD Galunggung, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan membatik sebagai pengalaman pertamanya membatik di atas kain.
"Biasanya cuma bikin dibuku gambar, sekarang langsung," kata Kayla Kawasan Batik Trusmi, Selasa (1/9/2019).
Berbeda dengan Kayla, Rizki Andriano (12), mengaku kesulitan menggunakan canting untuk membatik di atas kain kanvas, sehingga banyak tetesan lilin yang tidak berada garis lingkar motif mega mendung.

Namun begitu, kata Rizki, ia sangat senang karena bisa mengetahui cara membatik, karena selama ini ia hanya sering melihat batik yang telah dipajang di toko-toko Batik di Desa Trusmi.
"Kirain gampang, ternyata susah. Tapi senang," katanya.
Pelaku usaha batik, Ibnu Riyanto, mengatakan, membatik massal itu dilakukan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober dan memang dikhususkan untuk pelajar.
Ibnu menambahkan, jumlah peserta yang mengikuti membatik massal ini berjumlah 2.837 orang dari 17 SD dan SMP di wilayah Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.
• VIDEO Ini Ciri Khas Batik Paoman dan Dermayon dari Indramayu, Ada Motif Kapal Karam
"Mereka sangat antusias, banyak yang datang sebelum waktu pembukaan," katanya.
Selain itu, kata Ibnu, membatik secara massal ini pun sebagai upaya meningkatkan minat anak untuk melestarikan budaya asli Cirebon, sehingga batik khas Cirebon tetap dikenal masyarakat luas.
Di Kawasan Batik Trusmi, hampir semua pembatik adalah wanita yang berusia di atas 30 dan sampai saat ini belum terjadi regenerasi.
"Dari 2837 peserta yang ikut, kalau 10 persennya menjadi pengusaha batik, maka akan menyerap tenaga kerja. Karena batik ini merupakan padat karya. Intinya, mereka harus punya rasa memiliki," katanya.