Mati Listrik di Jabar dan Jakarta

PLN Beri Diskon untuk Pelanggan yang Terdampak Mati Listrik, Besarannya Tergantung Lama Gangguan

Kompensasi untuk pelanggan yang ada di wilayah terdampak mati listrik itu disampaikan Plt Dirut PLN, Sripeni Inten Cahyani.

Penulis: Ravianto | Editor: Ravianto
istimewa
Pembayaran tagihan listrik PLN terakhir setiap tanggal 20 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan memberi kompensasi akibat mati listrik/black out massal di sebagian besar wilayah barat Pulau Jawa, Minggu (5/8/2019) hingga hari ini.

Seperti diketahui, pemadaman listrik secara besar-besaran terjadi di Banten, Jakarta dan Jawa Barat, Minggu (4/8/2019).

Beberapa wilayah memang ada yang menyala kembali dalam beberapa jam, namun di wilayah yang lain ternyata masih ada yang belum menyala hingga sekarang.

Rata-rata wilayah tersebut mengalami byar pet, menyala sebentar lantas padam kembali.

Kompensasi untuk pelanggan yang ada di wilayah terdampak mati listrik itu disampaikan Plt Dirut PLN, Sripeni Inten Cahyani.

Pemberian kompensasi itu tergantung dari lama gangguan.

Kompensasi akan diberikan sebesar 35 persen dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen golongan tarif adjustment.

Serta sebesar 20 persen dari biaya beban atau rekening minimum untuk konsumen pada golongan tarif yang tidak dikenakan penyesesuaian tarif tenaga listrik ( Non Adjustment).

Penerapan ini diberlakukan untuk rekening bulan berikutnya.

Khusus untuk prabayar, pengurangan tagihan disetarakan dengan pengurangan tagihan untuk tarif listrik reguler.

Pemberian kompensasi akan diberikan pada saat pelanggan memberi token berikutnya (prabayar).

"Kami mohon maaf untuk pemadaman yang terjadi, selain proses penormalan sistem, kami juga sedang menghitung kompensasi bagi para konsumen. Besaran kompensasi yang diterima dapat dilihat pada tagihan rekening atau bukti pembelian token untuk konsumen prabayar," kata Plt Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani..

Khusus untuk pelanggan premium, PLN akan memberikan kompensasi sesuai Service level Agreement (SLA) yang telah ditandatangani bersama.

Rugikan industri tekstil

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan kerugian industri tekstil akibat black out (padam total) listrik yang terjadi Minggu (4/8/2019) kemarin mencapai Rp 500 miliar.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua API Pusat, Ade Sudrajat, melalui telepon seluler, Senin (5/8/2019).

"Karena pemadamannya cukup panjang, terus akan diikuti dengan pemadaman-pemadaman selanjutnya, karena belum stabil. Kerugian diperkirakan sudah mencapai Rp 500 miliar di semua perusaahaan tekstil di Pulau Jawa termasuk Banten segala macam," katanya tadi siang.

 Cara Cek Daerah Mana Saja yang Masih Mati Listrik dan Kapan Menyalanya, Pantau di Peta Online Pelita

"Semuanya jelas terdampak karena mati listrik ini. Di Kabupaten Bandung diperkirakan mencapai Rp 200 miliar karena 44 persen industri tekstil itu ada di Kabupaten Bandung," katanya.

Selain tidak adanya aktivitas produksi selama padamnya listrik, pihak perusahaan juga tetap harus membayar gaji karyawan yang terlanjur masuk kerja pada hari itu, meski mereka tidak bekerja.

Pada saat black out, pihak perusahaan otomatis harus meningkatkan pengamanan karena dikhawatirkan akan ada pencurian atau kebakaran sehingga harus ada pengamanan ekstra.

Pihak perusahaan lagi-lagi terpaksa harus membayar tenaga sekuriti tambahan.

"Yang paling jelas produksi jadi tidak berkualitas, barang rusak semua karena ada proses yang terganggu, seperti pencelupan menjadi belang, yang ditenun menjadi bergaris karena mesin mati mendadak," katanya.

Kerugian paling parah, menurutnya ada di bidang IT, karena sebagian besar perusahaan tekstil di Indonesia sudah menggunakan perangkat teknologi untuk mengoperasikan mesin dengan sistim komputerisasi.

 Stok Lilin Habis di Warung, Mati Listrik Berkah Bagi Penjual Lilin dan Lampu Emergency di Cianjur

"Peralatan elektronik yang rusak otomatis harus kami ganti semua. Karena semua mesin itu sudah pakai CPU dengan sistim komputerisasi, semua rusak karena tegangan beda dan sebagainya," katanya.

Kerugian lainnya berasal dari pengoperasionalan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang tidak berjalan. Pemadaman listrik total ini jelas merugikan pelaku industri tekstil di Indonesia khususnya Pulau Jawa dan Banten.

"Untuk menghidupkannya kembali, kira-kira (PLN) membutuhkan waktu tiga minggu. Kalau sekarang ditambah mau pemadaman lagi, pusing kami, satu dan lain hal jadi kami rugi lagi, rugi lagi," ujarnya.

Ditambah pemadaman listrik ini sangat mendadak dilakukan oleh PLN. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, kapan dan berapa lama pemadaman tersebut.

"Pemberitahuan ini sangat dibutuhkan, untuk koordinasi supaya kerugian dapat ditekan. Maka PLN wajib memberitahukan kapan pemadaman dan berapa lama supaya kami siap-siap," katanya.

Ditambah para pelaku industri tekstil ini tidak boleh menggunakan genset saat padamnya lampu. Karena penggunaan genset sendiri harus berizin, padahal genset ini digunakan pada saat emergency.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved