Pengakuan Mengejutkan Kuncen Petilasan Prabu Siliwangi, Ungkap Penyebab Kecelakaan Tol Cipularang
Kecelakaan maut di Tol Cipularang kilometer 90-100 kerap dikaitikan dengan cerita Gunung Hejo yang disebut-sebut angker.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Hilda Rubiah
TRIBUNJABAR.ID - Kecelakaan maut di Tol Cipularang kilometer 90-100 kerap dikaitkan dengan cerita Gunung Hejo yang disebut-sebut angker.
Pasalnya, dekat Tol Cipularang kilometer 90-100, memang terdapat sebuah bukit bernama Gunung Hejo.
Dipercaya, Gunung Hejo adalah petilasan, tempat bertapanya Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Benarkah kecelakaan maut di Tol Cipularang berkaitan dengan Gunung Hejo?
Sesepuh alias kuncen petilasan Prabu Siliwangi, Mustopo bin Ija Banten atau akrab disapa Abah Kecrik angkat bicara mengenai hal tersebut.
Pengakuannya mengejutkan, berbeda dengan cerita yang beredar selama ini.
Abah Kecrik mengatakan, justru kecelakaan di Tol Cipularang kilometer 90-100 tak ada kaitannya sama sekali dengan keberadaan petilasan tersebut.
Ia mengatakan, kecelakaan di Tol Cipularang, justru terjadi lantaran kurang hati-hatinya pengendara.
• Jasa Marga Temukan Banyak Kendaraan Kelebihan Muatan di Tol Cipularang
"Semua itu hanya mitos belaka," ujar kakek yang mengaku berusia 94 tahun tersebut, Rabu (11/9/2019).
Dijelaskannya lebih lanjut, kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang kilometer 90-100 adalah bagian dari takdir.
Ia mengatakan, hanya faktor kebetulan saja seandainya ada cerita yang menyebut pengendara melihat penampakan makhluk astral.
Penampakan itu, lanjut Abah Kecrik, ternyata tak berkaitan langsung dengan keberadaan petilasan.
"Hanya kebetulan saja pas takdirnya meninggal dunia di tol. Kebetulan lokasinya juga dekat petilasan. Padahal tak ada kaitannya," katanya.

Di Petilasan Prabu Siliwangi itu, memang ada sebuah batu yang terbungkus kain putih.
Batu terbungkus kain putih itu dikelilingi pagar besi.
Petilasan itu luasnya berkisar antara 1,5 X 1,5 meter.
Disebut-sebut, batu tersebut pernah disinggahi Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Abah Kecrik mengatakan, tempat itu memang kerap menjadi tujuan peziarah.
Namun, tujuan peziarah tersebut adalah bermeditasi dan memanjakan doa kepada Sang Pencipta.
• Jenazah Korban Kecelakan Cipularang Disemayamkan di Rumah Duka Bumi Baru Sebelum Dimakamkan
Peziarah juga seringkali membaca Alquran selama di petilasan.
"Tidak mungkin ada hubungannya dengan gaib. Apalagi kaitannya dengan mengganggu orang yang lewat," ujarnya dalam Bahasa Sunda, yang sudah diterjemahkan TribunJabar.id.
Sebelumnya diberitakan, Tol Cipularang yang kerap jadi pembicaraan adalah di kilometer 90-100 arah Bandung-Jakarta.
Di ruas jalan tersebut, beberapa kecelakaan terjadi yang banyak menelan korban.

Senin (2/9/2019), kecelakaan maut terjadi di ruas Tol Cipularang kilometer 91.
Kecelakaan maut itu melibatkan puluhan kendaraan dan menyebabkan delapan orang tewas.
Duka dari kecelakaan itu belum selesai, kini terjadi lagi kecelakaan di Tol Cipularang.
Selasa (10/9/2019), lima kendaraan terlibat kecelakaan di Tol Cipularang kilometer 92, Purwakarta.
Tentu saja, akibat terjadinya kecelakaan tersebut, mitos yang beredar kembali lagi jadi perbincangan. (Laporan Wartawan TribunJabar.id, Ery Chandra)
Disebut Blackspot
Beberapa kali, kehati-hatian saat berkendara di Tol Cipularang kilometer 90-100 ditekankan oleh polisi hingga pengamat.
Kanitlaka Satlantas Polres Purwakarta, Iptu Asep Kusmana menyebut kilometer 90-100 Tol Cipularang sebagai blackspot.
Bukan tanpa alasan ia menyebut ruas tersebut sebagai blackspot.
Pasalnya, ruas jalan di Tol Cipularang tersebut memang rawan terjadinya kecelakaan.
Evaluasi bahkan sempat dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Jasa Marga, dan kepolisian di ruas Jalan Tol Cipularang kilometer 90-100.
• Misteri KM 90-100 Tol Cipularang, Antara Blackspot dan Mistis Petilasan Prabu Siliwangi
Martinus Sitompul sempat mengungkapkan mengapa di ruas tol tersebut kerap terjadi kecelakaan.
Pria yang sempat menjabat sebagai Kepala Bagian Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri pada 2014 mengatakan, kondisi jalanan di Tol Cipularang kilometer 90-100 menurun dengan belokan dan kontur angin yang berpotensi menyebabkan kecelakaan jika pengendara tak hati-hati.
"Kalau dilihat dari hasil kajian ilmiah kilometer 90-100 secara keseluruhan, pengguna kendaraan memang harus ekstra hati-hati saat melewati jalur tersebut," ujar Martinus, dikutip dari berita Kompas.com yang terbit pada 2 Desember 2014.
Hal ini juga diamini oleh pakar transportasi ITB Prof Ofyar Z Tamin.

Secara terpisah, Tamin mengatakan, laju kendaraan memang akan bertambah cepat saat mulai masuk trek jalan menurun ditambah beban massa dari kendaraan.
Karena itu, pengendara harus ekstra hati-hati saat melintas Tol Cipularang ruas kilometer 90-100.
Ada yang disebut sebagai kecepatan rencana saat mendesain dan membangun sebuah jalan.
"Artinya, kendaraan akan aman jika melaju baik saat memasuki tikungan atau jalan menurun berada di bawah kecepatan rencana," ujar Tamin.