Setelah Digigit Ular Weling, Satpam di Tangerang Sempat Memainkan Hewan Melata Itu, Lalu Tewas
Komandan Sekuriti perumahan, Musliman mengatakan, sesaat mendapatkan gigitan ular, korban masih terlihat bugar dan masih bermain dengan ular.
TRIBUNJABAR.ID - Iskandar (45), sekuriti perumahan Cluster Michelia, Gading Serpong, Tangerang, sempat memainkan ular weling setelah berhasil ditangkapnya.
Komandan Sekuriti perumahan, Musliman mengatakan, sesaat mendapatkan gigitan ular weling, korban masih terlihat bugar dan masih bermain dengan ular.
Bahkan, korban masih sempat bermain dengan ular weling bersama teman jaganya, Jaelani.
"Setelah telunjuk kirinya kena itu masih terlihat biasa. Pada bagian yang digigit juga tidak luka seperti luka serius dan memar. Jadi biasa aja," kata Musliman saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/8/2019).
Namun selang 30 menit, tepatnya pukul 19.30 WIB, korban langsung mengalami lemas.
Saat itu korban langsung dibawa warga ke rumah sakit.
Korban awalnya dibawa ke Rumah Sakit Bethsaida, kemudian dirujuk karena peralatan yang kurang memadai.
• Ganasnya Ular Weling, Tewaskan Satpam Serpong, Gini Cara Atasi Gigitan Ular Berbisa agar Selamat
Korban kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Tangerang.
"Sebelum meninggal itu korban sempat ditangani dirumah sakit," sambung Musliman.
Pukul 4.30 WIB, korban menghembuskan nafas terakhir yang diduga racun sudah tersebar ke seluruh tubuh.
Seorang satpam tewas setelah terkena gigitan ular Weling Bite (Bungarus Candidus). (IG @net2netcomm)
Ular sering muncul
Munculnya ular berbisa jenis weling di Cluster Michelia bukan pertama kali terjadi.

Sebelumya ular berbagai jenis juga muncul sejak awal 2019.
"Memang penemuan ular bukan pertama kali. Cuma kebetulan ini yang sampai ada korban," kata Nur Rahman, General Manager Security Paramount yang menaungi seluruh keamanan di wilayah Gading Serpong saat dihubungi, Jumat.
Data yang didapat Kompas.com, pada bulan Februari dan Maret 2019, ular sempat muncul di rumah warga.
Lalu April 2019, ular juga ditemukan di area taman bermain.
• Seorang Satpam di Tangerang Tewas Digigit Ular, Tangkap Ular yang Masuk Perumahan
Nur Rahman mengatakan, lantaran banyaknya kasus munculnya ular, pihaknya memberikan pelatihan kepada petugas keamanan mengenai penanganan ular.
Ia menilai, peristiwa tersebut terjadi karena kesalahan dalam penangkapan ular berbisa dengan warna belang hitam dan kuning itu.
"Kan harusnya pegang kepalanya. Tapi dia pegang badan ular. Memegangnya salah. Padahal prosedurnya bukan begitu," paparnya.
Diolah Tribunjabar.id dari berbagai sumber, Jumat (23/8/2019), ular weling memang memiliki bisa ganas yang mematikan.
Jenis bisanya, yakni neurotoksin.

Bisa tersebut memang ganas sehingga bisa menyebabkan kematian.
Selain ular weling, ada sejumlah ular berbisa lain yang memiliki neurotoksin.
Mulai dari ular laut hingga ular king kobra.
Biasanya, ular weling kerap ada di kawasan pedesaan hingga perkotaan.
Ular berbisa itu kerap hidup di saluran air, semak-semak, hingga sawah, dan perkebunan.
Selain itu, ular itu pun kerap hidup di hutan, bukti, tanah yang berpasih, hingga bebatuan.
Nah, untuk pengetahuan Anda, jika terkena gigitan ular weling maka cepatlah minta bantuan pada orang lain untuk secepatnya ditangani tim medis.
