Mesin Tik Kesayangan Pramoedya Ananta Toer Dipertahankan Keluarga, Tak Tergiur Harga Tinggi
Sejumlah kolektor menawar mesin tik kesayangan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Sejumlah kolektor menawar mesin tik kesayangan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.
Para kolektor itu menawarkan harga tinggi untuk mesin tik kesayangan Pramoedya Ananta Toer atau Pram.
Tawaran-tawaran itu ternyata tak membuat keluarga Pram melepas mesin tik tersebut.
Keluarga Pramoedya Ananta Toer enggan melepas mesin tik tersebut karena nilai sejarahnya.
“Pernah ada yang menawar, tapi saya nggak usah ngomongin nominal. Orang Indonesia dan orang luar ada yang menawar,” kata Angga, cucu Pramoedya Ananta Toer ditemui beberapa waktu lalu.
• Iwan Fals Sembunyi-sembunyi Baca Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
• Kisah Adik Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer yang Bergelar Doktor tapi Kini Jadi Pemulung

Bukan tanpa alasan pihak keluarga tak melepas mesin tik tersebut.
Perjuangan Pram, dan cerita sejarah di balik mesin tik tua itu lebih berharga dibandingkan dengan uang.
“Dilepas juga buat apa, itu nilai historisnya lebih besar buat kami dibanding nominalnya,” katanya.
Mesin tik kesayangan Pram, sempat diletakkan di Pameran Jejak Pramoedya Ananta Toer di RBOJ Coffeee, Pejaten, Jakarta Selatan.
• Kisah Adik Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer yang Bergelar Doktor tapi Kini Jadi Pemulung
Mesin tik berwarna biru muda tersebut dipajang bersama sejumlah novel Pram lain, dan dokumentasi asli novel Bumi Manusia.
Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.
Dalam perjuangannya menulis, Pramoedya Ananta Toer sempat ditahan pemerintahan dan bukunya dilarang beredar.
Pram wafat pada 2006. (Nurul Hanna)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ditawar Harga Tinggi, Keluarga Tak Ingin Lepas Mesin Tik Kesayangan Pramoedya Ananta Toer