Kecelakaan Maut di Cipularang
Mahasiswi S2 ITB Diduga Jadi Korban Kecelakaan Maut, Mobilnya Terbakar, Orangtua Tak Henti Menangis
Orangtua Khansa tak henti menangis. Mahasiswi S2 ITB ini diduga jadi korban kecelakaan maut di Tol Cipularang. Mobil Mazdanya terbakar.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kecelakaan maut di Tol Cipularang mengakibatkan sejumlah orang meninggal dunia.
Hingga kemarin, masih ada empat jenazah korban yang belum teridentifikasi.
Satu di antaranya diduga adalah Khansa Athira (23), mahasiswi pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB).
Khansa tercatat sebagai warga Jalan Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Dugaan Khansa adalah satu dari empat korban tewas yang belum teridentifikasi muncul setelah Hermansyah, orang tua Khansa, mendatangi RS MH Thamrin, Purwakarta, Selasa (3/9/2019).
Kepada petugas DVI Polda Jabar, Hermansyah mengaku mencari anaknya yang mungkin menjadi salah seorang korban.
Ia khawatir anaknya menjadi salah seorang korban karena pada Senin siang, sebelum tabrakan beruntun terjadi, Khansa Athira sempat melakukan komunikasi via telepon dan mengatakan bahwa saat itu ia berada di Tol Cipularang.
Kepada petugas, Hermansyah juga mengatakan bahwa pada hari itu anaknya mengendarai mobil Mazda.
Dugaan makin kuat karena satu dari empat mobil yang terbakar dalam tabrakan beruntun di Cipularang Senin lalu adalah mobil Mazda.
"Kata orang tuanya, Khansa mahasiswi pascasarjana ITB, jurusan Arsitektur. Ia terakhir berkomunikasi di sekitar lokasi kejadian saat dalam perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta," ujar Kabid Dokkes Polda Jabar, Kombes Arios Bismark, di RS MH Thamrin, kemarin.

Arios mengatakan, berdasarkan laporan resmi dari Satlantas Polres Purwakarta, mobil Mazda yang dikendarai Khansa ada dalam daftar kendaraan yang terlibat kendaraan beruntun.
"Data yang kami terima, nomor polisinya B 411 AT. Mobilnya turut terbakar," kata Arios.
Dugaan bahwa Khansa menjadi salah satu dari empat jazad yang belum diketahui identitasnya karena kondisinya yang hangus juga diungkapkan anggota Tim DVI Polda Jabar, drg Puspa Yuwi.
Ia mengatakan, dengan kondisi hangus, keempat korban ini nyaris tak mungkin dikenali kecuali dengan uji sampel DNA.
"Tadi, orang tuanya, Hermansyah, datang kepada kami dan menyerahkan sampel DNA untuk kami cocokkan dengan salah satu korban yang terbakar. Sampel diambil dari ibunya karena sangat dekat," ujar Puspa.