Jangan dibiarkan karena racun akan semakin menyebar.
Ini tak hanya berlaku untuk ular weling saja, tapi juga ular berbisa lainnya.
• Perjuangan Ibu Bocah Cianjur Pengigit Ular, Cari Anaknya Sampai ke Bukit, Sudah 3 Tahun Suami Kabur
Jika sendirian tak ada orang lain, ada cara yang bisa dilakukan saat seseorang digigit ular berbisa
Jika kondisinya jauh dari bantuan medis dan sedang sendirian, cara tersebut bisa membuat korban bisa selamat.
Adapun cara mengatasi gigitan ular berbisa yakni korban tak boleh bergerak.
Hal ini disampaikan pakar gigitan ular dan toksikologi, Tri Maharani.
Dikutip Tribunjabar.id dari Kompas, Tri Maharani menjelaskan, jika berlari bisa ular justru akan menyebar ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu, lebih baik posisi tubuh langsung dibaringkan.
Saat tubuh berbaring, bisa ular akan tetap berada di sekitar bagian tubuh yang digigit.
Artinya, bisa ular itu tak akan menyebar secara sistemik.
Posisi ini justru akan membuat metabolisme tubuh mengeluarkan sendiri racun dari tubuh.
Tri Maharani pun mengutip penjelasan dari buku panduan WHO.
Saat racun masih ada pada fase lokal, dalam dua sampai tiga hari racunnya sudah keluar.
"Kalau ada di fase lokal, (bisa) keluar dengan sendirinya. Minimal observasi 24-48 jam. Jadi, kalau tergigit dan hanya sendiri, enggak bisa ke mana-mana, dalam 2-3 hari sudah keluar (racunnya),” kata Tri Maharani.
Nah, agar memastikan racunnya sudah keluar, perlu diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan.
Ada perbedaan gejala dari setiap jenis racun dari bisa ular.
Pertama, gigitan ular king cobra, ular laut, dan ular weling menghasilkan racun neurotoksin.
Gejala yang timbul adalah rasa kantuk.
• Janggal, Bocah di Cianjur, Gemar Gigit Ular, Kodok Hingga Kucing Ditarik Sampai Mati
Mata akan sulit dibuka karena otot kelopak mata lumpuh, pita suara pun ikut lumpuh, dan sesak napas.
Kedua, ular tanah, ular hijau berekor merah, dan ular picung menghasilkan racun hemotoksin.
Gejalanya berupa pendarahan. Mulai dari mimisan, air mata darah, kencing darah, hingga kotoran darah.
Ketiga, ada pula racun sitotoksin yang gejalanya berupa pembengkakan di bagian tubuh yang terkena gigitan.
Mengutip dari Info Hewan, contoh ular mengandung racun sitotoksin ini adalah ular kobra India.
Keempat, gejala dari racun miotoksin yakni rasa nyeri para otot.
Mengutip dari Info Hewan, contoh ular beracun miotoksin adalah ‘bothrops moojeni’ atau dikenal Brazilian lancehead snake.
Nah, jika semua gejala itu berhenti, maka kondisi tubuh sudah mulai membaik.
“Kalau semua gejala itu tidak ada, berarti kondisinya sudah mengalami perbaikan. Kalau di rumah sakit sudah lebih enak, tapi kalau terpaksa sendirian di tengah hutan enggak bisa ke mana-mana," kata Tri Maharani.
Namun, perlu diingat penangangan diri sendiri ini bisa dilakukan saat racun masih bereda di daerah lokal gigitan, ya.
Jika, racun itu sudah menyebar secara sistemrik ke seluruh tubuh, hanya serum anti bisa ular yang bisa menolongnya.
“Kita, kan, banyak yang kerja di hutan, tambang, dan sawah. Jadi, korban gigitan ular enggak perlu mencari pertolongan tapi dia yang dicari sama penolongnya,” ujar Tri Maharani.